Coba kalo proses ngepit/meluk kantong darah tersebut dilakukan perawat itu sendiri, pasti ada lagi desas desus kalo perawat malas. Duduk bengong 30 menit sambil meluk kantong darah. Bukannya langsung ditransfusikan. Perawat payah! *serba salah jadinya.
Tidak ada salahnya meminta bantuan kepada keluarga pasien. Bukan karena perawat malas, tapi punya prioritas.
Bagaimana perkembangan dunia pendidikan dibidang keperawatan saat ini?
Pendidikan di bidang keperawatan berkembang dengan pesat. Universitas tinggi pun mencanangkan agar perawat mempunyai kesatuan dan keseimbangan antara kemampuan afektif (sikap dan perilaku), kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (praktek kerja). Sekarang, yang namanya SPK (Sekolah keperawatan, setara SMU) sudah tidak ada lagi. Pada tahun 2015, diusahakan agar tidak ada lagi perawat lulusan diploma 3 (D3). Tidak dipungkiri, lulusan suatu jenjang pendidikan juga mempengaruhi kemampuan seorang perawat dalam pekerjaannya kelak.
Teman saya yang kuliah di prodi sebelah (yang lulusannya mungkin bisa jadi dokter), bercerita bahwa mereka mulai diajarkan melakukan tindakan yang biasanya dilakukan oleh perawat seperti memasang infus, selang makan, dan kateter. Kenapa? Akhirnya ada yang sadar bahwa itu memang tugas mereka.
***
Tinggalkan pemikiran jahilliyah anda bahwa perawat adalah pembantu dokter yang kerjanya hanya menunggu instruksi. Perawat bukan pembantu dokter. Perawat adalah mitra dokter yang berkolaborasi sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang profesional. Long live nursing. Hidup masyarakat indonesia yang sehat.
Banda Aceh, dikamar yang rapi, Bimy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H