Mohon tunggu...
Bima Dwi Cahyandaru
Bima Dwi Cahyandaru Mohon Tunggu... Desainer - mahasiswa

Hobi saya sangat beragam dan saling melengkapi. Salah satunya adalah menerbangkan drone, yang memberikan perspektif unik dari udara. Setelah itu, saya suka mengedit rekaman yang saya ambil untuk menghasilkan video yang menarik dan profesional. Selain itu, saya juga menikmati bermain musik, terutama gitar, sebagai cara untuk menenangkan pikiran dan mengekspresikan diri. Ketiga hobi ini memberi saya kebebasan untuk berkreasi dan selalu menemukan hal baru yang menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Hubungan Tempat dan Ekonomi Kreatif dalam Pembangunan Perkotaan

15 November 2024   08:49 Diperbarui: 15 November 2024   08:52 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi kreatif berkembang sebagai salah satu pendorong utama pembangunan perkotaan modern. Hubungan antara tempat dan ekonomi kreatif menciptakan fenomena yang memperkuat identitas, interaksi sosial, serta daya tarik ekonomi suatu kawasan. Sebagai contoh ikonis, Hollywood tidak hanya menjadi pusat industri film dunia, tetapi juga menciptakan ekosistem kreatif yang mendukung berbagai industri terkait. Begitu pula dengan District 798 di Beijing, yang berhasil mengubah bekas kawasan industri menjadi pusat seni kontemporer yang hidup.

Pendekatan ekonomi kreatif di suatu tempat bekerja melalui dua mekanisme utama: konsentrasi aktivitas kreatif di wilayah tertentu, serta pemanfaatan "sense of place" untuk menarik penduduk dan pengunjung. Dengan pergeseran ekonomi global dari industri berat ke ekonomi berbasis layanan dan amenitas, banyak kota mulai fokus pada pengembangan kawasan yang mampu menarik talenta berbakat serta wisatawan, menciptakan sinergi antara identitas tempat dan kreativitas yang terintegrasi.

Sense of Place: Menemukan Identitas dan Keterhubungan Emosional
Sense of place atau rasa tempat mencerminkan hubungan emosional dan kognitif yang dirasakan individu terhadap lingkungan fisiknya. Venesia di Italia, misalnya, memiliki sense of place yang kuat dan dikenali melalui arsitekturnya yang unik, sistem kanal, dan tata letak jalan yang ikonis. Kota ini membangkitkan rasa keakraban meskipun bagi mereka yang belum pernah mengunjunginya.

Namun, rasa tempat juga dapat bersifat personal. Sebuah jalan kecil atau sudut kota mungkin memiliki nilai emosional yang mendalam bagi individu tertentu meskipun tampak biasa bagi orang lain. Tantangan utama dalam pengembangan perkotaan adalah menghindari fenomena "placelessness", yaitu lingkungan yang kehilangan karakter unik akibat zonasi dan perencanaan yang kaku. Sejak tahun 2000-an, para perencana mulai mengutamakan penciptaan sense of place yang kuat, terutama di pusat kota, dengan menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga memiliki daya tarik emosional bagi penghuninya.

Seni dan Budaya sebagai Komponen Sense of Place
Seni publik merupakan sarana penting dalam memperkuat rasa tempat di lingkungan perkotaan. Melalui program seperti "Percent for Art", seni publik menjadi elemen standar dalam pembangunan kota. Mulai dari instalasi besar karya seniman ternama hingga mural komunitas, tujuan dari kehadiran seni publik adalah untuk "memanusiakan" ruang publik yang mungkin terasa monoton, menciptakan rasa kepemilikan, dan memperkaya sense of place di kawasan tersebut.

Seni publik berkontribusi pada sense of place dengan menghubungkan sejarah dan budaya lokal atau menghadirkan karya visual yang ikonis. Contoh terkenal dari efek ini adalah "Cloud Gate" di Millennium Park, Chicago, yang telah menjadi simbol kota dan menciptakan identitas yang kuat bagi masyarakat lokal maupun pengunjung. Seni publik tidak hanya berperan sebagai daya tarik estetika, tetapi juga sebagai bentuk keterikatan emosi dan budaya terhadap tempat.

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Tempat
Pengembangan ekonomi kreatif berbasis tempat telah lama menjadi strategi untuk merevitalisasi kawasan kota dan menciptakan identitas yang khas. Di awal abad ke-20, pendekatan City Beautiful bertujuan untuk menciptakan lingkungan kota yang indah dan manusiawi, di mana desain kota diharapkan dapat meningkatkan kesehatan, moral, serta kesadaran kewarganegaraan masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, pendekatan ini mengalami transformasi besar.

Pada pertengahan abad ke-20, kota-kota menghadapi penurunan pusat kota serta segregasi rasial, yang menginspirasi proyek-proyek besar seperti Lincoln Center di Manhattan. Pendekatan ini menekankan pembangunan kembali dalam skala besar dan fokus pada atraksi budaya. Meskipun efektif dalam merevitalisasi ekonomi, proyek-proyek besar ini sering kali dikritik karena kurang peka terhadap struktur sosial masyarakat yang ada.

Pada tahun 1970-an dan 1980-an, konsep "festival marketplace" mulai populer sebagai bentuk pengembangan berbasis tempat yang lebih kecil. Pasar-pasar seperti Faneuil Hall Marketplace di Boston menjadi contoh sukses penggunaan bangunan lama yang dihidupkan kembali untuk pengusaha kecil dan kerajinan lokal. Meskipun pasar festival ini membawa manfaat ekonomi tertentu, mereka kerap gagal mengatasi tantangan ekonomi kota secara menyeluruh.

Strategi Pembuatan Creative Placemaking
Creative placemaking muncul sebagai pendekatan kuat dalam pengembangan ekonomi berbasis tempat, di mana kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat memanfaatkan seni dan budaya untuk membentuk karakter suatu tempat. Diperkenalkan oleh Ann Markusen dan Ann Gadwa pada tahun 2010, konsep ini bertujuan untuk menciptakan ruang publik yang hidup, meningkatkan daya tarik bisnis lokal, dan menggabungkan identitas sosial serta fisik suatu wilayah.

Dalam praktiknya, banyak kota mengadopsi creative placemaking, melibatkan kolaborasi antar-lembaga seperti perencanaan kota, taman dan rekreasi, serta departemen seni dan budaya. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menciptakan lingkungan kota yang menarik bagi penduduk dan bisnis, sekaligus menciptakan lapangan kerja serta mendorong kewirausahaan. Meskipun membawa berbagai manfaat, creative placemaking juga dihadapkan pada tantangan seperti potensi gentrifikasi dan perpindahan penduduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun