Berbeda dengan klub-klub yang ikut IPL hanya Arema Indonesia saja yang mempunyai nama besar. Selain itu, konflik di PSSI ini juga merembet ke perpecahan beberapa klub. Arema pecah menjadi dua, ada yang di ISL di bawah Rendra dan di IPL dibawah M. Nuh. Kemudian Persija dan Persebaya juga pecah menjadi dua kubu.
Penyelesaian
Merujuk pada surat balasan FIFA dan AFC kepada Komite Eksekutif PSSI, setidaknya untuk menyelesaikan konflik dualisme kompetisi yang ada sekarang dapat ditempuh deengan tiga cara.
Pertama, menggelar kongres untuk merubah statuta sekaligus untuk mendapatkan kesepakatan dari para anggota PSSI. Kedua, menaati statuta dengan mengembalikan peserta kompetisi menjadi 18 klub, bukan 24 klub.
Ketiga, melalui badan abritase untuk memfasilitasi pertemuan dua kelompok yang berseteru. Badan abritase ini bisa lewat pemerintah yang dalam hal ini KONI atau menteri pemuda dan olahraga.
Dari ketiga solusi tersebut, sekarang tinggal pada pengurus PSSI dan pihak-pihak yang berkonflik saja. Aapakah mau berdamai dengan keadaan dengan mengenyampingkan egois atau tetap mengedepankan kepentingannya yang notebene semakin tidak membuat kondusif iklim kompetisi di Indonesia.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa IPL yang pada masa kepengurusan Nurdin Halid dianggap ilegal saja bisa berjalan dengan normal, apalagi ini ISL yang notebene sudah diakui eksistensinya.
Refrensi :Lampungpost
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H