Mohon tunggu...
Bima Saputra
Bima Saputra Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Guru Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tantangan Nyata Pendidikan di Era Industri 4.0

14 Januari 2025   19:25 Diperbarui: 14 Januari 2025   19:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari-hari secara drastis. Inovasi seperti Artificial Intelegence (AI) dan  Internet of Things (IoT) tidak hanya mendorong efisiensi dan produktivitas manusia, tetapi juga memengaruhi dinamika sosial, ekonomi, pendidikan dan geopolitik secara global. 

Gelombang transformasi tersebut menjadi salah satu elemen dari terciptanya kerangka berpikir serta era industri baru, yaitu konsep Revolusi Industri 4.0. Namun, “…the technology is not just about efficiency; it is also about creating solutions that enable humans to remain relevant and empowered in the digital era” (Yao, 2019). Tentu kemajuan perkembangan teknologi yang terjadi dewasa ini harus disikapi secara bijak karena bisa berimplikasi terhadap eksistensi manusia di lintas sektor kehidupan. 

Berdasarkan konsep berpikir tersebut, Jepang mengembangkan inti dari Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 yang dikenal dengan nama Society 5.0. Miyami Fukuyama yang dinukil Shiddiq Sugiono dalam Digital Content Industry in Society 5.0 Perspective (Sugiono, 2020) menjelaskan, tujuan utama dari konsep Society 5.0 adalah untuk menciptakan masyarakat yang berfokus pada manusia, di mana perkembangan ekonomi dan solusi atas masalah dapat tercapai, serta setiap individu dapat menikmati kehidupan yang berkualitas . Kunci untuk mewujudkan tujuan ini adalah dengan mengintegrasikan dunia maya dan dunia nyata, guna menghasilkan nilai baru pengetahuan serta solusinya untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Menurut Umar Faruqi (Faruqi, 2019), Society 5.0 adalah sebuah konsep yang mengintegrasikan teknologi dalam Revolusi Industri 4.0 dengan memperhatikan aspek kemanusiaan, sehingga dapat mengatasi berbagai masalah sosial dan menciptakan keberlanjutan. Melalui penerapan teknologi AI dalam Industri 4.0, big data atau informasi besar yang ada di seluruh aspek kehidupan dapat dikumpulkan melalui internet dan diolah menjadi pengetahuan baru yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia (Sugiono, 2020). 

Jika Industri 4.0 hanya melihat teknologi sebagai alat atau mesin untuk mengakses informasi, maka Society 5.0 menekankan bahwa teknologi dan fungsinya telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia. Artinya, konsep Society 5.0 ini harus menempatkan manusia sebagai aktor utama perkembangan masyarakat global, sebab berbebeda dengan robot dan IoT manusia memiliki kualitas nilai emosional yang mungkin sulit dicapai oleh Ai dalam konsep industri 4.0. Sebagaimana Yuko Harayama menuliskan dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Society 5.0: Aiming for a New Human-centered Society;

"Digitalization is a means, but we humans must remain central actors. Traditionally, innovation driven by technology has been responsible for social development, but in the future, we will reverse our way of thinking, focusing on how to build a society that makes us happy and provides a sense of worth” (Harayama, 2017).

Jadi secara sederhana dapat dipahami bahwasanya meskipun Industri 4.0 telah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan proses dan produktivitas, Society 5.0 menekankan bahwa teknologi harus menjadi bagian dari kehidupan manusia, bukan hanya sekadar alat untuk mencapai efisiensi. Dalam Society 5.0, manusia tetap menjadi aktor utama dalam pembangunan masyarakat, dengan teknologi berfungsi sebagai sarana untuk mendukung kualitas hidup yang lebih baik. Konsep ini mengajak kita untuk berfokus pada bagaimana membangun masyarakat yang mampu menciptakan kebahagiaan, memberi makna, dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.

Peran Pendidikan Sebagai Pencetak Manusia Indonesia Unggul

Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menyesuaikan dengan perkembangan standar kehidupan sosial yang terus berubah di tingkat global. Sistem pendidikan yang baik dapat membawa kemajuan bagi suatu negara, karena kemajuan tersebut mencerminkan kontribusi bangsa terhadap peradaban dunia. Oleh karena itu, pendidikan harus terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Aspek-aspek pemikiran dan peradaban yang berkembang menjadi elemen penting bagi kemajuan suatu bangsa. Meskipun ada perbedaan dalam budaya, adat istiadat, bahasa, dan sistem kepercayaan, perbedaan tersebut tidak menjadi masalah karena pada dasarnya setiap negara berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal (Teknowijoyo, 2021).

Peserta didik hari ini dapat diklasifikasikan sebagai generasi digital asli, yaitu mereka yang lahir dan berkembang di era digital, sedangkan para guru mayoritas merupakan generasi digital imigran, yaitu generasi yang lahir sebellum era digital. Namun dalam perkembanganya diusianya hari ini mereka juga menikmati era digital, perbedaan klasifikasi secara sosiologis tersebut mengisyaratkan bahwa antara guru dan peserta didik memiliki pengalaman sosial yang berbeda, sebagai pengaruh dari perbedaan beragam fenomena sosial yang menyertai masa hidup dan perkembangannya, sehingga menyebabkan perbedaan cara berpikir, cara belajar, dan cara bersikap antara keduanya. 

Menurut Muhadjir Effendy yang dikutip Yusnaini (Yusnaini, 2019) , untuk menembus era 4.0 dalam dunia pendidikan dibutuhkan perbaikan kurikulum dengan meningkatkan kompetensi siswa, meliputi 1) Berpikir kritis; 2) Kreativitas dan inovasi; 3) Keterampilan interpersonal dan komunikasi; 4) Teamwork dan kolaborasi; 5) Percaya diri. Ini adalah modal yang sangat dibutuhkan Indonesia untuk masuk abad 21 dan mengusai akan bergaul dalam industri 4.0. Urgensi dari perbaikan dan inovasi kurikulum pendidikan adalah untuk membentuk SDM Indonesia unggul, yang tentu saja dapat bersaing pada skala global. 

Globalisasi dengan wajah konsep industry 4.0 memang menuntut manusia untuk kreatif, inovatif dan tangguh. Perbaikan dan inovasi kurikulum pendidikan menjadi langkah strategis untuk menjawab kebutuhan dunia yang terus berubah, terutama dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan konsep Industri 4.0. Dalam konteks ini, sistem pendidikan tidak lagi cukup hanya berorientasi pada transfer ilmu pengetahuan, tetapi harus mampu menciptakan ekosistem pembelajaran yang mendorong pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas. Kurikulum yang dirancang secara adaptif memungkinkan siswa untuk tidak hanya memahami ilmu secara teoritis, tetapi juga mampu menerapkannya dalam situasi praktis yang relevan dengan perkembangan teknologi dan pasar kerja global.

Lebih jauh, inovasi kurikulum harus memperhatikan aspek keseimbangan antara pengetahuan lokal dan global. Siswa perlu dibekali dengan wawasan global agar dapat bersaing secara internasional, tetapi tanpa kehilangan identitas budaya dan nilai-nilai luhur bangsa. Pada 2015 UNESCO menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi sebagai sarana penguatan nilai-nilai budaya lokal, sekaligus membangun kompetensi global untuk menghadapi tantangan dunia modern (UNESCO, 2015). Oleh karena itu, kurikulum berbasis literasi digital, teknologi, dan data menjadi penting untuk menciptakan manusia yang unggul, baik dalam konteks nasional maupun internasional.

Transformasi kurikulum yang menyeluruh adalah langkah strategis untuk membangun fondasi pendidikan yang kokoh dalam mencetak generasi emas Indonesia yang unggul, berdaya saing global, dan berkarakter, sesuai visi SDM unggul Indonesia 2045 yang menekankan pendidikan sebagai sarana pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang relevan dengan tuntutan zaman. Transformasi ini tentu sejalan dengan ide dasar dari Society 5.0 yang lebih menekankan pada kesiapan pemberdayaan manusia untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan pada masa revolusi industri 4.0. Artinya, manusia nanti diharapkan dapat menyelesaikan masalah sosial dengan menyelaraskan nilai-nilai dan layanan yang baru secara masif agar terciptanya kehidupan yang baik, selaras, dan berkelanjutan di tengah perkembangan teknologi yang pesat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun