Basilika ini adalah pusat ziarah penting bagi umat Katolik di India. Â Basilika Minor Bunda Maria dari Bandel (West Bengal, India). Juga dikenal sebagai Basilika Bandel, gereja ini adalah salah satu gereja Katolik tertua di India, didirikan oleh bangsa Portugis pada tahun 1599. Basilika ini didedikasikan untuk Bunda Maria dan merupakan situs ziarah terkenal, terutama bagi umat Katolik India yang datang untuk menghormati Bunda Maria. Â Basilika Minor St. Anne (Bukit Gunung Miriam, Malaysia). Gereja ini adalah pusat ziarah tahunan yang sangat penting di Malaysia, yang menarik ribuan umat dari seluruh Asia Tenggara. Basilika ini didedikasikan untuk St. Anne, ibu dari Bunda Maria, dan dikenal dengan perayaan pesta St. Anne yang diadakan setiap Juli.
Berdasarkan penjelasan ini, maka terjawab bahwa rencana pemerintah Negara Republik Indonesia yang akan membangun gereja di pusat Ibu Kota Negara Nusantara dapat disebut basilika dengan status basilika minor sebagaimana diusulkan oleh DITJEN Bimas Katolik. Agar gelar kehormatan  basilika ini segera mendapat persetujuan dari Sri Suci Paus Fransiskus, maka pemerintah Indonesia dalam hal ini Bimas Katolik bekerjasama dengan otoritas Gereja Katolik Indonesia harus merumuskan nilai historis atau sejarah yang melekat dalam bangunan tersebut dan dalam kehidupan Gereja Katolik Indonesia. Merancang atau mendesain keindahan dan gaya arsitektur yang luar biasa baik interior maupun eksterior bangunan gereja tersebut. Menjadikan Basilika Minor sebagai tempat penting bagi kehidupan spiritual dan liturgi umat Katolik Indonesia.Â
Poin lain yang perlu dipahami dari rencana pembangunan Basilika Minor di IKN adalah latarbelakang pemberian nama Santo Fransiskus Xaverius pada basilika tersebut. Santo Fransiskus Xaverius adalah seorang misionaris Katolik terkenal yang dikenal karena peran besar dalam penyebaran agama Kristen di Asia, termasuk wilayah Nusantara pada abad ke-16.Â
Dengan demikian, basilika ini membawa warisan sejarah yang panjang dan penting, mengingat kontribusi Fransiskus Xaverius dalam menyebarkan pesan kasih dan perdamaian di wilayah yang sekarang menjadi Indonesia. Nama ini juga menegaskan peran Katolik dalam sejarah Nusantara, menciptakan benang merah antara masa lalu dan masa depan di ibu kota yang baru.
Selain aspek historis, arsitek, spiritual yang melebur dan melekat dalam pembangunan  Gereja Basilika St. Fransiskus Xaverius di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN)  terdapat juga beberapa makna yang tersirat didalamnya yakni sebagi simbol perpaduan antara iman, sejarah, dan masa depan Indonesia. Bangunan ini bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai lambang spiritualitas yang hadir di jantung pusat pemerintahan negara baru.
Lebih dari sekadar bangunan fisik, basilika ini juga melambangkan komitmen Bangsa Indonesia terhadap toleransi dan kebebasan beragama. Maka basilika merupakan simbol toleransi yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan pengakuan terhadap keberagaman, dimana semua agama diberi tempat untuk berkembang dan menjalankan ibadahnya dengan damai.
Basilika Santo Fransiskus Xaverius juga diharapkan menjadi ikon arsitektur di IKN, dengan rancangan yang menggabungkan elemen spiritualitas dan budaya lokal. Arsitekturnya yang megah dan penuh makna akan mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai universal Katolik dan kekayaan tradisi lokal Kalimantan. Dengan demikian, basilika ini akan menjadi titik pertemuan antara iman dan kebudayaan, serta menjadi tempat di mana keindahan arsitektur dan spiritualitas berpadu.
Sebagai pusat spiritualitas, basilika ini diharapkan menjadi tempat ziarah bagi umat Katolik dari seluruh Indonesia dan dunia. Dengan lokasinya yang strategis di pusat pemerintahan negara, basilika ini diharapkan menjadi tempat pertemuan umat, mempererat persaudaraan, dan menjadi simbol persatuan umat beragama. Selain itu, basilika ini akan menjadi ruang penting untuk refleksi, doa, dan pencarian makna spiritual di tengah dinamika kehidupan modern IKN.
Basilika Santo Fransiskus Xaverius di IKN pada akhirnya melambangkan harmoni antara masa lalu, kini, dan masa depan. Basilika ini menjadi simbol dari keberlanjutan warisan iman, dan juga sebagai pernyataan bahwa spiritualitas akan terus menjadi bagian penting dari kehidupan di ibu kota baru yang dirancang untuk kemajuan bangsa. Makna dari basilika ini adalah pengingat akan pentingnya nilai-nilai spiritual, toleransi, dan inklusivitas dalam membangun masyarakat yang lebih maju dan harmonis. Â
Hamma Sitohang -- Penyuluh Agama Katolik Kota Medan
Â