Di setiap pelajaran musik, Vano selalu memandang ke sebuah alat musik. Walaupun ia sudah diingatkan guru nya untuk memperhatikan apa yang sedang dijelaskan, matanya tetap tertuju ke sebuah alat musik. Alat musik itu ialah piano. Vano selalu berangan-angan bisa bermain piano layaknya pemain profesional. Vano sering mencoba memainkannya, terkadang dengan melihat guru yang sedang memainkannya ataupun belajar dari internet. Setiap pulang sekolah, ia selalu bergegas mengemasi barangnya dan menuju ruang musik untuk belajar.
“Aku ingin sekali jadi pemusik profesional, aku harus belajar dengan tekun dan tekad yang kuat” batinnya.
Beberapa kali Vano dimarahi oleh sang guru karena menggunakan alat musik tanpa seizin guru tersebut.
“Kamu ini kalau mau masuk kesini izin dulu, jangan asal masuk!” Bentak sang guru.
Walaupun begitu, ia tetap berusaha menyelinap ke ruang musik untuk mempelajari piano. Lama kelamaan, Vano makin mahir bermain piano dan ia pun menunjukkan bakatnya itu kepada gurunya.
Sang guru sangat terkesima.
“Wow, ternyata aksimu menyelinap selama ini membuahkan hasil ya" kata sang guru.
“Iya dong pak, aku mau jadi pemusik profesional yang terkenal di dunia” kata Vano.
Kemudian guru musik tersebut memberitahu hal tersebut kepada orang tua Vano.
Bel pulang sekolah sudah berdering, menandakan waktu untuk pulang. Vano bergegas pulang kerumah dengan menggunakan ojek online. Sesampainya dirumah, ibu nya bertanya kepada Vano.
"Nak, kata guru kamu, kamu sering menyelinap ke ruang musik?"