Dalam suatu sesi public speaking yang saya berikan kepada komunitas aktivis Paroki di Alam Sutera seorang peserta menyampaikan pengalamannya merasa sangat jenuh ketika mendengarkan ceramah seorang pembiacara yang membosankan. Dari pengalaman itu, peserta ini memutuskan tidak akan mengikuti acara serupa.
Dari cerita di atas kita tahu betapa pentingnya kecakapan berbicara di depan publik atau yang disebut public speaking. Melalui kecakapan public speaking kita bisa menghindarkan terjadinya kemandekan pada orang lain, seperti pada cerita di atas peserta tersebut tidak akan datang lagi pada pertemuan serupa.
Kecakapan public speaking akan memengaruhi audiens (peserta) berperilaku seperti yang kita kehendaki. Akan terjadi perubahan dari cara berpikir, bersikap dan berperilaku. Ini adalah tujuan dari public speaking.
Keterampilan public speaking dibutuhkan dalam semua bidang kehidupan, apa pun profesi kita. Bahkan di dalam keluarga ketika kita bicara dengan pasangan hidup kita, atau kepada anak atau anak dengan anak sesungguhnya kecakapan public speaking sangat dibutuhkan.
Kecakapan public speaking akan sangat membantu perkembangan karir kita. Mereka yang punya kecakapan public speaking akan memberi layanan terbaik kepada orang lain / customer. Dalam setiap sesi yang saya berikan terkait public speaking, saya selalu memperhatikan cara sekuriti menunjukkan arah tempat/lokasi parkir. Biasanya sikap sekuriti tersebut saya gunakan sebagai contoh untuk menjelaskan kecakapan public speaking.
Kecakapan public speaking tidak hanya menguasai teknik berbicara tetapi juga terkait sikap (karakter) atau penghayatan sesesorang terhadap profesinya.
Sikap (karakter) mendasari sikap batin untuk mempelajari teknik public speaking.
Berikut ini Teknik dasar yang harus dikuasai dalam membangun kecakapan public speaking, antara lain: tahu karakteristik audiens, menguasai materi, intervensi emosi (Engagement) dengan audiens, grooming & gesture, mental-spiritual.
Albert Mehrabian, Professor Emeritus of Psychology at the University of California, Los Angeles, membuat penelian efektivitas komunikasi sebagai berikut persepsi responden hanya 7% terletak pada verbal, 38% respoden memahami maksud pembicara terletak pada vokalnya, yaitu cara mengucapkan kata-kata yang kita pilih.Â
Prosentase terbesar, 55% terletak pada visual, yang termasuk visual adalah bahasa isyarat, wajah, gerak tubuh dan mobilitas. Teori Albert Mehrabian sering disebut 3 V Rules.
Teknik-teknik tersebut tidak akan ada artinya jika tidak dilatih dan dipraktikan. Praktikan secara terus menerus  maka akan menjadi sebuah keterampilan dan kecakapan.Â
Berlatih secara pribadi sebelum bicara di depan public bisa dilakukan dengan cara bicara di depan cermin. Tentu saja buatlah skrip dan agar apa yang kita sampaikan tidak menyimpang dari maksudnya. "Practice makes perfect"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H