Mohon tunggu...
Ponpes Bina Umat Yogya
Ponpes Bina Umat Yogya Mohon Tunggu... Guru -

Anak2 belajar mengaji, mendalami ilmu agama dan juga pengetahuan umum. Berorientasi dunia dan akhirat menjadi landasan utama. Pondok Pesantren Bina Umat Yogyakarta PAUD, TK, MI, SMP & SMA Islam Terpadu Bina Umat Setran, Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta Telp/sms/wa : 08117571580

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ipin dan Upin pun Nyantri di Bina Umat Yogya

22 Februari 2017   20:22 Diperbarui: 1 April 2017   09:03 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersebutlah sebuah nama Ipin dan Upin. Nama bocah kecil yang suka tampil dalam film kartun Malaisya. Dua bersaudara yang terkenal di dunia perkartunan Indonesia.

Ceritanya ada dua santri Bina Umat, sengaja namanya disamarkan menjadi Ipin dan Upin. Karena memang kedua anak ini akur dan dekat sekali. Kaya sejoli saja kalau memang sepasang. Hanya saja keduanya anak putra, anak didiknya penulis yang caem ini.

Si Ipin anaknya cerdas, pinter dalam berbagai tugas pelajaran. Beberapa mapel tidak ada kesulitan dalam memahami. Bahkan dikaruniai suara yang merdu. Sama uminya dia diminta aktif di nasyid atau hadroh, agar minat dan bakatnya di olah suara terasah dengan baik. Qiroah juga menjadi pilihan ektrakurikuler yang ia minati.

Ipin ini aslinya pulau seberang sana. Jaraknya jauh ratusan kilo yang tak dapat dijangkau dengan jalan kaki. Hanya pesawat terbang atau kapal laut yang bisa mengantarnya pulang.            

Saudaranya Upin ini beda lagi, anaknya tinggi putih cakep wajahnya seperti halnya artis. Kalau dimirip3kan ya kaya Fedi Nuril gitu lah. Diawalinya dengan sekolah dasar di Jogja. Ayahnya sangat sayang kepadanya. Ayahnya yang seorang ASN #Aparatur Sipil Negara rela pindah tugas dari ibukota Jakarta ke Jogja. Dibela2in pindah supaya bisa dekat dan lebih perhatian kepada Upin ini. Kebetulan Upin memang lebih patuh sama ayahnya.                        

Ipin dan Upin ini anaknya tahfidnya lancar, tidak ada ketinggalan hafalan suratnya. Bahkan si Upin sudah setoran semua surat di juz 30. Kedua anak ini memang punya banyak kesamaan, dari tinggal memang sekamar, suka bersekongkol bareng, bahkan pernah kabur bareng. Pokoknya sholih dan dan nakal barengan. Sampai mau ke kamar mandi saja barengan juga. Bersepakat kebelet barengan. Barusan terjadi saat iqomah maghrib, 22 Feb 2017.          

Pada pekan kemarin, pada hari Rabu, jam menunjukkan 8.30. Seperti biasanya penulis cek asrama. Semua kamar lantai dua diperiksa satu persatu. Beberapa pintu sudah dibuka dan dicek, ternyata tidak ada siswa di dalamnya. Tiba saatnya membuka pintu kamar XX tempatnya Ipin dan Upin. Begitu pintu terbuka, penulis kaget mendapati Ipin dan Upin berada didalamnya. Kedua anak ini sudah berseragam batik biru, di punggungnya sudah menggendong tas. Hanya saja si Upin nampak memegangi kakinya. Tampak ada perban di kaki kirinya. Perban warna putih melingkar di bawah dengkulnya. Ada noda-noda warna coklat betadine di perban bagian depan.

A : Antum kenapa akhi ?? Kok tidak masuk kelas ?? Jam berapa ini ??

U : Sakit tadh, jatuh kemarin saat sepak bola. Upin menyeringai nampak kesakitan. Tangannya memegang perban kaki kirinya

A : Lah, kok sampai diperban begini ??

U : Iya tadh, sakit.

A : Ini yang perbanin siapa ?? Dokter klinik atau Upin sendiri ??

U : Saya sendiri tadh, tapi beneran sakit loh.

#Mulai Curiga Nih Penulis

Si Ipin gak kalah beda.

A : Kenapa juga gak masuk kelas ??

I : Ini tadh, jari kaki bagian tengah sakit, kemarin juga main bola, nendang tanah, jadinya memar gitu.

A : Oh, jari kaki yang mana ?? Coba tunjukkan !!

Terlihat jari kakinya biasa, tak terlihat luka sekalipun.              

Setelah mengingat-ingat track record Ipin dan Upin ini yg suka beralasan saja untuk bolos, akhirnya penulis bilang.

Akhi, kalau memang sakit kakinya yuk saya anter ke sekolah naik motor. Ga papa ustadh boncengin kalian berdua.

Akhirnya, Ipin dan Upin pun bergegas turun, dengan wajah ogah2an tetap menaiki motor Yupiter Merah yang platnya telat pajak itu. Berboncengan "cenglu" menuju sekolah putra.

Belum sampai lima menit perjalanan motor, sudah sampai depan kelas. Nampak teman2 kelasnya menyambut dengan riang dan tertawa2. Hehehe... Upin dan Ipin masuk kelas juga akhirnya... ledek teman sekelasnya.

Wahai anakku, kalau bukan karena cinta maka tak perlu aku suyah payah mendidik kalian.

Yogyakarta, 22 Feb 2017

Maktabah @BinaUmatPonpes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun