Mohon tunggu...
Bimo Aji Dimas Danindro
Bimo Aji Dimas Danindro Mohon Tunggu... Penulis - Tulisan di Koran

Abdi Negara suka berkicau dan analisis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Thailand Unggul Segalanya Sepanjang Laga

29 Desember 2021   23:50 Diperbarui: 30 Desember 2021   05:00 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Thailand benar-benar menunjukkan perbedaan kelas dari Indonesia dalam Leg 1 Final Piala AFF 2020 yang baru kelar di 2022. Secara angka statistik makro, Thailand menunjukkan bahwa timnya unggul dalam segala aspek dari Indonesia. 

Penguasan Bola Thailand unggul 67 persen berbanding 33 persen, sedangkan dari jumlah tembakan, perbedaan makin kentara dimana gajah putih melakukan 19 percobaan dengan 9 diantaranya mengarah ke gawang. Sedangkan Garuda hanya melakukan 4 tembakan dan hanya 1 diantaranya yang mengarah ke gawang.

Sejak awal laga kedigdayaan tim gajah putih sudah terlihat dari intensitas tekanan yang dihadirkan. Dengan memanfaatkan sisi kiri Indonesia yang terlihat kagok dengan atmosfir laga final, Chanatip membuka pesta gol Thailand di menit kedua. 

Sepanjang babak pertama, Edo Febriansyah diplot menggantikan Pratama Arhan nampak terus dieksploitasi. Bersama Fachrudin, performa Edo pada pertandingan ini menjadi celah besar di pertahanan Garuda. Hingga akhirnya pada jeda babak, kedua pemain tersebut ditarik keluar bersama dengan Rian (sapaan akrab Rachmat Irianto) yang sejatinya tidak terlalu buruk penampilannya pada laga tadi.

Ditarik keluarnya Rachmat Irianto dan digesernya Dewangga ke posisi Edo membuat posisi double pivot Indonesia diisi oleh Evan dan Kadek. 

Upaya tersebut nampaknya diambil oleh STY untuk mengimbangi penguasaan bola di lini tengah Thailand yang cukup merepotkan. Namun keputusan tersebut nyatanya malah menghadirkan celah di depan pertahanan Indonesia. 

Evan dan Kadek memiliki atribut menyerang yang lebih menonjol dibandingkan Dewangga dan Rian. Namun dari sisi pressing dan kemampuan menutup ruang, kedua pemain tersebut jelas jauh dibandingkan dengan Dewangga dan Rian yang memang posisi naturalnya adalah bek.

Celah di depan pertahanan Indonesia itu yang kemudian menghadirkan bencana 3 gol di babak kedua. Baru 7 menit babak kedua berjalan, Chanatip menggenapkan golnya pada Turnamen kali ini menjadi 4 dan memimpin daftar Top Scorer bersama rekannya Teerasil dan Safawi. Gol tersebut lahir dari assist Suphacok yang memang sejak babak pertama terus mengocok pertahanan Timnas Indonesia.

Gol ketiga Thailand lahir dari skema yang serupa, para pemain Timnas terlambat menutup celah didepan bek saat menerima serangan balik. Umpan tarik yang dilakukan Philip Roller mampu dikonversi menjadi gol oleh Suphacok. 

Total pemain Buriram United tersebut sudah membobol gawang Indonesia 3 kali, dimana 2 gol sebelumnya dia cetak di Gelora Bung Karno pada 2019 silam.

Sementara itu gol keempat Gajah Putih lahir sebagai hukuman bagi asnawi yang melakukan pressing terhadap lawan namun lepas dan pos yang ditinggalkan mampu dimanfaatkan Bordin Phala untuk menggenapkan keunggulan. 

Kebiasaan pressing asnawi yang meninggalkan celah di posisinya memang sudah terlihat sejak partai pertama menghadapi Laos. Namun dalam beberapa pertandingan sebelumnya nampak asnawi mampu memotong bola dan lawan tidak mampu mengambil keuntungan. Berbeda dengan Thailand yang beberapa kali mampu memanfaatkan celah tersebut. Hal ini tentunya menjadi pelajaran tersendiri bagi asnawi kedepannya dalam hal perbedaan kualitas lawan.

Indonesia bukannya tanpa peluang, Philip Roller yang mengisi posisi yang biasa ditempati Narubaddin memang memiliki atribut menyerang yang cukup berbahaya. Namun disisi lain juga kerap kali meninggalkan lubang di pertahanan. Tercatat ada 2 peluang bersih yang diperoleh Indonesia dari bocornya sisi kanan Thailand. 

Pada babak pertama, Dewangga mendapatkan peluang emas didepan gawang Thailand yang berawal dari crossing Witan dari area yang diisi Roller. 

Kedua, peluang Irfan Jaya yang menerima umpan terobosan lagi-lagi di sisi kanan pertahanan tim gajah putih. Sayangnya kedua peluang emas tersebut gagal dimanfaatkan dengan maksimal.

Dengan keunggulan 4-0 ini, kemungkinan Thailand akan menurunkan Narubaddin yang memiliki atribut bertahan lebih kuat namun tetap dapat memberikan ancaman lewat assistnya. Belum lagi pada Leg kedua nanti, Gajah perang juga sudah dapat diperkuat Theeraton yang absen pada laga kali ini akibat akumulasi kartu.

Dengan kondisi tertinggal 4 gol rasanya angan memutus kutukan belum pernah juara piala AFF nampaknya menjadi mission impossible bagi tim merah putih kali ini. 

Namun dengan skuad muda yang dibawa STY, bertemu Thailand dapat menjadi kesempatan bagi beberapa pemain muda untuk belajar dari beberapa pemain Gajah Perang yang bisa dibilang merupakan Pemain terbaik Asia Tenggara di posisinya. 

Contohnya Pratama Arhan yang juga absen pada laga ini bisa melihat dan menyerap ilmu dari bek kiri terbaik Asia Tenggara saat ini yang ada pada diri Theeraton. Sekaligus sebagai panggung bagi Arho untuk membuktikan diri bahwa dirinya pantas mentas di liga elite Asia seperti K-League ataupun J-League layaknya Theeraton.

Pemain muda Indonesia lainnya seperti Witan, Egy dan Ramai Rumakiek juga dapat banyak belajar dari duo Thailand Chanatip-Suphacok tentang bagaimana bermain dengan efektif memanfaatkan kecepatan serta skill yang dimiliki untuk membantu progresi bola timnya. 

Tidak lupa juga Dewangga yang menjadi salah satu kunci dalam strategi STY di Turnamen kali ini. Kesempatan mengawal Chanatip apabila diturunkan pada Leg kedua harus dimanfaatkan oleh pemuda ini untuk unjuk gigi sebagai pemain muda potensial Nusantara. Bukan tidak mungkin, penampilan para pemain muda ini dapat membuka mata liga-liga besar Asia untuk merekrut pemain Indonesia.

Sejak awal memang sepertinya banyak pihak yang tidak menjagokan Timnas sepakbola senior menyudahi puasa gelarnya di AFF tahun ini. Lolos grup dengan menahan imbang Vietnam dan menggulingkan Malaysia saja sudah terasa seperti kejutan. Namun masih ada 90 menit kedua, bola masih bulat  dan apapun bisa terjadi. 

Meskipun jika nanti nya Timnas belum dapat menghadirkan piala AFF ke bumi pertiwi, tapi paling tidak tim ini sudah menunjukkan progresi dan potensi generasi muda nusantara. 

Lagipula publik sepakbola Indonesia kan memang sudah terbiasa menanggung kecewa. Mungkin masih butuh waktu bagi insan kulit bundar negara ini untuk berjaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun