“Waduh, kok ibu bisa tau sih” batin Vano.
Karena Vano tidak ingin berbohong kepada ibunya, ia pun memberitahu hal yang sebenarnya terjadi.
“Aku itu diam-diam menyelinap mau belajar main piano bu, biar bisa jadi pemusik profesional” katanya.
“Ah begitu rupanya, daripada kamu menyelinap terus-terusan, mau ibu belikan piano tidak?” Balas ibunya.
Tanpa berpikir panjang, Vano pun langsung mengangguk. Ia merasa sangat bahagia karena pada akhirnya ia bisa mendalami bakatnya dalam bermain musik.
“Makasih ya bu, aku janji mau belajar piano dengan tekun dan serius” katanya.
Matahari mulai meredupkan sinarnya, tampak sebuah mobil terparkir di halaman yang membawa sebuah kardus besar. Sopir mobil itu turun dan menurunkan kardus besar tersebut ke depan rumah Vano. Lantas Vano memanggil ibu nya dan bertanya kepada ibunya.
"Ibu pesan apa itu kok ada sopir antar kardus besar?"
Sang ibu diam saja tidak menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh anaknya itu.
Bergegaslah sang ibu untuk menemui sopir tersebut. Ia meminta sopir tersebut untuk meletakkan kardus tersebut di dalam rumahnya. Setelah kardus itu dimasukkan, ibu nya segera membuka kardus tersebut. Betapa senangnya saat Vano mengetahui bahwa isi dari kardus tersebut adalah sebuah piano. Ia menangis haru dan memeluk ibunya serta berterimakasih.
Setiap hari Vano selalu memainkan piano tersebut. Disaat pagi hari, maupun pulang sekolah. Ia pun didaftarkan oleh ibu nya untuk mengikuti les piano privat. Setelah beberapa bulan, Vano sudah mahir dalam bermain piano. untuk semakin mengasah kemampuan nya itu, Vano sering mengiringi ibadah di gereja. Bahkan ia bisa memainkan berbagai genre, seperti jazz, pop, maupun blues. Vano juga mampu mengajari teman temannya dalam bermain musik. Cita citanya untuk menjadi pemusik profesional pun semakin dekat.