Mohon tunggu...
Titin Rahmawati
Titin Rahmawati Mohon Tunggu... Perawat - Jarang pake sendok

married

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hati-Hati Memilih Kalimat Saat Berpromosi

17 November 2014   05:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:38 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, saya menemani pacar (panggil aja Heri) mencari tempat kursus bahasa inggris. Menurut Heri, kemampuan berbahasa inggris sangat penting untuk menunjang karirnya. Saat ini Heri sudah bekerja dan membutuhkan tempat kursus bahasa Inggris yang fleksibel waktunya. Setelah mencari kesana-kemari, kami menemukan beberapa tempat kursus bahasa inggris namun sayang sekali hanya membuka pendidikan bagi anak sekolah (SD, SMP, SMA). Dengan bantuan GPS, akhirnya kami menemukan kursus bahasa inggris yang kredibel. Penilaian tersebut didasarkan pada kursus tersebut adalah kursus tingkat nasional dengan iklan di media elektronik dan media cetak, serta memakai artis cantik Nikita Willy sebagai brand ambassador nya.

Kami dilayani dengan baik oleh mbak yang berdiri di meja pendaftaran yang juga rangkap sebagai pengajar disana. "Sit down please", kata si mbak yang membuat kami senyum-senyum. Si mbak menjelaskan paket yang dapat kami ambil, fasilitas dan juga harganya. Cara si mbak menjelaskan sangat mudah dimengerti dan sangat menarik. Poin yang membuat kami makin berminat adalah bahwa ada juga bapak-bapak yang sudah bekerja dan pangkatnya tinggi namun mengikuti kelas conversation untuk persiapan ke luar negeri. "Bapak-bapak ini berjumlah tiga orang, mereka mengikuti kelas conversation dengan tema pekerjaan mereka masing-masing. Jarang mereka menggunakan modul dari kami, temanya mereka yang tentukan sendiri" mbak tersebut menjelaskan dengan detail

Heri berminat mengikuti kelas conversation bersama bapak-bapak tersebut. Sayang sekali jadwalnya kurang pas karena bapak-bapak tersebut sering mengambil kelas sore, sedangkan Heri hanya bisa kursus di malam hari karena dia bekerja dalam shift 12 jam dari pukul 07.00-19.00 dan hanya libur pada hari sabtu dimana tidak ada kelas conversation pada hari itu. Kami pun menanyakan tentang kelas malam. Si mbak menjawab, "Untuk saat ini kelas malam belum ada, namun kami bisa membuka kelas baru di malam hari jika abang berminat. Untuk itu, abang harus mencari minimal tiga orang lagi untuk ikut kursus bersama abang dan mengambil paket platinum". Syarat yang susah menurut kami. Mengenai paket platinum yang memang paling mahal, Heri sanggup membayarnya. Namun susah mencari tiga orang untuk ikut serta dalam kursus tersebut.

Seperti lupa kalau kami sudah menyebutkan bahwa Heri hanya bisa les pada malam hari karena siangnya kerja, si mbak kembali menawarkan kelas sore. "Abang bisa ikut kelas sore yang pesertanya terdiri dari berbagai grade pendidikan. Ada seorang siswa kelas dua SMP yang memang sangat berminat di bidang conversation. Lainnya berada dalam tingkat SMA dan juga kuliah. Satu kali pertemuan berdurasi satu jam, pertemuan dipatok tiga puluh kali dalam tiga atau empat bulan. Tema saat ini sudah pada bagian shopping" si mbak membuka buku modul. Melihat bagian yang ditunjukkan si mbak, materi nya sudah lumayan jauh. "Jumlah pertemuan peserta saat ini pun beragam. Ada yang sudah 6x pertemuan, 8x pertemuan. Jika abang mengikuti kelas ini, materinya tidak bisa diulang sekarang. Abang harus mengikuti materi peserta yang sekarang dan akan diulang khusus untuk peserta yang belum mendapat materi di awal"

Kami hanya manggut-manggut saja. Sudah enggan rasanya mendengar penjelasan si mbak karena untuk saat ini Heri belum bisa mengambil kelas kursus di sore hari

"Abang tidak perlu kuatir. Walau sudah pertemuan ke 6 dan 8, namun para peserta di kelas conversation saat ini belum menunjukkan perkembangan yang terlihat. Niscaya abang bisa mengejar ketertinggalan abang. Supaya tidak lupa, abang boleh mencatat jadwal yang tersedia"

Berbasa basi Heri mencatat dan mengatakan akan kembali lagi lain kali. Si mbak masih dengan senyumnya yang ramah mempersilahkan.

***

Setelah diam beberapa lama di atas motor, saya mengatakan "Kalau dalam hampir sepertiga jumlah pertemuan pesertanya belum ada perkembangan yang terlihat, rugi aja ikut kursus"

Heri hanya tertawa dan berkata, "Sebenarnya tujuan si mbak nya baik, mau bikin kita gak minder dan gak malu walau ketinggalan materi. Kata-katanya aja yang salah"

***

Pembaca yang budiman, terutama anda yang bergerak dibidang penjualan barang atau jasa. Berhati-hatilah dalam memilih kalimat promosi. Menyalahkan atau menjelekkan konsumen anda bukanlah tindakan yang bijak, justru membuat orang lain ragu akan kualitas produk yang anda jual. Alangkah baiknya jika yang ditonjolkan adalah kehebatan produk, bukan kesalahan konsumen.

Misalnya contoh dari kejadian kami di atas. Saya berpendapat lebih bijak jika si mbak mengatakan "Abang tidak perlu kuatir, materi kami sangat mudah dipahami dengan pengajar yang berkualitas sehingga abang tidak akan merasa ketinggalan materi". Dibandingkan dengan menunjukkan bahwa sudah dalam sekian pertemuan pesertanya belum ada perkembangan yang terlihat. Dengan begitu, maka barang atau jasa yang akan anda promosikan semakin kredibel dan meyakinkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun