Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistem Poin Bertentangan dengan Disiplin Positif

10 Desember 2023   20:17 Diperbarui: 12 Desember 2023   15:10 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Peserta Lako Karya Disiplin Positif di Wilayah 1 Jakarta Barat. Dokpri

Saya punya murid yang bandel banget. Susah dibilangin. Malah suka ngebantah. Saking bandelnya, tidak ada satu guru pun yang memperhatikan dia lagi. Suatu hari saya mendekati siswa tersebut. Saya ajak ngobrol santai. Lalu saya bilang, "Nak, saya mau menjadi temanmu" Sejak saat itu pola belajarnya berubah. Dia menjadi siswa yang gigih dalam mendapatkan nilai. Dia menjadi satu-satunya siswa dengan nilai ujian tertinggi disekolah pada mata Pelajaran Fisika.rang murid saya terkenal 

Kisah tersebut diceritakan salah seorang kepala sekolah peserta Loka Karya Sekolah Penggerak. Loka karya yang membahas topik "Disiplin Positif" menjadi bagian penting dalam membangun profil pelajar Pancasila yang berkarakter. Bentuk penegakan disiplin yang mempraktikkan hukuman harus ditinggalkan. Bahkan penegakkan disiplin dengan sistem poin bertentangan dengan disiplin positif.

Disiplin diri merupakan sikap kepatuhan dan ketaatan. Sikap ini diyakini menjadi dasar kesuksesan seseorang. Tetapi dalam praktik pendisiplinan sering mengalami kesakitan. Kesakitan fisik dan atau psikologis. Itulah dampak dari hukuman atas pelanggaran terhadap tata tertib. Praktik ini dinilai tidak efektif membangun karakter peserta didik. Peserta didik taat karena takut. Dorongan takut ini membuat peserta didik mentaati peraturan yang ada. Rasa takut muncul ketika ada yang mengawasi.  

Bagaimana membangun disiplin diri yang didorong oleh kemauan diri sendiri bukan karena dorongan rasa takut? Pertanyaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya praktik disiplin positif yang digaungkan di dalam Kurikulum Merdeka. Lalu apa dan bagaimana penerapan disiplin positif?

Kenapa disebut keyakinan kelas bukan bukan peraturan? Keyakinan menyangkut nilai-nilai (belief) yang sifatnya abstrak. Keyakinan inilah yang mendasari periaku seseorang. Contoh keyakinan antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan lain-lain. Keyakinan ini menjadi sangat penting untuk diinternalisasikan sebagai bagian yang sangat pokok dalam hidup manusia Dimana pun dan kapanpun keyakinan ini akan selalu kontekstual kapan saja.

Peraturan lebih detail, konkrit dan sesuai dengan kondisi riil masyarakat Misalnya peraturan berlalu lalu lintas. Peraturan lalu lintas akan berbeda di setiap negara. Peraturan seharusnya menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Disiplin positif berdasarkan keyakinan yang dihidupi oleh semua warga sekolah. Wujud dari keyakinan kelas adalah kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas disusun bersama dalam bentuk peraturan kelas. Perturan ini disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak yang malah membebani.

Gambar: Peserta loka karya berbagi praktik baik terkait penerapan disiplin positif. Dokpri
Gambar: Peserta loka karya berbagi praktik baik terkait penerapan disiplin positif. Dokpri

Disiplin positif adalah tindakan baik yang dilakukan oleh seseorang sebagai konsekuensi atas tindakan menyimpang yang dilakukan. Konsekuensi sangat berbeda dengan dengan hukuman. Hukuman akan mencederai sedangkan konsekuensi memiliki semangat membina dalam berproses pembinaan karakter. Di dalam disiplin positif terkandung semangat menghargai martabat pribadi siswa.

Saat ini masih banyak praktik hukuman didalam menerapkan disiplin peserta didik. Praktik hukuman yang saat ini masih diterapkan oleh sekolah dari bentuk yang sangat keras sampai yang sangat halus. Bentuk yang sangat keras antara lain siswa disuruh berlari keliling lapangan karena terlambat masuk kelas. Sedangkan bentuk hukuman yang sangat halus adalah sistem poin dalam menegakkan tata tertib sekolah.

Penerapan disiplin positif diawali dengan disikusi terbuka di dalam kelas tentang keyakinan yang akan dihidupi. Kemudian diturunkan ke dalam kesepakatan kelas yang menjadi dasar untuk menurukan kedalam peraturan. Nah, peraturan ini berisi tindakan riil disiplin positif.

Proses ini akan menjadi proses penyadaran diri dan internalisasi nilai atau pengembangan karakter. Disiplin positif akan lebih sesuai dengan semangat pengembangan diri dan pengharggan terhadap martabat manusia kendati tidak mudah dipraktikkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun