Berkat gemblenganmu aku menjadi pribadi yang berjuang demi kehormatan martabat orangtua dan saudara di kampung. Kerja keras dan integirtas yang aku peroleh di kampung menjadi dasar perjuanganku sampai sekarang.
Terima kasih untuk keadaan sulit yang pernah aku alami karena membantu diriku menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan bermartabat. Keadaan itu pula yang membuat saya menyadari bahwa kemuliaan hidup ini bukan untuk berkompetisi melainkan kontribusi kepada sesama yang membutuhkan bantuan.
Engkau mengajari aku bagaimana hidup bersama, saling membantu dan bekerja sama untuk saling meringankan beban hidup. Sungguh model kehidupan yang harmonis bukan berdasarkan agama atau suku tetapi berdasarkan kemanusiaan.
Kampungku, engkau adalah sekolah karakter bagiku. Karena itulah aku selalu rindu untuk kembali kepadamu, kendati hanya satu atau dua minggu. Salam anak rantu yang selalu ingin kembali kepangkuan pertiwi, kampung halamanku"
Saya pikir tidak berlebihan kalau saya selalu merindukan kampung halaman. Di kampung itulah saya dibentuk menjadi pribadi yang tidak kampungan tetapi pribadi yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Di sana saya belajar cara hidup; di sana saya mempraktikkan integritas; di sana juga saya akan dikenang oleh warga sebagai orang kota yang selalu kembali ke desa untuk berbagi rasa dan bahagia. Terima kasih tiada terkira.
Artikel ini adalah refleksi penulis sebagai bagian pengasahan hati sekaligus menantang diri untuk berbagi kebaikan melalui tulisan dalam ajang tantangan samber thr, samber 2023 hari 30)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H