Mohon tunggu...
Bim bim Lalala
Bim bim Lalala Mohon Tunggu... -

Just anonimous

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bom, Teroris: Umat Islam Atau “Pasti Ulah Zionis Yahudi - Amerika”?

12 November 2011   23:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:44 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas mungkin memancing tanda tanya besar atau provokatif sifatnya bagi sebagian orang. Akan tetapi tulisan ini tidak akan terfokus dan memang bukan ditujukanuntuk mengupas jawaban dari pertanyaan judul di atas. Sengaja saya mengambil judul seperti itu terutama untuk kalimat “pasti ulah zionis Yahudi dan Amerika” karena  terinspirasi dari celotehan bernada sinis atau barangkali hinaan yang pernah saya temui dan lumayan sering dari waktu ke waktu di saat-saat tertentu di beberapa kolom komentar pembaca untuk artikel berita situs online. Kalimat sinis dan ejekan kepada pembaca muslim tersebut dilontarkan biasanya ketika ada suatu kasus negatif terjadi yang melibatkan atau membawa nama umat Islam. Barangkali memang karena pernah atau ada beberapa umat Islam mengeluarkan pernyataan bernada ketidakyakinan dalang atau pihak di balik layar suatu aksi terorisme adalah umat Islam dan lebih memilih curiga kepada pihak-pihak yang membenci Islam yang sengaja hendak menjatuhkan dan memonjokkan Islam sehingga terkadang muncul istilah (bom, teroris) itu ulah intelejen asing zionis Yahudi atau Amerika yang bekerja di negeri ini.

Kalimat seperti itulah yang kemudian diambil oleh pihak-pihak yang mengambil momentum untuk mengejek umat Islam yang sering menyalahkan Amerika atau zionis Yahudi untuk berlindung atau mengambil alasan dalam kejadian yang melibatkan umat Islam sendiri.

Saya akui kalimat tersebut memang pernah atau ada muncul dari beberapa muslim, bahkan banyak barangkali yang masih berpikiran seperti itu. Tapi tahukah kenapa bisa-bisa sampai muncul kalimat yang bernada ketidak-percayaan atau penyangkalan pada sesuatu yang ada rujukan fakta-faktanya?

Jawabannya : karena memang kami umat Islam sendiri (atau barangkali cuma sebagiannya) dan termasuk diri saya bingung !

“Lho, bingung kenapa?”

Penulis lahir dari keluarga Islam, dan mendapat nilai-nilai Islam dari kecil hingga dewasa. Ya, cukuplah mungkin lumayan pengetahuan agamanya untuk kalangan orang awam berhubung memang penulis suka membaca dan rajin belajar agama di waktu kecil.  Belajar agama dari orang tua, dari ustadz mengaji, dari guru agama. Juga mendapatkan ilmu dari berbagai macam buku-buku yang sudah pernah dibaca dari kecil, artikel-artikel, majalah-majalah, situs-situs online, dan dari kelompok pengajian. Juga dari waktu ke waktu membaca Al Quran dengan hampir selalu merujuk pada terjemahan atau tafsirnya. Ya, sebagaimana orang-orang muslim kebanyakan lainnya, maka begitu pula penulis mendapatkan pengetahuan akan agama Islam ini.

Akan tetapi, setelah itu semua, dari dulu hingga sekarang, tak pernah penulis sampai pada kesimpulan yang akan mengakibatkan penulis melakukan hal-hal yang pernah dilakukan teroris; bahkan terlintas di pikiran saja tidak. Tak pernah penulis terinspirasi atau merasa terpanggil untuk melakukan sebuah aksi atau bom bunuh diri karena menurut pemahaman penulis, Islam mengutuk orang yang membunuh dirinya sendiri dengan ancaman kekal di neraka selama-lamanya diakibatkan mereka putus harapan terhadap TuhanNya yang sebenarnya sangat sayang pada mereka melebihi sayangnya mereka pada diri mereka sendiri.

Tak pernah penulis diajarkan atau telah tersetting otaknya, dengan mempelajari atau mendekat pada ajaran agama Islam, sehingga memiliki pemikiran untuk menghabisi  setiap orang non-muslim yang ditemui atau dikenal karena memang sekali-kali tidak pernah Islam sebagaimana yang telah dipelajari dan diketahui penulis menanamkan atau menyuruh bertindak seperti itu. Malahan utusan Allah, Nabi Muhammad SAW saja, sebagaimana dinarasikan Al Qur’an sebagai “uswatun hasanah  liman kaa na yarjullaaha wal yaumul  akhir” (suri tauladan yang baik bagi siapa yang hendak menuju Allah dan mengharapkan (kebaikan) di akhirat), tidak pernah mencontohkan hal seperti itu.

Nabi Muhammad SAW pernah dikejar-kejar orang-orang suatu desa baik tua-muda, pria -wanita dengan dilempari batu sampai-sampai penuh luka di sekujur tubuh. Alkisahnya Allah memberikan pilihan kepada beliau, dengan diturunkannya malaikat, jika beliau setuju maka akan dihukum penduduk desa tersebut dengan bukit yang akan dijungkirbalikkan pada mereka. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW memilih untuk memaafkan mereka beralasan mereka adalah kaum yang tidak mengetahui.

Beliau setiap kali hendak berangkat sholat Subuh, dalam perjalanannya, selalu dilempari kotoran oleh seorang wanita nonmuslim dari kaumnya, namun beliau hanya diam saja dan mencucinya setiba di mesjid. Suatu ketika sudah beberapa hari tidak ada lemparan kotoran yang beliau terima dan sampailah berita bahwa ternyata wanita tersebut sedang sakit, beliau malah langsung menjenguknya sambil mendoakan kesembuhan wanita tersebut tanpa ada rasa dendam. Begitu juga ketika terjadi penaklukkan kembali kota Mekkah oleh kaum muslimin dimana sebelumnya umat muslim terpaksa keluar dan terusir dari kampung halamannya tersebut, dan banyak sudah orang-orang yang mereka sayangi baik dari karib kerabat maupun sahabat yang terbunuh oleh kaum nonmuslim Mekah, termasuk paman Nabi Muhammad sendiri yang tubuhnya dicincang-cincang tanpa bentuk dalam suatu perang sehingga bisa dikenali sedikitpun lagi dan jantungnya dimakan oleh seorang wanita. Akan tetapi semua orang kafir di kota Mekah, dalam peristiwa penaklukkan kota Mekah dengan teriakan takbir tahmid dan tahlil tersebut, termasuk wanita yang memakan jantung paman yang disayangi oleh Nabi, diampuni dan dilindungi nyawanya oleh beliau.

Orang kafir yang nyata-nyata memusuhi baginda Rasulullah saja beliau bertindak pemurah dan pemaaf, bagaimana mungkin beliau sudah mengajarkan kami, umat Islam, untuk memusuhi dan menyerang orang-orang non-muslim yang tidak menunjukkan permusuhan, dan malah bekerja sama dengan umat Islam di negeri yang sama-sama di tempati, di negara yang mayoritas pemeluknya muslim ini?

Makanya sebagian besar kami umat Islam, termasuk diri saya sendiri, menjadi bingung dengan kondisi teror atas nama Islam saat ini.

Jika mereka, kelompok-kelompok yang berusaha menyudutkan Islam, menuding bahwa kaum teroris muslim tersebut tercuci otaknya dengan ayat-ayat Al Quran yang menyuruh perang, jihad, atau membunuh orang kafir; maka ketahuilah pemahaman atau tudingan mereka itu salah kaprah. Ketentuan jihad itu tidak bisa dilakukan secara asal dan seenaknya karena secara syar’i terkait dengan tindakan politis-kepemimpinan di bawah sebuah komando pimpinan umat Islam bersatu (dimana saat ini tidak ada hal yang demikian) diakibatkan suatu sebab, setelah melalui suatu tahapan tertentu seperti diplomasi, dimana seringkali terjadi dalam rangka pembelaan diri atas ancaman kelompok-kelompok yang nyata-nyata berusaha menghancurkan umat Islam. Itupun jihad dilakukan dengan adab-adab yang jelas seperti dilarangnya menyerang wanita, anak-anak, dan orang-orang yang tak terlibat. Silahkan tunjukkan ayat AL Quran dalam konteksnya yang benar (tidak diambil sepotong-sepotong untuk membelokkan artinya) dimana Allah menyuruh untuk sebisa mungkin menghabisi setiap non-muslim. Yang ada hanyalah contoh dari salah satu ayat Al Quran dalam surat Al Mumtahanah : “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Tidakkah diperhatikan bahwa ada kebebasan beribadah atau menjalankan syariat agama masing-masing bagi non-muslim di negara-negara muslim ? Dan memang seperti itulah kami umat Islam sebenarnya diajarkan. Dan perhatikanlah berapa banyak negara-negara non-muslim yang melarang, atau menyulitkan umat Islam untuk beribadah atau dalam semata-mata menjalankan perintah agama. Paling tidak itulah kenyataan dan pemahaman yang penulis pahami dari agama ini.

Demi Allah, penulis tidak pernah sekalipun mendengar atau mendapati suatu kejadian dimana umat non-muslim dilarang minta izin untuk beribadah ketika mereka ada terikat dalam suatu kegiatan atau kerja dengan seorang muslim.  Yang didapati penulis hanyalah kasus-kasus dimana seorang muslim yang kebetulan bekerja bagi seorang non-muslim mendapat kesulitan untuk sholat, malahan dilarang, di negeri yang katanya  mayoritas muslim ini (catatan : hanya kasus per kasus, tidak boleh men-generalisir hal ini).

Contoh lain, sejarah pernah mencatat (dan diakui akademisi barat) bagaimana besarnya tragedi kemanusiaan dengan tumpahnya darah dimana-mana ketika Yerussalem jatuh ke tangan nonmuslim di abad dalam suatu perang yang berlangsung berabad-abad dalam fase-fasenya ketika itu, dan lihatlah bagaimana sejarah mencatat bagaimana pemurah, pemaaf, dan beradabnya umat Islam ketika Yerussalem kembali ke tangan umat Islam di bawah pimpinan Sholahuddin Al Ayyubi (Saladin) di kala itu. Lihat jugalah bagaimana perlakuan yang pernah dialami umat Islam di Spanyol yang dihabisi beserta tragedi kemanusiaan nya dan terusir total ketika bumi Andalusia di jazirah Iberia (Spanyol dan Portugal) takluk kembali ke tangan nonmuslim.

Kalau pada kenyataannya kemudian ternyata kasus-kasus teror yang dilakukan oleh seorang muslim, atau mengatasnamakan Islam pada saat ini, makanya tak heran penulis dan banyak umat Islam menjadi bingung. Kenapa muncul kadang-kadang kalimat-kalimat dari umat Islam bahwa pasti ini di belakangnya antek-antek zionis atau Amerika yang berusaha untuk menjelek-jelekkan Islam (wallahu ‘alam), sebenarnya tak terlepas dari kebingungan kami akan sebuah paradoks antara yang dipahami akan agama Islam yang  kami anut dengan kenyataan aneh yang berlaku saat ini. Kenapa malah tudingan sering ditujukan pada Amerika atau zionis Yahudi ? Tak lain tak bukan karena memang kedua kelompok ini pada kenyataannya dalam berbagai tindakan mereka, baik sengaja atau tak sengaja, seringkali menyakiti hati umat Islam, terutama dalam kasus kebijakan dan ketidakadilan dalam masalah Palestina, kemudian juga merembet pada masalah negara-negara lain seperti masuknya tentara asing ke Iraq tanpa alasan yang bisa dibenarkan dan terbukti kebenarannya.

Perlu sejenak kita balik ke belakang ke beberapa tahun silam sebelum tahun 2000 an. Apakah terdengar berita kasus bom dan teror atas nama Islam ? Apakah Islam sudah dikaitkan dengan terorisme di kala itu dan sudah berlangsung lama? Jawabannya tidak kan ? Yang sudah ada sejak beberapa saat hanyalah kasus perjuangan rakyat Palestina, dan itu pun terjadi dalam ruang lingkunp teritorial mereka yang terbatas. Sungguh mengidentikkan Islam dengan teroris merupakan sebuah hal yang baru, terutama dalam dasawarsa terakhir ini.

Agama Islam bukanlah sebuah agama dan keyakinan baru, bahkan sudah muncul semenjak 14 abad yang lalu.  Sudah berbagai fase sejarah Islam terlibat dan ikut mengambil peran dalam kemanusiaan dan kebudayaan. Banyak juga kontribusi Islam kepada umat manusia di berbagai bidang termasuk ilmu pengetahuan, walaupun hal ini banyak yang terlupakan atau sengaja ditutup-tutupi atau dikaburkan oleh banyak pihak. Dan Islam pun sudah berinteraksi dengan berbagai macam kebudayaan dunia sejak dahulu kala, sebagaimana pesatnya perdagangan antara Arab dan Asia Timur di kala itu. Islam pun sempat menjadi pusat kebudayaan dunia, dengan kota-kota megapolitannya di kala itu, seperti halnya Baghdad yang didatangi semua pedagang dan kaum intelektual dunia dengan bahasa Arab menjadi bahasa paling penting di dunia saat itu. Eropa dan barat pun mengenal dan tersentuh dengan peradaban Islam, di tambah lagi dengan munculnya pusat-pusat Islam di Andalusia Spanyol : Cordoba, Granada, pada akhirnya Eropa pun banyak belajar dan memanfaatnya untuk kebaikan mereka sehingga muncullah Renaissance atau awal kebangkitan mereka. Islam pun pada akhirnya juga dipeluk oleh berbagai macam manusia, tidak hanya Arab, tapi nyaris saat ini Islam ada di semua suku bangsa, tersebar di berbagai pelosok dan belahan dunia. Oleh karenanya, tidaklah adil menyebut atau mengidentikkan Islam atau pengikutnya dengan sebutan teror dan teroris hanya dengan kejadian yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir ini saja.

“Lantas kenapa kok ada umat Islam sekarang ini yang seakan-akan hobi nya ngebom sana sini, atau bom bunuh diri, dan membuat teror dimana-mana ?”

Kenyataannya lebih banyak umat Islam yang baik-baik dan adem-adem saja, baik yang agama Islam nya sekedar KTP, maupun yang rajin beribadah dan dekat dengan agamanya. Para pembuat onar tak lain tak bukan hanyalah oknum oknum yang jumlahnya bisa dihitung jari dari jumlah umat Islam yang milyaran di seluruh dunia. Itupun, banyak di antara umat Islam yang adem-adem itu bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kenapa bisa ada di antara mereka yang melakukan teror atas nama Islam, sesuatu yang tak masuk akal di hati dan pikiran mereka sebagai pemeluk agama Islam yang juga taat dan baik.

Akan tetapi, sebenarnya kita bisa membuka pikiran lebih lebar untuk memahami sebuah fenomena tersebut. Dalam hal ini penulis melihat istilah terorisme Islam ini baru ada semenjak kemunculan Osama bin Laden dengan gerakannya. Kalau tak salah ingat, ia lah dengan kelompoknya yang pada awalnya mulai menarik perhatian dunia, hanya beberapa tahun sebelum peristiwa penyerangan terhadap menara kembar WTC di Amerika, dengan melakukan pemboman-pemboman di kedutaan-kedutaan dan kantor diplomat barat yang dianggap dekat dengan Israel dan menyudutkan Palestina. Kemudian terjadi peristiwa menghebohkan yang menghancurkan WTC di Amerika Serikat tersebut, sehingga mulailah hal ini menarik perhatian semua warga dunia (terlepas dari kontroversi teori konspirasi yang sudah ada dan makin banyak diyakini orang yang menyebutkan peristiwa ini diskenario orang-orang di Amerika Serikat sendiri untuk melegitimasi perang “War on Terror” mereka). Amerika Serikat pun kemudian menginvasi Afganistan yang sedang dikuasai Taliban yang dianggap melindungi Osama. Afganistan pun jatuh, tapi sampai sekarang perang masih tak selesai. Kemudian Amerika pun menyerang dan menguasai Iraq dengan Saddam Hussein nya karena dianggap memiliki senjata pemusnah massal yang membahayakan dunia dan Amerika (dan ternyata tak terbukti). Beriringin dengan hal tersebut, media juga disibukkan dan dihiasai dengan aksi teror atas nama Islam yang makin merebak di berbagai belahan dunia, mulai dengan bom-bom di stasiun-stasiun kereta bawah tanah Eropa, bom bunuh diri di sana sini, munculnya kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Osama baik di Asia Tenggara dengan Jamaah Islamiyahnya, di Filipina dengan Abu Sayyafnya, di Chechnya, Pakistan, Thailand selatan, India, Somalia, Yaman dsb. dengan namanya masing-masing dan aksi terornya masing-masing. Di Indonesia pun terjadi bom bom, baik yang menargetkan turis barat di Bali, warga asing di kedutaan besar asing, hotel yang banyak disinggahi warga asing, dan malah yang terakhir di gereja. Padahal di antara bom-bom tersebut banyak juga umat Islam sendiri yang menjadi korban.

Jika mau untuk berpikir sejenak atas runtutan peristiwa tersebut, sebenarnya kita akan bisa mengambil suatu pemahaman akan apa yang sebenarnya terjadi. Jika penulis harus mengatakannya dengan suatu kalimat, maka tak ragu-ragu penulis akan mengatakan Amerika Serikat dan barat lah yang telah menyuburkan dan mengembangkan terorisme di kalangan umat Islam. Kenapa ? Karena mereka gagal (entah sengaja atau tak sengaja), membaca psikologi dan realita umat Islam yang tersakiti dengan kebijakan mereka. Dimulai dengan kasus Palestina-Israel yang nyata-nyata Amerika dengan terang-terangan memihak Israel dan jelas-jelas hal tersebut menyakiti hati umat Islam. Tak heran sebagian umat Islam kemudian memusuhi Amerika sehingga tak heran ada yang membentuk organisasi yang terang-terangan melawan Amerika secara fisik seperti Osama dengan Al Qaedanya sementara mereka tak bisa mengharapkan apa-apa dengan pemimpin negara-negara muslim yang tak berdaya. Kemudian terjadi peristiwa hancurnya WTC, sebuah tragedi kemanusiaan yang merenggut banyak jiwa manusia dimana umat Islam terbelah menghadapi kejadian tersebut, malah ada yang merayakannya. Kenapa malah ada yang merayakannya? Karena memang Amerika dan barat dengan kebijakannya selama ini bertahun-tahun selalu menyakiti umat Islam dan seolah-olah menempatkan dirinya sebagai musuh Islam, khususnya dalam hubungan Palestina-Israel, dan kalau diruntut ke belakang mungkin terkait juga dengan penjajahan yang mereka lakukan ke negeri muslim di masa lalu.

Penulis sendiri masih ingat di pagi hari, ketika masih di bangku SMA, ketika terhoyak melihat gambar headline dan berita hancurnya WTC tersebut di surat kabar yang dipajang di sekolah. Dan terus terang, penulis sudah merasa was-was sesuatu yang besar akan terjadi setelah peristiwa tersebut, dan penulis tidak yakin kejadian tersebut akan berdampak baik bagi umat Islam.

Kemudian Amerika Serikat menginvasi Afganistan dengan tujuan memburu Osama. Kemudian masih dalam rangka program “War on Terror” mereka, negeri muslim yang lain pun diserang yakni Iraq. Berdalih dilakukan untuk tujuan kebaikan, tapi lihatlah apa yang terjadi di kedua negeri tersebut hingga sekarang. Stabilitas tak pernah tercapai, nyawa-nyawa selalu berjatuhan tiap hari hingga saat ini. Perang tak selesai-selesai. Dan sudah entah berapa nyawa umat muslim yang hilang dalam perang hingga saat ini. Jika ditotal jumlah korban perang dan konflik pada umat Islam di negara-negara tersebut jauh melebihi jumlah korban dalam perisitiwa hancurnya WTC. Simpati penulis dan seluruh dunia pada nyawa-nyawa yang harus hilang tanpa alasan yang jelas dalam peristiwa WTC tersebut, tapi dunia melupakan nyawa-nyawa yang hilang di negara Afganistan dan Iraq tersebut. Padahal invasi barat/asing ke kedua negara muslim tersebut membekas di hati umat Islam, seakan-akan memberikan gambaran yang makin jelas bagi umat Islam akan kebencian Amerika dan barat pada Islam.

Dengan kedua invasi tersebut, apalagi dengan berlarut-larutnya konflik Palestina-Israel, malah dunia makin tak damai. Kenapa tidak?  Adalah masuk akal jika kebencian makin dalam terbentuk pada sebagian umat Islam dengan sikap yang tak arif dan bijak barat dalam menyikapi sekelompok garis keras minoritas muslim di bawah pimpinan Osama. Bayangkan saja jika kita punya sanak saudara di dua kota terpisah, kemudian rumah kedua sanak saudara tersebut tiba-tiba dikuasai orang lain sampai saat ini, dan sebagian anggota saudara terbunuh sebagai akibatnya hanya karena salah satu saudara kita dituduh dan tak terbukti punya senjata perusak bagi banyak orang, sementara yang satu lagi kebetulan punya tamu yang dibenci orang lain tersebut tapi setelah sang tamu tersebut tewas masih saja berdiam disana. Apa kita akan merasa biasa-biasa saja ? Tak heran jika muncul kebencian. Apalagi anak-anak muda yang semangatnya masih menggelora, dengan tubuh yang masih segar dan aktif. Apalagi mereka yang namanya anak-anak muda cenderung responsif, dan tak jarang anarkis. Tak heran sebagian dari mereka terpesona dengan Osama dan gerakannya yang mengambil jalan keras dan fisik menghadapi orang-orang yang anak-anak muda muslim ini benci, karena sesuai dengan semangat dan jiwa muda mereka. Apalagi mereka hanya bisa melihat orang-orang tua di negeri mereka seakan-akan hanya berdiam diri dan tak bisa berbuat apa-apa. Tak usah heranlah sebagian dari mereka pun jatuh ke dalam aksi terorisme karena mereka menganggap jalan yang mereka tempuh adalah untuk kebenaran demi mengalahkan orang-orang yang menindas mereka. Mereka pun sampai-sampai tak mau ambil pusing lagi dengan seruan orang-orang tua atau yang lebih bijak yang mengatakan jalan yang mereka ambil salah walaupun mungkin punya niat yang benar. Ya, semata-mata karena darah muda mereka yang menggelora, yang sayangnya darah muda tersebut selama ini tak banyak disirami oleh cahaya agama yang cukup baik karena ulama-ulama yang makin menipis jumlahnya (yang ada hanya banyak dai-dai yang pintar bicara), maupun situasi negara-negara muslim pasca era kolonialisasi barat yang sempat, dan sampai sekarang masih banyak yang menjauh dari Islam sehingga yang ada hanyalah sebuah generasi yang KTP nya Islam, tapi di hati dan pikirannya tak Islam karena memang tak diajari Islam yang cukup dan bagaimana Islam sesungguhnya.

Menurut pembaca masuk akal kah jika penulis katakan sangat mudah untuk merekrut anak-anak muda yang pas-pas an pengetahuan agama Islamnya untuk dijadikan teroris ? Saya katakan sangat masuk akal.  Tinggal datangi mereka dan jelaskan pada mereka bahwa sebenarnya saat ini Islam sebagai agama sedang diserang dan dizalimi. “Buktinya? Itu lihat Palestina, bagaimana saudara-saudara semuslim sudah terusir dari tanah kelahiran mereka, diambil tanahnya, kemudian yang tersisa menghabisi hidupnya dengan penderitaan. Dan lihatlah dan bacalah berita barat yang bersikap berat sebelah bahkan ada yang nyata-nyata mendukung penuh Israel tanpa adil”. “Lihat lagi bagaimana Afganistan diserbu dan dikuasai, juga Iraq hingga saat ini”. “Sungguh sudah jelas-jelas permusuhan mereka pada Islam dan mereka bahkan sudah nyata-nyata hendak menghabisi Islam dan pengikutnya, mari kita lawan dan berjihad di perang ini.” Begitu saja kata-kata yang mungkin diucapkan pada anak-anak muda yang semangatnya tinggi tapi dangkal pemahaman agama dan kesadaran mereka akan realitas, pasti sudah terpengaruh dada dan pikiran mereka. Tinggal tambahkan dalil-dalil Al Quran dan hadis yang diambil sepotong-potong atau tanpa konteks untuk bisa mendukung ajakan agar mereka ikut ke dalam perang dalam menegakkan kembali Islam, pasti jatuhlah sebagian dari generasi muda tersebut ke dalam gerakan radikal tersebut. Ya. tinggal yakinkan mereka bahwa umat Islam saat ini dalam kondisi perang dan perlu untuk membalas orang kafir tersebut, selesai sudah urusan perekrutan teroris. Tak heran bermunculan mengekor di belakang Al Qaeda berbagai organisasi garis keras di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia karena memang ideologi yang dibawa teroris menarik bagi jiwa muda dan pembenarannya mudah dibuat untuk diyakinkan pada banyak orang melihat pada kenyataan berbagai ikut campur dan agresi barat di dunia yang tak adil pada dunia Islam.

Terlepas dari itu semua, umat Islam sendiri ikut bertanggung jawab atas kekisruhan ini. Sebuah kekisruhan yang hanya memperburuk dan memperpojok umat Islam. Ya, saya katakan memperpojok karena saat ini seakan-akan semakin menajam polaritas antara dua kubu, Islam dan nonIslam dengan makin banyaknya dan makin menajamnya kebencian yang sangat terhadap Islam. Bacalah kolom-kolom berita baik nasional, apalagi berita di situs-situs internasional berbahasa Inggris, dan perhatikanlah komentar “luar biasa” bernada kebencian sangat yang sampai-sampai menempatkan Islam di luar koridor kemanusiaan dan harus atau layak dilenyapkan. Dan hal ini tak semata-mata wacana di media dan tulisan saja, kenyataannya di lapangan perlakuan terhadap muslim pun makin memburuk. Di berbagai negara nonmuslim banyak pelarangan di sana sini terhadap umat Islam walaupun itu menyangkut keberagamaan mereka, banyak terjadi serangan fisik juga terhadap muslim dari oknum-oknum nonmuslim di negara tersebut. Ya, Saat ini sebenarnya terjadi diskriminasi dan isu SARA yang berat dan luar biasa di dunia pada umat Islam yang dianggap angin lalu karena banyaknya isu teroris yang membawa nama Islam. Sementara itu di negeri muslim sendiri juga tak lebih baik. Mulai terjadi diskriminasi terhadap orang-orang yang semata-mata ingin hidup berdasarkan Al Quran dan sunnah yang benar karena pemberitaan media yang menjelek-jelekkan dan mengidentikkan teroris dengan beberapa ketentuan sunnah semisal adab bercelana/berpakaian bagi lelaki dan masalah jenggot, padahal hal tersebut tak ada kaitannya dengan teroris. Orang-orang baik yang sholeh dan tak bersalah apa-apa pun mulai dilecehkan baik melalui perkataan maupun perbuatan. Orang-orang mulai ada yang takut belajar agama atau makin mendalami agamanya sendiri takut terjerumus dengan terorisme. Naudzu billahi min dzalik. Padahal ajaran Islam yang murni tak akan membawa seseorang menjadi teroris. Bahkan dengan alasan mencegah radikalisme warga, ada negara yang mayoritasnya muslim melarang atribut Islam, bahkan sampai melarang sholat di kantor.

Apa tanggung jawab umat Islam terhadap hal ini ? Umat Islam memang tak bisa kita menyerahkan saja isu terorisme ini kepada nonmuslim yang bertindak dengan tidak bijak melalui tindakan militer atau aksi diskriminasi yang tak akan memperbaiki malah memperburuk keadaaan dan memperdalam kebencian satu sama lain. Sebagaimana imbauan dari non-muslim sendiri agar yang namanya muslim moderat tampil dan melawan radikalisme di dalam Islam sendiri, maka memang sudah seharusnya muslim kebanyakan pun bertindak menghadapi kesesatan paham sebagian umat Islam ini karena tindakan mereka semakin memperburuk dan menyusahkan muslim-muslim lainnya dan tindakan mereka tak mendatangkan kebaikan sedikitpun bagi Islam.

Tapi memang kenyataannya hal ini tak mudah, dan kalau boleh dikatakan nyaris tak mungkin untuk bisa efektif, diakibatkan kenyataan berpecah-belahnya umat Islam itu sendiri saat ini, masing-masing dengan golongannya sendiri-sendiri. Sementara itu di satu sisi, umat ini nyaris tak memiliki ulama yang dalam pengetahuan agamanya ( jumlahnya yang sangat sedikit), dan banyak umat Islam sendiri yang minim pengetahuan agama dan praktek-praktek yang menyalahi agamalah yang dominan seperti syirik dengan segala bentuknya. Dalam bermunajat kepada Allah dalam sholat saja, hanya satu dua mungkin di antara sekian banyak yang mengerti apa yang dibacanya, dan sudah banyak juga yang tak sholat. Al Quran banyak yang jadi riasan saja di rumah, dan jika ada yang membaca sama sekali tak mendatangkan faedah bagi mereka dalam menuntut hidup dikarenakan tak tahu arti yang dibaca, padahal mereka setidak-tidaknya bisa membaca terjemahannya, itupun malas melakukannya.

Kenapa malah penulis menekankan pentingnya mendekat ke agamanya sendiri dan memahami agamanya sendiri bagi umat Islam untuk menghabisi radikalisme dalam tubuh umat muslim sendiri? Tak lain dan tak bukan karena memang dengan yakinnya penulis mengatakan bahwa Islam tak akan membawa seseorang pada terorisme, malahan akan membentuk pribadi-pribadi yang baik, baik untuk untuk dirinya sendiri maupun sesama. Hanya jika umat dituntun untuk memahami agamanya dengan benar lah, mereka tak harus tersesat dengan didoktrin menjadi seorang teroris. Selain itu bagaimana umat muslim mayoritas bisa menghadapi ideologi teroris jika orang-orang teroris membawa ayat-ayat Al Qur’an dan hadis (walaupun dalam pemahaman yang sesat dan tanpa konteks), sementara orang-orang muslim kebanyakan hanya bisa diam karena membawakan satu ayatpun mereka tak bisa karena mereka sendiri juga tak kenal agama mereka. Jika sampai orang teroris lebih terlihat pandai dalam agama, bagaimana mungkin membuat mereka tersadar bahwa mereka telah sesat, apalagi untuk mencegah orang-orang baru masuk kelompok mereka? Selain itu hanya dengan mendekat kepada ajaran agama lah, mendekat dan berpedoman pad Al Qur’an dan sunnah Rasulullah lah, umat muslim akan bisa bersatu. Hanya dengan demikianlah mereka akan sadar segala sesuatu termasuk perselisihan di antara umat muslim harusnya dikembalikan pada Allah dan rasulNya, dan meninggalkan kefanatikan golongan mereka; memilih yang benar dan meninggalkan hawa nafsu mereka. Kemudian hanya dengan mendekat pada Allah dan ajaran agamanya lah datang pertolongan Allah setelah nyata-nyata keimanan dan kesabaran mereka, insya Allah dengan disatukannya kembali komando umat Islam. Jika umat Islam sudah bersatu, atas izin Allah, di bawah jalan yang benar, tak akan ada  artinya berbagai organisasi teroris radikal tersebut, pasti hancur dengan mudahnya, lenyap oleh umat Islam sendiri.

Pada kenyataannya, memang perpecahan di kalangan umat Islam ini sendiri sudah jauh-jauh hari diingatkan oleh baginda Rasulullah dimana perpecahan di umat Islam jauh melebihi perpecahan di kalangan Yahudi atau Nasrani. Dan baginda juga sudah mengisyaratkan bahwa umat muslim akan terkepung dari berbagai penjuru oleh pihak-pihak yang memusuhi mereka. Tak lain dan tak bukan ini adalah akibat lemahnya kualitas umat muslim dan sebagai hukuman sekaligus peringatan dari Allah agar kembali kepada agama dengan benar. Tak ada gunanya jumlah mereka yang banyak, namun jika hanya KTP nya saja yang Islam, jumlah yang banyak itu akan bagaikan buih-buih di lautan.

Dalam sebuah hadits shahih dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Tidak lama lagi umat-umat lain akan saling menyeru untuk mengeroyok kalian seperti orang-orang yang makan mengerumuni nampan (berisi hidangan makanan)“. Salah seorang sahabat bertanya: “Apakah dikarenakan jumlah kita sedikit kala itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bahkan kalian saat itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian buih (tidak memiliki iman yang kokoh) seperti buih air bah, sungguh (pada saat itu) Allah akan menghilangkan rasa takut/gentar terhadap kalian dari jiwa musuh-musuh kalian dan Dia akan menimpakan (penyakit) al wahnu ke dalam hati kalian.” Maka ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (penyakit) al wahnu itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Cinta (kepada perhiasan) dunia dan benci (terhadap) kematian” (HR Abu Dawud (no. 4297), Ahmad (5/278) dan lain-lain, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam “Silsilatul ahaadiitsish shahihah” (no. 958).

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (wahai kaum mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu merasa bangga dengan banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai………...(Al Quran , At Taubah : 25)

Pada akhirnya segala sesuatu hanya akan kembali pada umat Islam sendiri. Jika mereka mendekat pada agamanya dan tegak pada ketentuan Allah dan sunnah, maka baru kehinaan ini akan diangkat oleh Allah, baik kehinaan berupa kelemahan di berbagai bidang maupun kehinaan karena kemunculan isu terorisme. Namun, jika malah dengan isu-isu tersebut mereka makin lari dari agamanya, maka akan semakin lama pula umat Islam terpuruk dalam situasi sekarang dan akan terus memburuk.

Akhir kata, semoga dalam situasi serba sulit dan penuh fitnah ini umat Islam diberikan kesabaran dan hidayah dari Allah. Apalagi dengan pemberitaan media yang tak bersahabat dan segala sesuatunya penuh dengan kabut ketidakjelasaan termasuk dalam isu terorisme ini. Bukan bom, teroris, ataupun zionis yahudi atau Amerika yang bisa menjatuhkan umat Islam, tapi hanya umat Islam sendiri yang bisa mengakibatkan kejatuhan diri mereka sendiri.

Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, “Jika kalian telah melakukan jual beli dengan cara ‘iinah (salah satu bentuk jual-beli riba), membuntuti ekor-ekor sapi (disibukkan dengan peternakan) dan merasa puas dengan (hasil) pertanian (sehingga lalai dari agama), serta meninggalkan jihad di jalan Allah maka niscaya sungguh AllahTa’ala akan menimpakan kehinaan dan kerendahan kepada kalian, dan Dia tidak akan menghilangkan kehinaan itu sampai kalian kembali kepada agama kalian ”. Dalam riwayat Imam Ahmad, “…sampai kalian bertobat kepada Allah.” ( HR Abu Dawud (no. 3462), Ahmad (2/42) dan lain-lain, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam “Silsilatul ahaadiitsish shahihah” (no. 11))

Sahabat yang mulia Umar bin Khattab juga berkata dalam ucapannya yang terkenal, “Dulunya kita adalah kaum yang paling hina, kemudian Allah Ta’ala memuliakan kita dengan agama Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan selain agama Islam ini, pasti Allah Ta’ala akan menjadikan kita hina dan rendah” (Riwayat Al Hakim dalam “Al Mustadrak” (1/130), dinyatakan shahih oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi)

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka senantiasa menyembah-Ku (samata-mata) dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik” (QS An Nuur:55).

(Sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar Ruum:6).

Seseungguhnya Allah pasti akan menolong orang yang menolong-Nya, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS Al Hajj:40).

referensi : http://horizonwatcher.blogdetik.com/2011/10/08/bom-teroris-umat-islam-atau-pasti-ulah-zionis-yahudi-amerika/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun