Mengamati konstelasi global dewasa ini yang masih dilanda pagebluk Covid-19 menjadi indikasi kuat bahwa peran platform komunikasi digital sangat vital bagi keberlangsungan peradaban manusia. Hal tersebut dapat dijumpai pada implementasi new normal yang secara konseptual menuntut manusia untuk senantiasa berlaku adaptif dalam melakukan setiap aktivitas yang dijalankan, seperti bekerja (working), belajar (studying), hingga belanja (shopping). Disamping itu, penerapan new normal juga turut mendaulat piranti komunikasi digital sebagai instrumen penunjang dalam manusia melakukan berbagai rutinitas. Dapat dicontohkan, misalnya berbagai universitas di Indonesia telah menerapkan metode pembelajaran baru dengan istilah "hybrid learning" yang notabene mengkombinasikan beragam pendekatan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran tatap muka (face to face), pembelajaran berbasis komunikasi internet dan pembelajaran berbasis online (internet communication and online learning).
Selanjutnya, pada kalangan profesional dikenal pula istilah "Work From Home (WFH) / Working Hybrid" sebagai implikasi logis untuk menjaga produktivitas sesuai tolok ukur deskripsi kerja (benchmark based on job descriptions). Bahkan dalam perihal niaga, mayoritas orang banyak menggunakan aplikasi belanja daring untuk memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain, transformasi aktivitas manusia yang cenderung memanfaatkan platform komunikasi digital baik dalam bentuk aplikasi maupun entitas lain menjadi solusi aktual ditengah pandemi. Meskipun platform komunikasi digital memiliki berbagai kelebihan untuk memantik akselerasi perkembangan komunikasi hibrid, akan tetapi jika menelaah realitas masa kini terdapat pula berbagai permasalahan dan tantangan dibalik itu semua.
"Problematika utama ditengah melesatnya era komunikasi hibrid, diantaranya berkaitan dengan mahadata (big data), komputasi awan (cloud computing), sistem teknologi informasi (IT system), dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam aspek kehidupan. Disamping itu, terdapat pula tantangan lain seperti mengenai kecepatan aksesibilitas (speed of accessibility), ketangkasan (reliability), pengiriman tepat waktu (on-time delivery) hingga ketepatan (accuracy)" ujar Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Anton Yudhayana, S.T., M.T., Ph.D dalam webinar Youth Communication Day 2021 (13/12/2021)
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi hibrid menawarkan beberapa kemudahan guna melakukan proses rekayasa sosial (social engineering) seperti penggunaan aplikasi zoom untuk mensubstitusikan kegiatan seminar secara langsung, penggunaan kecerdasan buatan seperti platform google hingga aplikasi transportasi online yang secara konkrit memberikan sejumlah alternatif opsi bagi manusia dalam menjalankan rutinitas sehari-hari. Dengan begitu, dapat dikatakan selain terdapat tantangan dan permasalahan namun faktanya penerapan komunikasi hibrid dipelbagai lini kehidupan turut serta menghadirkan pluralisasi inovasi yang cukup prospektif di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H