Tentu apa yang dikonsepsikan Soekarno masih relevan untuk diimplementasikan sekarang.
Tidak melulu soal guru, kita sebagai civitas akademik pun memiliki peran penting dalam upaya memajukan pendidikan nasional. Seharusnya kita mampu untuk menciptakan wajah-wajah baru dalam dunia pendidikan nasional.Â
Sebagai upaya memunculkan warna yang lebih cerah dan baru terhadap pendidikan agar pendidikan nasional kita dapat lebih berkembang dalam menyikapi zaman. Sikap kritis, selektif dan solutif lah yang dibutuhkan untuk dapat membantu memajukan pendidikan nasional.
Kritis disini dimaksudkan supaya kita tanggap dengan segala kebijakan khususnya kebijakan mengenai pendidikan. Sikap seperti ini bertujuan supaya, antara negara dan warganya tidak terjadi miss yang mengakibatkan kerugian semua pihak. Selektif, sebagai intelektual kita memang harus bersikap selektif tertuma terhadap informasi yang diterima. Solutif, nampaknya inilah yang paling sulit dilakukan. Karena banyak masyarakat Indonesia yang bisanya hanya memprotes segala hal tanpa memberikan usulan penyelesaiannya.
Nampaknya penting medekonstruksi kembali pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara, dalam menghadapi realita pendidikan hari ini. Bangunan konsepsi pendidikan kodrat alam sepertinya sangat cocok untuk diimplementasikan mengingat banyak masyarakat kita yang telah mengalami degradasi moral kebangsaannya. Sebagaimana telah dituliskan diatas, kemajuan teknologi terkadang tidak melulu membawa dampak positif bagi perkembangan peradaban kita.Â
Tentu pendidikan memainkan peranan penting dalam menghadapi realita sekarang. Ki Hadjar Dewantara telah mengajarkan kita untuk tidak bergantung dengan hal lain diluar diri kita tanpa mengesampingkan harmonisasi alam. Â
Dalam konteks ini, pendidikan bukan menjadi tujuan mencerdaskan kehidupan individu, tetapi haruslah mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan cita-cita negara Indonesia merdeka. Maka aspek sosial yang harus ditekankan, bukan aspek individualistik. Pendidikan nasional juga harus dapat memerdekakan bangsa atau warganya dari segala kungkungan atau embargo dan intervensi dari bangsa lain yang ingin mengobrak-abrik sistem pendidikan nasional Indonesia. Itulah yang setidaknya Ki Hadjar Dewantara ajarkan kepada kita, tujuan akhirnya adalah Hamemayu Hayuning Manungsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H