Mohon tunggu...
Bima Ericka
Bima Ericka Mohon Tunggu... wiraswasta -

I'm the CEO of OSIS 2012..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bakti Merah Putih 2011, “Hiduplah Indonesia Raya..”

2 Maret 2012   00:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:39 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bakti Merah Putih (BMP), acara tahunan yg sudah menjadi adat dan seakan menjadi kewajiban bagi kami sekelompok pemuda pecinta alam di Stm 1 Solo. Seperti tahun tahun sebelumnya, tahun ini kami kembali berencana melaksanakan BMP, berbagai persiapan kami lakukan, rapat koordinasi, penyusunan proposal, bagi tugas sampai minta ijin orang tua. Namun semua persiapan tadi tidaklah berjalan mulus, 17 Agustus tahun ini bertepatan dengan bulan Puasa, sehingga proposal kami ditolak dan kami tidak mendapat ijin dari sekolah. Tapi itu bukanlah halangan, dengan semangat nasionalisme yg membara kami nekat berangkat.

Tanggal 16 agustus, sepulang sekolah kami berangkat terpisah, 8 orang berangkat lebih dulu karena mereka naik bis, sedangkan 10 orang yg naik motor termasuk aku menyusul sekitar pukul setengah 4. Dalam perjalanan rombongan motor terpecah, aku tiba di Selo lebih dulu, beberapa menit kemudian yang lain menyusul kecuali Simbah dan Rifqi yg nyasar (Nyasar = Kebiasaan Pas BMP.. Hehehe...). Salah seorang dari kamipun menghubungi mereka sebagai salah satu tindakan SAR, saat sedang menunggu simbah, tiba-tiba muncul lagi 1 personil lagi, Si Penthol yg anak boyolali ternyata berangkat sendiri dan menunggu kami di Masjid Selo, rombongan pun menjadi 11 orang. Tak lama kemudian simbah dan rifqi tiba dengan kabar buruk, jacket simbah hilang (kok iso'i loo..), akhirnya kami pecah jadi 2 kelompok, Pandega dan Simbah mencari jacket simbah dan yg lain lanjut ke base camp.

Di tengah perjalanan menuju base camp, di sebuah tanjakan Rifqi terjatuh dan motornya masuk ke ladang. Awalnya kami semua panik, tapi itu hanya 1 detik, setelah itu semua tertawa tanpa dosa sambil membantu rifqi me'Rescue motornya (hahahahahahahhaha,,,) dan perjalanan berlanjut sampai ke Base Camp Kang Bari, disana kawan-kawan Bis sudah menunggu dan kamipun berbagi tawa dengan mereka.

Menjelang maghrib, ada 2 orang, Ayi dan Sigit yg menyusul sampai selo, namun mereka tidak tahu jalan ke base camp. Aku dan BangSatrio pun jadi tim penjemput, naasnya, diperjalanan Ayi dan Sigit juga terjatuh di tempat yg sama dengan Rifqi, (Tertawa tanpa dosa Part 2, hahhahaa..), setelah memberi bantuan perjalanan pun berlanjut sampai base camp yg berarti waktuku untuk buka puasa.

Selesai buka puasa, Luluk memimpin perencanaan pendakian beserta managementnya. Target kami sampai di Edelweis pukul setengah 2, jadi kami berangkat pukul setengah 8 setelah sholat isya'. Selesai Sholat dan persiapan, Luluk kembali memimpin do'a, dan pendakian pun bermula. Aku dan pandega berada di depan, namun sebelum sampai pos 1 kami salah jalur (sudah kebiasaan..) dan rombongan pun balik kanan, dan aku jadi sweeper sekarang (hehehe..), perjalanan berlanjut sampai di Pos 1, istirahat sejenak karena kawan-kawan sudah mulai kecapaian.

Perjalanan berlanjut, aku kembali ke depan, aku berjalan agak cepat sehingga kawan-kawan pada "protes", tapi aku tak peduli, terus berjalan sampai di tanjakan Monyet (karena dulu aku dicegat monyet disana, jadi aku namai tanjakan monyet,,), beberapa saat berhenti, mas Jon (pakketum) menginstruksikan untuk memecah rombongan jadi 2, aku di depan dengan pandega sebagai sweeperku, sedangkan Holowok, rifqi(yg abis jatuh) dan kelas 3 (kecuali pandega dan penthol) di belakang. Aku dan 4 orang lain (satrio, kipli, andri dan penthol) berjalan dengan tempo yg sama seperti tadi, sedangkan sisanya (vensa, brian, munandar, simbah, alkhan, fadhil dan pandega) berjalan agak pelan. Pukul 10 kami tiba di Batu tulis, aku menunggu rombongan Pandega sambil istirahat sejenak, karena jalur selanjutnya adalah Tanjakan Frustasi (dinamai begitu karena tanjakannya bikin Frustasi), yang paet tapi menyenangkan. Seperempat jam kemudian, Hiking nyambi Scrambling, perlahan kami mulai menaiki tanjakan frustasi,tanjakan yg terasa sangat jauh, apalagi aku harus memecah konsentrasi, mengarahkan andri dan satrio yg didepan dan tidak tahu jalan sekaligus menjadi penghubung dengan rombongan pandega yg juga tidak tahu jalan.

Dan hampir satu jam kemudian, kami tiba di Sabana 2, istirahat sejenak (kalori..kalori..). Kabut makin tebal dan embun berubah jadi gerimis, aku menginstruksikan teman-teman untuk memakai mantol (aku joinan sama kipli..). Perjalanan berlanjut, tinggal 1 bukit lagi tiba di edelweis, kami memperlambat jalan karena target sudah pasti tercapai. Berjalan pelan menyusuri punggungan bukit, dan kami tiba di edelweis yg merupakan penginapan kami. Kami segera membuat camp dan api, masak dan makan, aku sendiri masih agak khawatir karena sudah 1 jam rombongan belakang belum juga muncul. Beberapa waktu kemudian, Luluk dan Holowok tiba, tapi mereka hanya berdua (dan tanpa barang bawaan juga..), ternyata kawan yg lain nge'camp di batu tulis karena ada yg Tepar (bahasa kerennya kecapekan, sakit dsb..). Kemudian aku melanjutkan istirahatku, sementara yg lain sibuk dgn urusan masing".

Pukul 3 pagi, aku dibangunkan untuk makan Sahur, semangkuk mie berdua dengan fadhil, lumayanlah buat nambah energi, lepas sahur, sebagian dari kami(Luluk, holowok, fadhil, alkhan, kipli, andri, pentol, Munandar) melakukan Summit Attack untuk mencari Sun Rise, karena perasaanku mengatakan bahwa sunrise akan terhalang kabut(saiki isoh maen perasaan leeenn..), jadi aku tidak ikut dan memilih tidur lagi berpelukan dengan vensa (ben anget..). Pukul setengah 6, aku terbangun dan baru sadar kalau bendera ada di tasku, aku bangun dan memeriksa tasku dan ternyata bendera belum dibawa naik, akupun menyusul ke puncak hanya bersama Tas kesayanganku karena vensa masih tepar dan pandega tak bisa dibangunkan. Berjalan perlahan, menaiki lereng selatan puncak kenteng songo sambil menikmati dinginnya udara pagi, istirahat sejenak sambil memandangi Merapi dan membayangkan Pacarku, berjalan lagi dan akhirnya sampai dipuncak. Kawan" terlihat kedinginan dibalik semak", aku mengambil push up 2 set, kemudian berjalan ke Puncak Syarif (jarene Babe, Jareku "puncak 120"..) bareng penthol dan kipli, melihat lihat kawah dan bertemu dengan seekor burung. Seperempat jam kemudian kami kembali ke Kenteng songo, Foto" sembari menunggu kawan yg lain datang, Andri dan sastro pamit turun karena tidak kuat dingin. Sijon, iza, tokir dkk pun satu persatu menyusul, kecuali Sigit yg tepar di "Atas Angin" (kok ngeri ya..). Sekitar pukul 8, upacara pun dimulai, dipimpin bapak" dari Taman Nasional Gunung Merbabu, upacara yg sederhana tapi sangat khidmat, sangat berbeda dengan saat kami upacara disekolah, apalagi saat lagu Indonesia raya dinyanyikan dan Merah putih Berkibar. Bapak Pembina upacara berpesan bahwa "Merbabu adalah milik kita bersama, jadi harus kita jaga bersama".

Setengah jam kemudian, upacara telah selesai, dan sesi foto" berlanjut, apalagi fotograferku sudah datang (Si Jon), beberapa saat kemudian kawan" bis pamit untuk pulang mendahului supaya tak kehabisan Bis, sementara yg lain masih diatas untuk membuat pondasi (menggunakan air alamnya Jon dan pentol) dan mengecat Tugu. Tugas dipuncak selesai, kami turun ke edelweis, packing dan langsung turun ke batu tulis,melalui sabana dan menuruni tanjakan Frustasi (prosotan yoohh...), di batu tulis, kami packing lagi (membereskan camp yg disini..) sambil istirahat yg cukup panjang dan juga sholat dhuhur (sebagian..). Dirasa cukup istirahat, kami melanjutkan perjalanan turun, jalanan yg berdebu membuat perjalanan terasa berat, apalagi saat itu aku puasa. 2 jam kemudian kami tiba di Base camp, andri, satrio dan pandega memesan nasi gorang, sijon masak mie, sementara aku, kipli dan Tokir tertidur (aku ditemani donutku yg bernyanyi..) dan yg lain sibuk dengan urusan masing-masing.

Pukul setengah 4, aku terbangun, cuci muka ganti pakaian dan segera bersiap pulang, begitu pula yg lain. Pukul 4, kami meninggalkan basecamp, tujuan kami adalah rumah masing", jadi kami pulang terpisah, perjalanan pulang terasa biasa saja, arus lalu lintas tidak terlalu ramai, mendapat beberapa pemandangan dijalan (mbak'e Shodaqoh,,) dan hampir mati ditabrak bus di dekat rumah Si Jon (hehehe). Setelah mengembalikan Si Jon kerumahnya aku langsung pulang, pukul 5 seperempat aku tiba dirumah dan langsung terkapar dikamar hingga dibangunkan ibuku untuk berbuka puasa. Ternyata aku bisa..

Itu menjadi akhir dari perjalanan kali ini, perjalanan yg berat namun sangat menyenangkan, 21 orang, 3142 meter, Merah Putih, Puasa dan Indonesia Raya Merdeka. Perjalanan yg menjawab pertanyaanku dan sijon, perjalanan yg menjadi bukti bahwa puasa dan orang" tua tak akan menghentikan kami, sekelompok pemuda dengan rasa cinta tanah air yg besar untuk merayakan kemerdekaan dengan cara kami. Dirgahayu indonesiaku, Merdeka dan jayalah selalu, Dan Majulah terus Pemuda Indonesia, jangan biarkan generasi tua menghentikan langkah kita.

Surakarta, 4 September 2011

Bima Handoko, NTA. 125 / EPA / X / 11

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun