Setiap orang punya cara masing-masing untuk mencari inspirasi guna mengembangkan diri sesuai dengan bidangnya. Caya yang biasa saya lakukan adalah traveling ke alam. Selain untuk mencari inspirasi, traveling ke alam bisa menghilangkan kejenuhan atau rasa bosan atau lelah karena beban pekerjaan.  Traveling ke alam membangun edukasi humanis.
Melalui kesukaan saya traveling ke alam, saya makin tahu diri saya seperti apa. Saya lahir dan tumbuh besar di daerah pedesaan Lampung Tengah. Keseharian saya berinteraksi dengan alam karena saya anak petani yang memelihara sapi dan kambing. Pergi ke ladang atau sawah memberi kekuatan pada diri saya. Saya merasa bahagia dengan aktivitas dan lingkungan saya. Sangat sederhana. Itulah gaya hidup saya sejak dulu hingga sekarang.
Saat ini ketika saya hidup di tengah kota Jakarta. Kota yang penuh dengan hiruk pikuk aktivitas perekonomian dan pembangunan bercorak modern. Sering kali mata saya cepat lelah. Ketika saya mengalami kejenuhan dan kelelahan, saya tahu apa yang harus saya lakukan. Saya traveling. Tapi bukan ke mall atau ke restoran. Saya traveling ke alam.
Saya sangat beruntung tinggal di pinggiran kota Jakarta Barat. Masih banyak tempat wisata alam untuk menimba kembali gairah yang mulai redup. Misalnya hutan Mangrove di Jakarta Utara. Selain hutan Mangrove masih banyak tempat wisata alam seperti Pantai Ancol. Pantai Mutiara, Hutan lindung di Kawasan perumahan Pantai Indah Kapuk, Pantai Tanjung Pasir di perbatasan Jakarta dan Tangerang. Dan yang terbaru adalah wisata Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 yang akan terus berkembang semakin indah. Di sini banyak tempat wisata alam, dari area jogging di pinggir laut sampai spot kuliner yang bernuansa alam.
Anda bisa cek di Instagram:
Jakarta dengan segala modernisasi pembangunan dan gaya hidup warganya masih mempunyai tempat wisata alam yang sangat indah. Saya yakin di setiap kota di Indonesia punya tempat wisata alam yang sangat menarik, indah dan memesona. Sungguh Bangga Berwisata di Indonesia
Saya sering pergi ke lokasi wisata ini dengan bersepeda. Sambil mengayuh saya merasakan keindahan alam yang membangkitkan imajinasi kemahabesaran Allah melalui ciptaanNya. Ketika keponakan saya datanga dari Lampung, saya mengajak wisata alam ini. Bukan hanya ini saja, sebagai seorang pendidik saya memperkenalkan model wisata alam sambil membersihkan sampah kepada para siswa saya. Sebuah Gerakan peduli dan kecintaaan pada lingkungan bersih dan indah.
Keindahan dan kebersihan lingkungan dan alam adalah tanggung jawab kita bersama. Ketika lingkungan kita indah dan bersih, kita telah mewariskan bumi dengan segala keindahannya kepada generasi berikutnya. Biarlah mereka juga merasakan dan mengalami keindahan alam lingkungan kita.
Â
Indah Itu Tidak Mahal
Wisata alam seperti ini tidak membutuhkan banyak uang. Kita tidak mengeluarkan uang besar untuk bisa merasakan keindahan alam. Untuk mendapatkan inspirasi dan gairah kembali tidak butuh uang besar. Kita cukup mengayuh sepeda dan menikmati segarnya udara serta indahnya pemandangan.
Edukasi Humanis Wisata Alam
Banyak pembelajaran yang bisa didapatkan dan lakukan dengan wisata alam. Misalnya dengan bersepeda kita telah bersikap ramah terhadap lingkungan. Kita juga mendapatkan kesahatan karena bersepeda adalah olah raga ringan dan sangat baik untuk tubuh kita. Kita juga bisa mengedukasi diri sendiri dan orang lain, misalnya ketika saya mengajak keponakan berwisata alam. Kepada keponakan saya memyampaikan melalui keceriaan dan memungut sampah jika menemukan sampah untuk dibuang di tempat sampah, sebuah teladan pendidikan yang menghargai kehidupan. Inilah yang saya sebut sebagai edukasi humanis.
Kita memperlakukan alam secara manusiawi karena kita tahu bahwa alam yang diperlakukan dengan cinta kasih akan memberi kita cinta kasih pula. Salah satu bentuknya adalah munculnya inspirasi dan hilangnya kejenuhan dalam diri kita. Kita menjadi segar kembali dan produktivitas kita lebih besar. Yuk kita wisata alam dengan peduli pada lingkungan agar keindahan alam tetap terjaga sehingga menghasilkan kehidupan kita yang lebih berbudaya (humanis)
Artikel ini adalah refleksi penulis sebagai bagian pengasahan hati sekaligus menantang diri untuk berbagi kebaikan melalui tulisan dalam ajang tantangan samber thr, samber 2023 hari 17)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H