Mohon tunggu...
Bimma Perwira Yudha Purnomo
Bimma Perwira Yudha Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu sosial dan Politik (Atma Jaya Yogyakarta)

Pemberita

Selanjutnya

Tutup

Film

Perbandingan Film Candyman (2021) dengan Candyman (1992)

11 September 2022   22:46 Diperbarui: 11 September 2022   22:53 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Candyman adalah film horror yang merupakan sekuel dari film Candyman pada tahun 1992. Film ini disutradarai oleh Nia DaCosta, pada film ini membuat penonton berpikir dan merasakan ketegangan pada adegan-adegan yang ditayangkan.

Sekarang kita akan menganalisis perbandingan yang terdapat pada film Candyman yang diproduksi tahun 2021 dengan film Candyman tahun 1992. Sebelum itu kita akan melihat dari segi genre.

Genre yang disuguhkan pada film Candyman meliputi supernatural, horror dan fantasy, begitu juga pada film Candyman yang diperoduksi pada tahun 1992. Film Candyman memiliki fokus yang lebih tinggi pada genre horror karena film ini ingin memperlihatkan karakter Candyman yang menyeramkan dan sadis kepada penontonnya.

Genre pada film merupakan hal penting sebagai identitas pada satu film, agar khalayak bisa mengerti film apa yang akan mereka tonton. Seperti yang dipaparkan atau dijelaskan oleh David Buckingham (1993) yang menyatakan bahwa genre bukan hanya diciptakan dari kebiasaan atau budaya, tapi terfokus kepada situasi yang disetujui dan dinegosiasikan dan secara konstan akan berubah. Mendeskripsikan genre sebagai penjelasan umum sedikit kompleks dan sulit, tetapi secara garis besar genre merupakan jenis, kelas atau klasifikasi yang berdiri sendiri.

Judul film Candyman tidak memiliki unsur satanisme atau horror tetapi tergolong seperti film komedi atau slice of life, tetapi jika dilihat melalui poster berbanding terbalik dengan judul yang disampaikan, kesan pada poster Candyman terlihat menyeramkan dan memiliki unsur horror.

Perbandingan yang terdapat pada film Candyman (2021) dan (1992) terlihat pada karakter Candyman pada tahun 1992 yang merupakan urban legend yang menentang tentang kelas sosial yang dimana ruang lingkup terdapat angka kriminalitas tinggi, sedangkan Candyman (2021) menceritakan kembalinya karakter Candyman dengan memberikan tanda tanya siapa sebenarnya Candyman tersebut, tetapi dengan konsep yang sama yaitu adanya kelas sosial dan rasisme terhadapa orang kulit hitam.

Sub-genre yang terdapat pada kedia film Candyman adalah slasher. Menganalisis sub-genre yang terdapat pada film ini bisa kita lihat bahwa karakter Candyman merupakan karakter yang sadis dan sering melakukan pembantaian kepada korbannya. Uniknya pada filmnya jika kita mencoba memanggil nama Candyman sebanyak 5 kali dan menulis nama Candyman pada mirror, makan sosok Candyman akan muncul dan membunuh para korbannya dan kemunculannya diperlihatkan dengan munculnya lebah serta suasana yang tegang.

Kemudian kita berlanjut kepada paradigma. Paradigma adalah cara kita melihat atau berpikir tentang makna film yang disampaikan kepada khalayak serta merumuskan alur cerita yang kita lihat (Astuti, 2022). Kedua film Candyman menggunakan Paradigma Fungsional, ciri-ciri dari paradigma ini adanya tradisi, sosiologi, keteraturan, berakar pada pemikiran objekvitas, keterkaitan dengan sosiologi kemapanan, stabilitas sosial, kesepakatan atau negosiasi, keterpaduan sosial, dan hal-hal yang nyata.

Kedua film ini memiliki dasar konflik yang sama adanya ketimpangan sosial yang terjadi, ketimpangan sosial ini bisa dilihat dari kelas sosial antara orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih. Orang berkulit hitam dianggap atau dijadikan budak bagi orang-orang berkulit putih. Permasalah dan ketimpangan yang terjadi tersupport dengan masalah fitnah yang membuat konflik semakin besar. Perbedaan yang terjadi terlihat pada latar film, dimana Candyman (1992) memiliki konflik dengan seorang putri bangsawan, tetapi pada film Candyman (2021) melakukan pembunuhan dengan konsep yang sama yaitu rasisme tetapi dengan korban yang random atau yang memanggil namanya.

Berikut merupakan ulasan film Candyman (1992) dengan film Candyman (2021).

Daftar Pustaka:

Astuti, R.A.V. (2022). Filmologi Kajian Film (1st ed.). UNY Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun