Mohon tunggu...
Bimo Aria
Bimo Aria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freeman

Seorang pejalan yang menyukai musik, buku, seni, budaya, dan alam. Menulis untuk merawat nalar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agung Nugraha, Mengajar Hingga Pelosok Negeri

3 Mei 2024   15:30 Diperbarui: 3 Mei 2024   19:15 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada hal yang sangat membekas bagi Agung saat berada di Wailago. Awal-awal mengajar di sana, ia sempat mengadakan kelas anak yang dimulai jam tujuh pagi.

"Saya ingat hari pertama saya mengajar, jam lima pagi ada yang mengetuk pintu. Saat saya buka pintu, ada tiga orang anak murid dan mereka mengatakan 'pak guru, kami sudah siap belajar'. Sedangkan kelas baru dimulai jam 7 pagi. Akhirnya semenjak hari itu, ketukan pintu menjadi alarm saya untuk bangun," kenang Agung.

Semangat belajar yang kuat dari para murid membuat Agung terdorong untuk mengajar di Wailago sampai tuntas. Di penghujung program mengajarnya, pada tahun 2013, Agung mendirikan PAUD di Wailago. Berjalannya waktu membuat program mengajar Agung telah usai dan mengharuskannya untuk kembali ke Jakarta. Di momen-momen terakhir ini menjadi memori yang mengharukan, tapi juga membanggakan. 

Pada hari kepergiannya, pagi-pagi Agung telah dijemput di rumah kediamannya oleh beberapa murid untuk dibawakan barang bawaan yang ia punya ke perahu. Saat ia keluar dari rumah, ia dibikin terkejut karena melihat ada ratusan orang yang telah menunggu dirinya, dari anak kecil sampai orang tua. Mereka semua menangis melihat sosok guru yang telah berjasa selama tiga tahun lamanya akan pergi dari kampung kecil itu. Agung pun tak mampu menahan air matanya, ia ikut menangis haru, dan kemudian mendapatkan pelukan kasih sayang serta ciuman perpisahan dari para murid dan orang tua.

"Wailago adalah tempat yang paling memiliki kedekatan emosional dengan saya di antara tempat saya mengajar lainnya," kenang Agung.

Bagaimana tidak mengharukan, Wailago adalah tempat dimana tidak ada orang yang ingin mengajar di sana, tapi Agung yang berasal dari Jakarta ada di sana untuk mengajar sebagai seorang relawan, bahkan mendirikan Perpustakaan serta PAUD, dan juga banyak membantu memberdayakan kehidupan masyarakat di sana. Tiga tahun ia habiskan untuk mengajar di pelosok, membuat dirinya telah dianggap seperti keluarga sendiri oleh para warga di Wailago.

Usai kepergiannya dari Wailago, cerita Agung sebagai seorang guru di pelosok negeri berlanjut lagi di tahun yang sama, 2013 Agung berkesempatan mengajar di Asmat, Papua, sampai 2014. Kemudian mengajar lagi di Kajang, Sulawesi Selatan, hingga 2015.

Lima tahun ia menghabiskan waktu sebagai seorang pengajar, melihat keberhasilan muridnya adalah suatu kebanggaan bagi dirinya. Agung yakin bahwasanya, "senjata yang paling ampuh untuk merubah dunia adalah pendidikan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun