Mohon tunggu...
Maheswara BimasenaTedja
Maheswara BimasenaTedja Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Murid dari Jakarta yang ingin mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi, Keunikan Indonesia yang Rapuh

19 November 2024   22:14 Diperbarui: 19 November 2024   22:14 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dok. Penulis

"Agama melarang adanya perpecahan, bukan perbedaan" ~ Gus Dur

Toleransi merupakan suatu hal yang sangat unik di Indonesia sebagai negara dengan budaya yang amat beragam dan unik. Keragaman ini membuat Indonesia dipandang secara internasional sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai toleransi [1]. Nilai ini menjadi suatu lem yang sangat penting dalam suatu bangsa yang memiliki berbagai keunikan yang berbeda.

Dari hal tersebut, banyak orang dapat merangkum bahwa keberagaman dalam masyarakat dapat mengembangkan sikap toleransi dengan baik. Namun, kenyataannya keberagaman dijadikan suatu senjata yang digunakan baik untuk memulai suatu konflik ataupun menyerang orang yang berbeda. Dari berbagai jenis keragaman yang ada, keragaman agama menjadi alasan utama banyak sekali terjadinya konflik di berbagai belahan dunia. Konflik Pakistan-India yang melibatkan umat Islam dan Hindu [2], konflik agama di Nigeria yang melibatkan umat muslim dan kristen [3], dan konflik agama Irlandia Utara yang melibatkan umat Katolik dan Protestan [4] menjadi beberapa contoh-contoh konflik antar agama di dunia.

Bahkan, masih terdapat berbagai konflik antar agama yang terjadi di Indonesia yang dimulai dari hal-hal kecil. Lebih dari 100 gereja telah disegel, banyak ibadah dari agama lain diganggu ataupun dihentikan, hingga terdapat kasus pemaksaan kepercayaan dalam bentuk pengedaran surat perintah pendidikan agama islam [5]. Hal ini dapat menghancurkan reputasi indonesia sebagai negara toleransi di mata internasional, mengakibatkan berbagai kerusuhan lebih besar yang tidak diinginkan indonesia maupun negara-negara lainnya. Hal ini juga menjadi suatu pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia yang terdapat pada UUD 1945 Pasal 28E [6] mengenai kebebasan beragama.

Ekskursi: Al-Mizan Majalengka dan Kolese Kanisius

fotoekskursi-jpg-673cab0934777c4d72114522.jpg
fotoekskursi-jpg-673cab0934777c4d72114522.jpg
Sumber: Dok. Penulis

Walaupun kenyataan tersebut nyata dan pahit, hal ini tidak berarti kita sebagai warga Indonesia hanya dapat melihat saja tanpa melakukan sesuatu. Banyak sekali warga-warga yang masih mempercayai bahwa toleransi masih dapat diciptakan dan dicapai. Saya mendapatkan kesempatan menarik untuk melihat hal tersebut di Pesantren Al-Mizan Majalengka dalam kegiatan ekskursi Kolese Kanisius yang berlangsung selama tiga hari. Dalam tiga hari tersebut, saya dapat melihat nilai toleransi yang ditekankan oleh para santri dan santriwati di pesantren yang unik tersebut.

Kegiatan ekskursi dimulai pada siang hari dengan suatu sambutan meriah bagaikan sambutan raja yang ramai. Saya disertai dengan mayoritas anggota kelompok ekskursi kelompok saya mengikuti seluruh dinamika yang ada seperti beberapa ekor anak itik yang kehilangan jalan. Namun, kegiatan yang kami sendiri ikuti sangat menarik dan unik. Dengan angin yang menyentuh kulit dengan lembut secara berkala, suasana di pesantren menjadi sangat nyaman seakan kami sedang dalam masa liburan.

Suasana pada malam hari pun tidak kalah dibandingkan dengan siang hari. Gedung olahraga yang dijadikan sebagai aula pentas seni menjadi sangat gaduh dan ramai, bahkan lebih ramai dibandingkan pagi harinya. Malam yang penuh tawa dan riang menjadi seperti suatu taman bermain penuh dengan anak-anak. Para santriwati Al-Mizan membawakan tari yang mengalir bagaikan suatu sungai, sementara para santri membawakan tarian yang gagah bagaikan tentara. Kami dari Kolese Kanisius hanya dapat mempersembahkan nyanyian bagi mereka yang sudah melayani kami dan menuntun kami dengan sangat ramah.

Toleransi di Al-Mizan untuk Indonesia

Tentu saja bukan hal tersebut saja yang membuat seluruh kegiatan ini sangat menarik untuk didalami. Alasan utama kegiatan ini dijalankan adalah untuk mengembangkan nilai toleransi dari pandangan agama lain. Di Al-Mizan sendiri, toleransi menjadi nilai utama yang ingin dikembangkan dalam jati diri para santri dan santriwati. Demi mencapai hal tersebut, Al-Mizan sudah siap mengikuti arus zaman dan mengimplementasikan berbagai metode-metode yang lebih modern, salah satunya adalah pengenalan terhadap budaya lain secara daring maupun luring. Implementasi metode tersebutlah yang dapat mempercepat dan mempastikan tumbuhnya nilai toleransi. Berbagai nilai-nilai yang ingin dikembangkan, terutama toleransi, tidak hanya dapat dikembangkan melalui paparan saja, tetapi melalui interaksi, kolaborasi, dan pengukuhan hubungan sesama.

Hal ini dapat dikembangkan lebih jauh untuk mengakomodasi keunikan dan keragaman dari Indonesia. Warga Indonesia yang sangat beragam perlu mengerti bahwa mereka pun hidup dalam satu masyarakat yang sama. Miskonsepsi, miskomunikasi, dan banyak kesalahpahaman pasti akan terjadi, tetapi hal ini tidak boleh menjadi hambatan bagi kita sebagai warga yang memiliki berbagai macam keunikan untuk menyatu, sesuai dengan apa yang dicita-citakan para pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan pada masa penjajahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun