Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Aku Memilih Anak Berkarakter Daripada Pintar" Praktik Baik Kelas Budi Pekerti dan Budaya Humanis

16 September 2024   10:49 Diperbarui: 16 September 2024   13:06 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para siswa berlatih menghias dan menyajikan kue: melatih keterampilan keharmonisan, ketelitian, keindahan untuk orang lain (Dok,Pri)

"Anak sekarang etikanya buruk, tidak punya sopan santun kepada orang tua" keluh seorang ibu. Keluhan itu saya dengar secara kebetulan ketika saya sedang antri menunggu panggilan dokter.

Benarkah anak sekarang tidak punya sopan santun? Tentu saja tidak bisa disimpulkan secara umum. Masih banyak anak yang punya tata krama dan hormat kepada orangtua (orang lain).

Gambaran rendahnya tata krama dan sopan santun anak muda sekarang ini tidak lepas dari penyiaran media. Misalnya Media televisi sering melaporkan peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Seorang anak tega membunuh ibu kandungnya. Peristiwa ini terjadi di Depok pada medio Agustus 2023 gara-gara sang ibu sering memarahi si anak.

Terlepas dari masih maraknya tindakan kekerasan yang dilakukan remaja atau keluhan ibu di atas, mengembangkan generasi yang berkarakter, yang punya tata krama dan sopan santun adalah sebuah panggilan setiap sekolah. Survei yang saya adakan terhadap 324 responden alasan mereka menyekolahkan anaknya di sekolah kami adalah menginginkan anaknya punya karakter baik.

Sekolah kami sejak awal menjadikan tata krama, budi pekerti dan moral sebagai sasaran utama untuk membangun generasi muda. Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi punya visi besar pendidikan untuk membagun generasi muda yang memiliki karakter tata krama, budi pekerti dan moral. Visi tersebut dipraktikkan dalam kelas budi pekerti dan kelas budaya humanis.

Praktik ini kami bagikan sebagai praktik baik dengan harapan bisa menginspirasi pembaca baik itu guru, pengelola sekolah atau pendamping anak dan remaja untuk bersama-sama membangun budi pekerti dan karakter (budaya humanis) para siswa.

Kelas Budi Pekerti dan Kelas Budaya Humanis

Di sekolah kami terdapat praktik pembelajaran kelas budi pekerti dan kelas budaya humanis. Dua kelas inilah yang diantaranya membedakan sekolah kami dengan sekolah swasta pada umumnya.

Kelas Budi Pekerti

Di dalam kurikulum nasional, budi pekerti menjadi bagian integral mata Pelajaran Pendidikan Agama sehingga disebut Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Pengintegrasian budi pekerti ke dalam pendidikan agama nampaknya berdasarkan pada gagasan dasar bahwa di dalam pendidikan agama diajarkan nilai-nilai budi pekerti seperti kejujuran, tanggung jawab, solidaritas, tindakan kasih sayang, empati, keadilan dan toleransi. Nilai-nilai itu akan membentuk peserta didik menjadi pribadi yang beraklak mulia, bermoral dan mampu hidup harmonis di dalam masyarakat.

Kami mengakui hal itu benar bahwa di dalam pendidikan agama diajarkan nilai-nilai tersebut. Tetapi kami sangat menyadari bahwa nilai-nilai tersebut tidak akan menjadi daya dorong perilaku seseorang hanya dengan diajarkan. Nilai-nilai itu akan membentuk karakter ketika dilatihkan secara terus menerus.

Nah, kelas budi pekerti di sekolah kami lebih banyak memberikan ruang pelatihan bagi para peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai kehidupan. Karena itulah kelas ini lebih fleksibel dalam kurikulumnya. Istilah kurikulum yang tidak kelihatan (hidden curriculum) yang pernah kita dengar di dalam kurikulum 2013 kami nampakkan di dalam kelas budi pekerti.

Kelas budi pekerti dipraktikkan melalui kunjungan ke panti asuhan, ke rumah sakit, mengunjungi temannya yang sakit, mengunjungi panti jompo, berbagi kepada orang lain, berdonasi, penggalangan dana seminggu sekali, kelas kerelawanan (Tzu Shao)

Kurikulum kelas budi pekerti dapat didesain secara kontekstual. Artinya sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Misalnya setelah sekolah melakukan identifikasi terlihat dibutuhkannya bahwa siswa harus punya rasa tanggung jawab kepada keluarga maka kami membuat kurikulum satu hari satu perbuatan baik di rumah. Perwujudan dari kurikulum ini setiap siswa satu hari minimal melakukan 1 perbuatan baik di rumah. Anak mencuci piring atau merapikan tempat tidur atau menyapu dan lain-lain. Kelas budi pekerti menjadi kelas pengembangan kecakapan hidup (Life skills)

Kelas budi pekerti tidak hanya terwujud dalam praktik/latihan melakukan perbuatan baik tetapi juga diskusi, presentasi dan berbagi (sharing) Materi pembelajaran sebagai sarana yang mengantar semua peserta didik pada kesadaran pentingnya berperilaku sopan dan santun, dan berkhlak mulia.

Kelas Budaya Humanis

Istilah budaya humanis merujuk pada misi yang ada di Yayasan Buddha Tzu Chi. Budaya humanis adalah salah satu dari 4 (empat) misi Yaysan Buddha Tzu Chi. Pada tulisan ini penulis tidak akan mengulas secara komprehensif Budaya Humanis. Tulisan ini hanya akan berbagi praktik pembelajaran di dalam kelas Budaya Humanis di sekolah atau praktik-praktik yang mengembangkan budaya humanis peserta didik.

Proses pembelajaran di dalam dan diluar kelas. Kelas ini mengajarkan bagaimana peserta didik menjadi manusia yang bermanfaat bagi semua makhluk. Menilik dari Buku Pedoman Guru Humanis, bagian dari Pendidikan Budaya Humanis antara lain:

  1. Membangkitkan nilai-nilai Etika Kemanusiaan Tradisional
  2. Berbakti
  3. Kesadaran
  4. Membangun kembali semangat Dasar Manusia
  5. Mengembalikan Keindahan Hakikat Manusia
  6. Melindungi Kemurnian Hati Anak
  7. Membedakan "Benar" dan "Salah" dengan Jelas
  8. Kembali pada Hakikat Diri yang Polos
  9. Jadikan Cinta Kasih Sebagai Bahan Pembelajaran
  10. Nilai Kehidupan Manusia Terletak pada Sumbangsih
  11. Pendidikan Humanis merupakan Pendidikan Manusia
  12. Semangat Dasdar Manusia Harus Menjadi Arah Pendidikan
  13. Aliran Jernih Budaya Humanis Bermula dari Guru
  14. Budaya Insan Tzu Chi adalah Budaya Humanis Tzu Chi
  15. Budaya Humanis Bermula dari Manusia Sendiri
  16. Agama yang Terjun ke Tengah Masyarakat

Dalam praktik pembelajaran kelas Budaya Humanis tidak semua topik tersebut dapat disampaikan secara utuh. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan dengan tingkat usia peserta didik.

Terdapat kegiatan pokok dalam kelas ini yaitu

  1. Merangkai bunga
  2. Saji teh
  3. Isyarat tangan

Ketiga kegiatan tersebut dilaksanakan dengan penjabaran keterampilan hidup seperti apa yang akan dicapai. Misalnya keterampilan dalam mengelola emosi dilakukan melalui kegiatan merangkai bunga, kegiatan berpenampilan yang rapi seperti berseragam, mengepang rambut, keterampilan mengembangkan kemandirian dilakukan dengan memperbaiki baju yang rusak atau menyetrika baju.

Kegiatan merangkai bunga bukan hanya untuk sebuah keindahan melainkan dikaitkan dengan berbakti kepada orangtua. Nilai-nilai menjadi manusia yang bermartabat dieksplorasi melalui kegiatan merangkai bunga.

Saji teh adalah kelas yang mengajarkan kepada para siswa untuk menghargai nilai-nilai luhur nenek moyang. Pada kelas ini para siswa belajar mendalami nilai luhur budaya yang diwariskan oleh orangtua kita. Di dalam kelas ini dijabarkan sekaligus melatih peserta didik menempatan segala sesuatu pada tempatnya dan fungsinya. Dasar filosofisnya diterangkan untuk mendasari praktik perilaku sehar-hari baik disekolah, di rumah maupun ditengah masyarakat.

Isyarat tangan adalah kelas yang mengajarkan kepada para siswa bahasa universal untuk semua makhluk di dunia. Melalui bahasa isyarat tangan para siswa mempelajari bahwa setiap gerakan tubuh kita membahasakan/menyampaikan pesan tertentu kepada orang lain. Isyarat tangan adalah bahasa yang melampaui simbol budaya dan agama. Semua manusia setara.

Kegiatan lain yang menjadi sarana melatih batin peserta didik agar menjadi manusia yang berbudi luhur yaitu selalu bersyukur dan mempraktikkan cinta kasih tanpa pamrih. Perayaan hari bakti menjadi momen peserta didik mengungkapkan bakti kepada orang tua. Pada kegiatan itu peserta didik mencuci kaki ibu dan atau ayah, memberikan hadiah yang dibuat sendiri dan mengungkapkan cinta dan syukur kepada orang tua (ibu atau ayah)

Proses berikut adalah para guru menjadi guru budi pekerti dan guru budaya humanis. Proses ini sebenarnya menjadi proses peningkatan kompetensi guru untuk menjadi guru model dalam budi pekerti dan karakter (budaya humanis). Berbagai pelatihan kami laksanakan untuk menjadikan guru sebagai model. Agar guru menjadi model guru humanis kami mengadakan bedah buku pedoman guru humanis, karangan Master Cheng Yen.

Untuk melaksanakan praktik baik kelas budi pekerti dan budaya humanis kita membutuhkan guru yang mempunyai pengetahuan mengenai Tzu Chi lebih mendalam atau pada satuan pendidikan Anda adalah spiritualitas/semangat pendiri sekolah dan guru yang punya semangat belajar tinggi. Guru-guru haruslah memiliki cara berpikir terbuka dan mau belajar hal-hal baru.

Tantangan

Semakin besar manfaat yang akan diperoleh semakin besar tantangan yang menghadang. Tantangan yang kami hadapi pada penerapan kelas budi pekerti adalah konten yang dijadikan materi ajar. Konten yang digunakan haruslah yang sesuai dengan kondisi para siswa dan atau kondisi masyarakat. Untuk menyiapkan konten ini, guru budi pekerti harus kreatif mendesain pembelajarannya.

Tantangan kedua adalah kondisi di luar kelas. Sebagian besar waktu para siswa adalah di luar kelas budi pekerti dan budaya humanis. Tantangan ini terkait dengan sikap perilaku dan tutur kata di luar kelas budaya humanis dan budi pekerti. Di sini semua guru mempunyai peran pokok untuk menjadi model dan sekaligus guru budi pekerti dan budaya humanis.

Tantangan ketiga adalah konsistensi melaksanakan aturan dan atau kesepakatan. Tidak jarang kita menjumpai guru tidak melakukan ketentuan yang telah disepakati. Guru belum bisa menjadi model sekaligus guru budi pekerti dan budaya humanis. Mereka masih memisahkan peran sesuai mata pelajaran. Yam saya guru mata pelajaran ini bukan guru budi pekerti atau bukan guru budaya humanis.

Tantangan keempat yaitu keterputusan antara pendidikan di sekolah dengan praktik di rumah. Apa yang diajarkan dan dilatihkan di sekolah seringkali tidak dilanjutkan di rumah. Peran orangtua sebagai pendidik utama dan pertama tidak berjalan sesuai harapan. Dalam bebarapa hal malahan orang tua peserta didik tidak punya perhatian dan keperihatinan yang sama dengan sekolah.

Untuk mengatasi tantangan ini sekolah membangun komunikasi dengan orangatua peserta didik melalui pertemuan orangtua peserta didik, rembuk warga sekolah dan parenting. Komunikasi menggunakan whatsapp group juga kami maksimalkan.

 

Para siswa berlatih menghias dan menyajikan kue: melatih keterampilan keharmonisan, ketelitian, keindahan untuk orang lain (Dok,Pri)
Para siswa berlatih menghias dan menyajikan kue: melatih keterampilan keharmonisan, ketelitian, keindahan untuk orang lain (Dok,Pri)

Refleksi Hasil dan Dampak

Master Cheng Yen mengatakan, "Masyarakat tidak kekurangan sekolah; tetapi Masyarakat kekurangan sekolah yang berkarakter" Kami percaya kebenaran ungkapan bijak tersebut. Buktinya, hampir setiap awal penerimaan peserta didik baru (PPDB) ada saja sekolah baru dengan tawaran baru; tetapi tidak sedikit sekolah swasta yang kekurangan calon peserta didik. Bahkan ada sekolah yang mulai tutup karena tidak memperoleh peserta didik baru.

"Masyarakat membutuhkan sekolah yang berkarakter" itulah jawaban atas pertanyaan kenapa banyak sekolah kekurangan peserta didik dan nyaris ada yang tutup. Karakter dan akhlak mulia akan menciptakan masyarakat yang damai. Dalam rangka membangun karakter dan akhlak mulia itulah, kami menerapkan kelas budi pekerti dan budaya humanis.

Kelas ini membentuk lingkungan sekolah yang sangat kondusif untuk pembelajaran. Suatu hari ada seorang teman kepala sekolah bertanya kepada saya. "Pak, di sekolah Bapak ada anak berantem ga sih? Atau anak membolos?"

Kenakalan remaja pasti ada. Tetapi anak berantem atau membolos amit-amit sampai sekarang tidak ada. Mungkin terlalu berlebihan kalau saya mengatakan bahwa menjadi kepala sekolah dan atau pendidik di sekolah kami itu tidak lebih menjadi teladan seorang yang berkarakter.

Tidak ada kemudahan dalam mendidik karakter anak. Tapi memang anak anak kami sangat berbeda dengan anak-anak di sekolah saya sebelumnya. Sesuatu yang berbeda itu menyangkut sikap, tutur kata dan karakter peserta didik. Pada umumnya mereka adalah siswa-siswa yang sangat sopan dan penurut. Pelanggaran terhadap aturan sekolah sangat minim. Itu pun biasanya sebatas terlambat masuk sekolah. Semangat belajar para siswa sangat tinggi. Mereka mudah diajak diskusi dan lebih mudah mendengarkan nasihat para guru. Tapi jangan membayangkan ini adalah sebuah surga. Ada peserta didik yang "bandel" tapi secara keseluruhan lingkungan sekolah sangat mendukung terbangunnya karakter.

Perubahan sikap para siswa menjadi lebih baik juga disampaikan oleh orang tua pada saat mereka diminta memberi testimoni. Tanggung jawab terhadap diri sendiri lebih baik, kepatuhan terhadap orang tua juga meningkat. Tentu saja kondisi seperti ini sangat membanggakan kendati hal seperti ini tidak terjadi pada semua siswa.

Perilaku dan sikap, tutur kata dan tata kerama yang santun dan baik adalah hasil pembelajaran, pendampingan dan pelatihan melalui kurikulum sekolah yang humanis. Kurikulum budi pekerti dan budaya humanis harus diakui membentuk peserta didik dan tenaga pendidik yang fokus pada rasa syukur, cinta kasih dan welas asih. Seperti moto sekolah yang terpampang besar di pintu masuk gerbang sekolah, "Gan En Zun Zhong Ai" yang artinya Bersykur, Menghormati, Cinta Kasih" Demikian kami terus membiasakan dan melatih dalam kelas budi pekerti dan kelas budaya humanis.

Para siswa terlibat dalam kegiatan Baksos (Dok.Pri)
Para siswa terlibat dalam kegiatan Baksos (Dok.Pri)

Dimensi Profil Pelajar Pancasila

Banyak dimensi profil pelajar yang dihidupi di dalam kelas budi pekerti dan budaya humanis. Misalnya, dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhal mulia. Pada bagian elemen akhlak beragama kami membiasakan semua peserta didik melaksanakan ritual ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Pada elemen akhlak pribadi, kami melatih peserta didik untuk punya integritas diri sehingga mereka mampu menerapkan aturan dan perintah agama secara bijak dan kontekstual.Elemen akhlak kepada sesama dan kepada alam juga sangat kami tekankan. Peserta didik mempunyai karakter menghargai perbedaan dan merawat perasaan orang lain.

Pada deminsi berkebinekaan global kelas budi pekerti dan budaya humanis melatih peserta didik untuk mengenal dan mengharga budaya orang lain. Keberagaman sungguh dirayakan sebagai bagian dari kodrat kemanusiaan.

Dengan mengembangkan karakter bukan berarti prestasi akademik peserta didik diabaikan. Malah sebaliknya ketika karakter peserta didik baik, semangat belajar mereka meningkat, kemandirian mereka makin baik dan rasa syukur mereka  makin tumbuh. Karakter  ini menjadi pondasi bagi prestasi berikutknya. Buktinya semakin tahun banyak peserta didik dari sekolah kami yang meraih prestasi beasiswa kuliah ke luar negeri, beasiswa dalam negeri dan lolos perguruan tinggi negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun