Mohon tunggu...
Raflidio Setyo Budi
Raflidio Setyo Budi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UPN Jatim

Mahasiswa semester 7 program studi Teknologi Pangan UPN 'Veteran' Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candi Selokelir: Menggairahkan Pemasaran Offline dengan Memadukan Wisata Budaya dan Ekonomi Lokal

6 November 2023   22:03 Diperbarui: 7 November 2023   12:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Kedungudi, yang terletak di Trawas, Jawa Timur adalah tempat yang kaya akan budaya dan sejarah. Di tengah keindahan alam dan kearifan lokal, terdapat sebuah situs bersejarah yang mengundang minat para wisatawan dan juga mendukung upaya promosi offline oleh masyarakat setempat. Candi Selokelir adalah candi kuno yang menyimpan cerita panjang tentang masa lalu dan berperan sebagai aset penting dalam mempromosikan potensi pariwisata dan budaya di wilayah ini.

Candi Selokelir: Sejarah dan Kecantikannya

Candi Selokelir adalah kompleks candi yang berasal dari masa kerajaan Kediri (abad ke-11 M). Candi ini terletak di tengah hutan yang hijau, menciptakan suasana mistis yang menakjubkan. Arsitektur candi ini mencerminkan warisan Hindu-Buddha yang kuat, dengan relief-relief yang menggambarkan adegan kehidupan dan agama pada masa lalu.

Selain sejarahnya yang kaya, Candi Selokelir juga menawarkan keindahan alam yang mempesona. Para pengunjung dapat menikmati tracking melalui hutan hujan tropis, mengunjungi air terjun terdekat, dan merasakan ketenangan tempat ini. Candi Selokelir adalah tujuan yang sempurna bagi para pecinta sejarah dan alam.

Peran dalam Promosi Offline Bagi Masyarakat

Selain menjadi objek wisata yang menarik, Candi Selokelir juga memainkan peran penting dalam promosi offline yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Inisiatif ini melibatkan penduduk desa yang dengan tekun bekerja bersama untuk mempromosikan Candi Selokelir dan daya tarik pariwisata di sekitarnya, termasuk dengan 50-an candi lainnya yang berada di sepanjang jalur pendakian gunung Penanggungan lewat situs pendakian Desa Kedungudi, beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mendongkrak promosi offline:

  • Pembuatan souvenir lokal: Masyarakat Desa Kedungudi telah mulai menghasilkan souvenir-souvenir lokal yang terinspirasi oleh Candi Selokelir. Ini termasuk kerajinan tangan seperti patung mini candi, pakaian tradisional, dan barang-barang unik lainnya. Souvenir ini dibuat dengan tangan oleh para pengrajin lokal dan dijual kepada wisatawan, yang juga berkontribusi pada ekonomi desa.
  • Pertunjukan budaya lokal: Para masyarakat Desa Kedungudi menyelenggarakan pertunjukan budaya tradisional yang mencakup tarian, musik, dan teater. Pertunjukan ini menggambarkan kekayaan budaya desa dan cerita sejarah sekitar Candi Selokelir. Misalnya saja budaya Bantengan yang merupakan tradisi khas daerah sekitar pegunungan Penganggungan.
  • Wisata kuliner: Masyarakat setempat juga mempromosikan kuliner khas daerah yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Ini mencakup hidangan khas Kedungudi, Trawas yaitu kerupuk ketela atau lebih dikenal dengan nama kerupuk samiler.
  • Pengenalan tradisi lokal: Masyarakat membantu mengenalkan para wisatawan tentang kearifan lokal, tradisi, dan kepercayaan yang telah diwariskan selama bertahun-tahun. Mereka menjelaskan makna dan pentingnya Candi Selokelir dalam sejarah dan budaya desa.

Candi Selokelir di Desa Kedungudi adalah bukti yang indah tentang kekayaan budaya dan sejarah di Indonesia. Lebih dari sekadar situs bersejarah, candi ini juga berfungsi sebagai sumber penghidupan dan promosi offline bagi masyarakat setempat. Dalam mengambil peran aktif dalam mempromosikan tempat bersejarah mereka, masyarakat Desa Kedungudi telah membantu menjaga budaya mereka dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung. Ini adalah contoh positif bagaimana warisan budaya dan alam dapat menjadi sarana untuk pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan komunitas.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun