Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Praktik Penguatan Literasi, Urgent!

15 September 2024   11:29 Diperbarui: 15 September 2024   11:34 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gbr. Peserta Didik dalam kegiatan Jumat Membaca (Dok.Pri)

Suatu hari saya membuat survei kecil-kecilan. Responden saya siswa satu kelas saja. Pertanyaan seputar seberapa banyak waktu yang digunakan untuk membaca buku. Hasilnya tidak begitu mengagetkan. Hanya segelintir siswa yang masih punya kebiasaan membaca buku fisik. Sebagian besar membaca melalui layar HP. Lebih besar lagi sekrol hp melihat tik tok dan Ig.

Rendahnya kebiasaan membaca peserta didik mengakibatkan daya kritis yang rendah, kemampuan menjelaskan sangat lemah dan perbendaharaan kata yang dimiliki peserta didik sangat minim. Kondisi seperti ini berbanding lurus dengan kreativitas yang rendah. Semakin parah kondisi ini dilanggengkan oleh lembaga pendidikan yang tidak mempunyai program penguatan literasi.

Praktik Jumat membaca yang dilaksanakan di sekolah kami merupakan salah satu kegiatan dari beberapa kegiatan yang memperkuat kemampuan literasi. Jumat membaca adalah pembiasaan membaca buku 1 jam pelajaran untuk semua peserta didik di awal pembelajaran. Kegiatan Jumat membaca membawa manfaat yang sangat besar bagi peserta didik.

Pertama, peserta didik dikondisikan membaca buku fisik. Kegiatan membaca buku fisik sangat penting untuk merangsang daya kreativitas. Terkait dengan pentingnya membaca buku fisik untuk meningkatkan kreativitas seseorang, seorang tokoh Nicholas Carr dalam bukunya "The Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains" menyebutkan hal itu tidak akan terjadi ketika Anda membaca teks di layar digital. Nampaknya sentuhan fisik inderawi mempunyai daya membangkitkan kreativitas seseorang.

Kedua, membaca buku fisik membuat fokus kita lebih besar karena terhindar dari godaan untuk berpindah aktivitas. Ini berbeda ketika kita membaca e-book. Godaan untuk melakukan aktivitas lain seperti membuka medsos sangat tinggi. Apalagi ketika HP kita di setting notifikasi sehingga setiap ada informasi baru akan muncul di notifikasi.

Ketiga, membaca buku fisik merangsang daya reflektif kita. Saat kita menemukan kalimat yang mengesan ketika membaca buku fisik, kalimat tersebut akan tetap membekas lebih kuat dibandingkan kita membaca buku digital. Membaca buku fisik memberikan waktu jeda bagi pembacanya. Artinya ketika kita membaca buku fisik,

Sebagai kepala sekolah tanggung jawab saya adalah memastikan praktik Jumat Membaca ini berjalan secara maksimal sesuai dengan langkah-langkah yang sudah kita tetapkan. Untuk memastikan kegiatan ini berjalan dengan baik, saya membentuk tim. Tim ini di bawah koordinasi wakil kesiswaan yang bekerjasama dengan pustakawan. Pada praktiknya tim kesiswaan dan pustakawan memberdayakan para siswa yang tergabung dalam duta pustaka.

Tantangan

Tantangan terbesar untuk mempraktikan Jumat Membaca adalah konsistensi dan keterlibatan semua peserta didik dan guru secara penuh.

Tidak semua guru terlibat secara penuh dengan perhatian yang sama kepada peserta didik. Guru pendamping di kelas masih sering membiarkan siswa tidak serius membaca dan menuliskan apa yang diperoleh dengan bacaan itu. Terdapat juga guru yang tidak membaca buku melainkan membuka HP atau membuka laptop untuk mempersiapkan pembelajaran. 

Aksi Perbaikan

Keterlibatan dan konsistensi peserta didik dan guru yang mendampingi siswa di kelas harus terus ditingkatkan. Untuk itu memastikan terjadinya keterlibatan dan konsistensi, beberapa hal berikut ini yang kami laksanakan

  1. Tim penanggung jawab memastikan personil duta pustaka menyiapkan buku-buku yang akan dibaca pada Jumat Membaca. Di sini duta pustaka bekerja sama dengan pustakawan.
  2. Duta pustaka memastikan setiap kelas tersedia buku yang akan dibaca cukup untuk semua siswa dan setelah dibaca dikumpulkan kembali
  3. Guru yang mendampingi di kelas membaca buku dan memastikan siswa membaca buku dengan serius dan menulis pada buku refleksi.
  4. Setelah selesai membaca buku dan menulis pada buku refleksi, buku tersebut dikumpulkan dan disimpan di loker kelas.
  5. Wali kelas akan mengecek refleksi siswa. Disini wali kelas akan memberikan umpan balik terhadap refleksi yang dibuat oleh peserta didik. Wali kelas selain memberi umpan balik juga mengisi jurnal wali kelas yang isinya siswa-siswi yang membutuhkan bimbingan lebih lanjut menyangkut keseriusan (kualitas keterlibatan)
  6. Pada akhir bulan wali kelas melaporkan jurnal bimbingan kepada tim penanggung jawab dengan salinan yang diteruskan kepada kepala sekolah.

Proses ini dijalankan oleh Tim Jumat Membaca yang terdiri dari kesiswaan, pustakawan dan duta pustaka.

Refleksi Hasil dan Dampak

Dari praktik Jumat Membaca yang dilaksanakan secara terus menerus dan dievaluasi secara berkala, kami melihat ada perubahan cara bicara peserta didik dan khasanah pengetahuan mereka. Cara bicara peserta didik lebih santun, terarah dan sistematis. Khasanah pengetahuan pun makin luas. Peserta didik yang terlibat aktif dan melaksanakan praktik ini secara sungguh-sungguh mengalami peningkatkan dalam cara berpikir kritis (critical thinking) Hal ini terekam dari hasil rapor pendidikan yaitu indikator literasi satuan pendidikan dua tahun berturut-turut mencapai hasil maksimal yakni 100%.

Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan literasi yang baik, membaca adalah cara yang paling efektif. Budaya membaca warga sekolah akan berbanding lurus dengan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan tingkat literasi mereka.

Jepang adalah salah satu negara yang bisa menjadi contoh dampak budaya membaca terhadap kualitas keterampilan berpikir kritis dan literasi. Tingkat literasi masyarakat Jepang dalam hal membaca dan menulis sangat tinggi. Data yang dihimpun Worldatlas melaporkan 10 negara dengan melek huruf terbesar menempatkan Jepang pada urutan ke 6 mengalahkan China dan Amerika.

Kita bisa menyebut Paulo Freire sebagai salah satu tokoh besar yang mengembangkan teori pemikiran kritis melalui praktik membaca. Penulis buku Pedagogy of the Oppressed pernah menulis buku "Literacy: Reading the Word and the World" bersama Donaldo Macedo yang mengulas bahwa membaca dapat digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan kesadaran kritis terhadap situasi sosial yang dihadapi.

Tidak sedikit kesaksian dari para tokoh sukses yang mencapai kesuksesan mereka melalui membaca banyak buku. Misalnya Warren Buffett menghabiskan 80% waktu untuk membaca buku, Bill Gates membaca 50 buku setiap tahun, Elon Musk mengaku belajar banyak mengenai roket dan teknologi dari membaca buku dan masih banyak tokoh lain.

Dimensi Profil Pelajar Pancasila

Lalu dimensi profil pelajar Pancasila mana yang cocok dihidupi pada kegiatan Jumat Membaca? Pada kegiatan ini kami memilih untuk menhidupi 2 dimensi dan masing-masing 2 elemen atau subelemen. Antara lain:

  1. Dimensi bernalar kritis. Pada dimensi ini elemen yang dihidupi yaitu memperoleh dan memproses informasi  dan gagasan dengan berfokus pada kompetensi mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan. Peserta didiik diharapkan punya karakter (profil pelajar)  secara kritis mengklarifikasi  serta menganalisis informasi dan gagasan yang kompleks dan abstrak dari berbagai sumber. Selain elemen ini, kami juga menghidupi elemen refleksi pemikiran dan proses berpikir. Fokus kami pada kompetensi merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri. Peserta didik diharapkan punya karakter (profil pelajar) mampu menjelaskan alasan untuk mendukung pemikirannya  dan memikirkan pandangan yang mungkin berlawanan dengan pemikirannya dan mengubah pemikirannya jika diperlukan.
  2. Dimensi kedua yang kami hidupi yaitu kreatif dengan elemen menghasilkan gagasan yang orisinal. Pada dimensi ini peserta didik diharapkan mempunyai karakter (profil pelajar) mampu mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan atau perasaannya dalam bentuk karya seni atau tindakan serta mengevaluasi dan mempertimbangkan dampak dan resikonya bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Masih banyak praktik baik yang bisa kita rancang untuk mengembangkan kompetensi literasi peserta didik. Guru bisa mendesain kegiatan membaca beberapa menit sebelum pembahasan  materi dimulai. Lakukan sekarang jika tidak ingin peserta didik Anda menjadi siswa yang lemah literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun