Mohon tunggu...
Bima Pradipta Putra
Bima Pradipta Putra Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Vano dan Piano

19 November 2024   06:48 Diperbarui: 19 November 2024   09:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di setiap pelajaran musik, Vano selalu memandang ke sebuah alat musik. Walaupun ia sudah diingatkan guru nya untuk memperhatikan apa yang sedang dijelaskan, matanya tetap tertuju ke sebuah alat musik. Alat musik itu ialah piano. Vano selalu berangan-angan bisa bermain piano layaknya pemain profesional. Vano sering mencoba memainkannya, terkadang dengan melihat guru yang sedang memainkannya ataupun belajar dari internet. Setiap pulang sekolah, ia selalu bergegas mengemasi barangnya dan menuju ruang musik untuk belajar. 

“Aku ingin sekali jadi pemusik profesional, aku harus belajar dengan tekun dan tekad yang kuat” batinnya. 

Beberapa kali Vano dimarahi oleh sang guru karena menggunakan alat musik tanpa seizin guru tersebut. 

“Kamu ini kalau mau masuk kesini izin dulu, jangan asal masuk!” Bentak sang guru.

Walaupun begitu, ia tetap berusaha menyelinap ke ruang musik untuk mempelajari piano. Lama kelamaan, Vano makin mahir bermain piano dan ia pun menunjukkan bakatnya itu kepada gurunya. 

Sang guru sangat terkesima.

“Wow, ternyata aksimu menyelinap selama ini membuahkan hasil ya" kata sang guru. 

“Iya dong pak, aku mau jadi pemusik profesional yang terkenal di dunia” kata Vano.

Kemudian guru musik tersebut memberitahu hal tersebut kepada orang tua Vano.

Bel pulang sekolah sudah berdering, menandakan waktu untuk pulang. Vano bergegas pulang kerumah dengan menggunakan ojek online. Sesampainya dirumah, ibu nya bertanya kepada Vano. 

"Nak, kata guru kamu, kamu sering menyelinap ke ruang musik?" 

“Waduh, kok ibu bisa tau sih” batin Vano.

Karena Vano tidak ingin berbohong kepada ibunya, ia pun memberitahu hal yang sebenarnya terjadi.

“Aku itu diam-diam menyelinap mau belajar main piano bu, biar bisa jadi pemusik profesional” katanya.

“Ah begitu rupanya, daripada kamu menyelinap terus-terusan, mau ibu belikan piano tidak?” Balas ibunya.

Tanpa berpikir panjang, Vano pun langsung mengangguk. Ia merasa sangat bahagia karena pada akhirnya ia bisa mendalami bakatnya dalam bermain musik. 

“Makasih ya bu, aku janji mau belajar piano dengan tekun dan serius” katanya.

Matahari mulai meredupkan sinarnya, tampak sebuah mobil terparkir di halaman yang membawa sebuah kardus besar. Sopir mobil itu turun dan menurunkan kardus besar tersebut ke depan rumah Vano. Lantas Vano memanggil ibu nya dan bertanya kepada ibunya. 

"Ibu pesan apa itu kok ada sopir antar kardus besar?" 

Sang ibu diam saja tidak menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh anaknya itu. 

Bergegaslah sang ibu untuk menemui sopir tersebut. Ia meminta sopir tersebut untuk meletakkan kardus tersebut di dalam rumahnya. Setelah kardus itu dimasukkan, ibu nya segera membuka kardus tersebut. Betapa senangnya saat Vano mengetahui bahwa isi dari kardus tersebut adalah sebuah piano. Ia menangis haru dan memeluk ibunya serta berterimakasih.

Setiap hari Vano selalu memainkan piano tersebut. Disaat pagi hari, maupun pulang sekolah. Ia pun didaftarkan oleh ibu nya untuk mengikuti les piano privat. Setelah beberapa bulan, Vano sudah mahir dalam bermain piano. untuk semakin mengasah kemampuan nya itu, Vano sering mengiringi ibadah di gereja. Bahkan ia bisa memainkan berbagai genre, seperti jazz, pop, maupun blues. Vano juga mampu mengajari teman temannya dalam bermain musik. Cita citanya untuk menjadi pemusik profesional pun semakin dekat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun