Mohon tunggu...
Titin Rahmawati
Titin Rahmawati Mohon Tunggu... Perawat - Jarang pake sendok

married

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Umar Bin Khattab Era 2014

19 November 2014   06:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang sangat memikirkan nasib rakyatnya. Dibawah kepemimpinan Umar, rakyat hidup senang dan aman sentosa. Para pembantu Umar selalu melaporkan bahwa rakyat dalam keadaan yang baik. Namun setiap malam, beliau tidak bisa tidur karena takut akan siksa Allah akan pemimpin yang dzhalim. Suatu malam, Umar memutuskan untuk berjalan-jalan melihat keadaan rakyatnya dengan mata kepalanya sendiri tanpa diketahui siapapun termasuk pengawalnya. Beberapa lama setelah berjalan, terdengar suara tangis yang memilukan dari sebuah rumah gubuk reyot.

"Mak, lapar mak", jerit anak-anak yang kelaparan

"Sabar nak, lihat, ibuk sedang mengaduk makanan. Sebentar lagi siap. Kalian tidur dulu ya", bujuk si Ibu.

"Mak tukang bohong, kami udah lelah nunggu, makanan belum ada. Kami lapar mak", jerit tangis anak-anaknya kembali

"Sabar ya nak, kalau makanannya sudah matang, kalian boleh makan sampai kenyang", Ibu tersenyum dan membelai rambut anak-anaknya yang kembali tertidur karena lapar dan lelah menangis

"Assalamu'alaikum", Umar memberi salam seraya mengetuk pintu. "Wa'alaikumsalam", jawab si penghuni rumah. Malam itu sangat gelap, sehingga ia tidak dapat melihat wajah Umar. Sekalipun Umar tidak memperkenalkan diri sebagai pemimpin di negeri tersebut. "Wahai Ibu yang dirahmati Allah, ku dengar begitu sedih tangisan anakmu. Mengapa belum engkau beri makan mereka?" tanya Umar penasaran

"Wahai orang asing, sebenarnya aku tidak memasak apapun, hanya merebus bongkahan batu. Aku sengaja melakukan itu agar anak-anakku mengira aku sedang memasak makanan. Aku terlalu miskin untuk membeli bahan makanan" isak wanita tersebut

"Khalifah Umar bin Khattab tidak mengetahui keadaanmu?"

"Seandainya beliau tau, tentulah aku tidak seperti ini" jawab si ibu

Celakalah aku, pikir Umar dalam hati. Ia berlari seperti orang gila ke gudang penyimpanan tepung gandum dan memikul sekarung gandum sampai bajunya putih karena ketumpahan tepung. Penjaga yang melihat ini menawarkan agar dia saja yang memanggul karung itu. Umar menolak karena dialah yang bertanggung jawab atas nasib rakyatnya.

Umar menyerahkan sekarung tepung gandum itu kepada si ibu seraya berkata "Besok datanglah kamu menghadap Khalifah Umar bin Khatab". Perempuan itu mengiyakan sambil menangis sesengukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun