MSG atau monosodium glutamat sudah menjadi perdebatan selama puluhan tahun tentang keamanannya. Dikenal sebagai bumbu penyedap tambahan, msg banyak hadir melengkapi bumbu dapur di rumah. Di era sekarang, dimana orang2 makin melek teknologi, tentu saja rasa penasaran akan keamanan MSG harus dicari kebenarannya. Silang pendapat pun terjadi, bahkan di kalangan medis seperti dokter sekalipun.
Pendapat bahwa MSG aman salah satunya berasal dari dr. Widodo Judarwanto, SpA. Inti dari tulisan beliau adalah Tahun 1987, Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari Badan Pangan Dunia milik PBB serta WHO, menempatkan MSG dalam kategori bahan penyedap masakan yang aman dokonsumsi dan tidak berpengaruh pada kesehatan tubuh. Pernyataan ini diperkuat oleh European Communities Scientific Committee for foodspada tahun 1991. Selanjutnya, Badan Penagwas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1995 menyatakan bahwa MSG termasuk sebagai bahan bumbu masakan, seperti halnya garam, merica, dan gula, sehingga aman bagi tubuh. Selengkapnya bisa dibaca disini :
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/01/28/fakta-ilmiah-msg-aman-336624.html
Pendapat yang mengatakan MSG tidak baik dikonsumsi salah satunya dari Rita Ramayulis, DCN, MKes, pakar nutrisi. "Berbagai penelitian menjelaskan bahwa kelebihan glutamat dalam plasma darah bersiko untuk bisa merembes ke neuron atau saraf otak, sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan otak," papar Rita. Dosen jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Jakarta II tersebut juga menjelaskan bahwa selain merusak jaringan otak, kelebihan konsumsi glutamat pada orang-orang tertentu juga bisa menimbulkan pembengkakan kelenjar tiroid. Selengkapnya bisa dibaca disini:
Tren Terbaru, Bumbu Penyedap Non MSG
Bumbu penyedap non MSG ini mulai marak di online shop. Dimulai dari mie "sehat" yang tidak mengandung pewarna, pengawet dan penyedap buatan. Kemudian banyak lagi produk senada dengan slogan "tidak mengandung MSG". Para seller mencitrakan MSG sebagai momok yang menakutkan. Bagaimana MSG menyebabkan berbagai penyakit mematikan dan pada paragraf terakhir dikatakan bagaimana senangnya bisa memasak lezat dan aman untuk keluarga dengan bumbu penyedap non MSG.
Saya pun tertarik untuk membeli salah satu produk ini. Satu produk bumbu penyedap non MSG rasa ayam di bandrol seharga 26 ribu rupiah untuk ukuran 100 gr. Ketika saya share tentang produk tersebut dengan teman2, mereka hanya tertawa dan berkomentar sinis. Komentarnya seperti "Banyak ya cara orang cari duit sekarang", "Mana mungkin bisa enak kalau gak ada MSG nya. Bohong ini"
Anyway, ketika tes digadoin, rasanya manis. Tidak seperti bumbu penyedap MSG yg populer. Kebanyakan asin yang berlebihan. Menurut petunjuk pemakaian, 2 sendok teh untuk 2 gelas air. Tetapi saya menggunakan takaran lebih karena kurang kuat rasanya. Seller pun sudah memperingatkan tentang hal ini. Lagipula ini kan non MSG. Ditaruh dalam takaran berapa saja, aman toh?
Ketika masakan dicoba, rasanya enak juga. Senang deh masakan enak begini dan tak was was lagi memakannya. Kan non MSG.
Tunggu dulu... Beberapa saat kemudian saya merasa pusing dan haus yang berlebihan. Semacam memakan masakan dengan bumbu MSG. Mencoba meyakinkan diri bahwa ini efek sugesti karena pertama kali memakan masakan dengan bumbu non MSG, saya pun tidak terlalu mempermasalahkannya. Setiap hari saya menggunakan bumbu ini dengan takaran yang agak berlebihan, terlebih lagi untuk konsumsi sendiri. Akhirnya ada juga teman terdekat yang berbicara dengan pelan dan serius tentang efek bumbu non MSG itu. Adapun kalimat yang diucapkannya adalah, "Tin, tambah lemot ya dirimu..."
***
Efek2 samping tersebut hanya pengalaman pribadi. Mungkin tidak semua orang akan mengalami hal yang sama. Tergantung dari resistensi tubuh seseorang terhadap zat2 seperti itu. Setelah browsing lebih dalam mengenai bumbu penyedap non MSG ini, ternyata ada suatu zat yang bernama HPV (protein sayur) yang temenan dengan MSG.
Mengapa saya mengatakan HPV temenan dengan MSG?
1. Sama2 dikategorikan sebagai makanan yang aman oleh FDA sebagai GRAS (Generally Recognize as Safe).
2. Sama2 disarikan dari tumbuhan. MSG pertama kali diekstrak dari rumput laut oleh profesor asal Jepang. MSG sekarang banyak yang diekstrak dari tebu. HPV pun diekstrak dari bawang2an.
3. Sama2 mempunyai efek yang berbeda bagi orang yang menyantapnya. Bisa jadi tidak ada efek atau justru efek yang merugikan tubuh.
Pesan sponsor : Jangan jadi korban iklan. Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H