Mohon tunggu...
bimo saurus
bimo saurus Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beginilah Soal Hitungan Anak TK Jaman Sekarang

29 April 2014   14:39 Diperbarui: 4 April 2017   17:28 14888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Soal Hitungan Anak TK"][/caption] Saya marah ketika melihat anak saya yang berusia 6 tahun alias kelas nol besar, telah harus menyelesaikan 50 soal ini dalam satu jam. Hitungan semacam ini tidak semestinya diajarkan di TK. Bahkan ada edaran dari Dinas Pendidikan bahwa anak TK dilarang belajar Calistung (Baca Tulis dan Hitung). Test masuk SD pun dilarang untuk menggunakan Calistung. Adapun di usia dini calistung hanya sebatas pengenalan. PENGENALAN. Namun apakah gambar di atas itu juga pengenalan? Anak kecil hakekat angka saja belum faham telah diajarkan rumus praktis sedemikian. Ini TK. Bahkan di kota saya, Wonosobo, ini adalah TK panutan. Yaitu TK Pertiwi Setda. Saya tidak tahu TK lain macam apa. Saya heran juga dengan para pendidik TK yang rela memasukkan perusahaan-perusahaan pencari untung belaka untuk masuk ke TK anak saya dan mengajarkan semacam ini. Saya juga heran ketika para guru TK justru mengajarkan les tambahan di rumahnya, dan telah berani memvonis, anak ini masuk SD mana. TK. Ini TK!  Jaman PAUD dulu, anak saya telah saya ajarkan DO gara-gara hal serupa. Tapi saya tidak heran jika hal ini terjadi. Karena para orang tua bangga, anak usia kecil sudah bisa mengapa. Inilah yang akan terbawa hingga besar nanti tumbuh sebagai bibit-bibit pragmatisme tanpa mengenal nilai-nilai yang sesungguhnya. Ajaran nilai yang tidak bisa masuk dalam otaknya karena dijejali soal hitung-menghitung di masa kecil. Ajaran nilai budaya termasuk bahasa karena sejak kecil telah dijauhkan dari bahasa daerahnya, dan justru diajarkan bahasa asing. Bangga. Padahal masa kecil itu adalah masa bermain, belajar seluasnya mengenal apa yang ada di sekitarnya. Belajar bersosialisasi, menyelesaikan masalah sendiri, mengatasi konflik sendiri. Tapi justru menjadi lahan kapitalisme dan eksploitasi pencari keuntungan belaka. Ya mungkin masa lalu para penyelenggara juga seperti itu. Yah tapi masih untung sih tidak dikerjai macam JIS. Meski demikian saya tak lagi bangga. Yah semoga saja postingan yang saya maksudkan untuk menyebarkan pengembalian nilai-nilai ajar anak bisa terbaca oleh para penyelenggara pendidikan di atas sana, memberikan sanksi pada para pelanggar dan mengajari pada para orang tua agar tak bangga anak sudah bisa seperti itu karena sesungguhnya hal itu dapat dipelajari kelak. Saya tak belajar macam cara praktis berhitung toh juga jaman kuliah, perhitungan Calculus juga lancar saja. Kira-kira para penyelenggara gimana ya? Nah, ada yang protes? Silakan belajar dulu. Ini linknya: 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun