Salah satu kritik utama terhadap creative placemaking adalah risiko terjadinya gentrifikasi, di mana peningkatan nilai properti yang berujung pada pengusiran penduduk berpenghasilan rendah. Selain itu, proyek ini sering kali menghadapi masalah keaslian, karena upaya untuk menciptakan sense of place terkadang gagal memahami budaya lokal secara mendalam. Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa ahli merekomendasikan pendekatan "place-keeping" atau "place-belonging", yang menekankan pentingnya melibatkan komunitas lokal serta mempertahankan elemen sejarah dan budaya yang ada di tempat tersebut.
Kesimpulan
Ekonomi kreatif berbasis tempat memiliki potensi besar untuk merevitalisasi kawasan perkotaan, memperkuat identitas budaya, dan meningkatkan kualitas hidup. Pendekatan yang melibatkan seni dan budaya dalam membangun sense of place memberikan dampak positif, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Namun, agar proyek creative placemaking benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, penting untuk menerapkan prinsip-prinsip inklusivitas dan kepekaan terhadap karakteristik sosial-budaya lokal.
Dengan semakin berkembangnya ekonomi kreatif, kota-kota modern dapat belajar dari contoh keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Pengembangan berbasis tempat yang inklusif, adaptif, serta sensitif terhadap kebutuhan masyarakat dan sejarah lokal dapat menciptakan lingkungan yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga membangkitkan keterhubungan emosional yang mendalam, menciptakan kota yang lebih hidup, bermakna, dan penuh inspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H