Setiap bangsa punya monumen yang mencirikhaskan negaranya. Misalnya Indonesia dikenal dengan monumen Tugu Monas, Singapore dikenal dengan monumen patung Singa, dan sebagainya. Demikian juga sebuah kota, kita bisa langsung menyebut bangunan khas sebagai ikon wisata religi, atau ikon wisata kuliner dan sebagainya. Setiap kota juga punya bangunan tempat ibadah yang menjadi destinasi wisata rohani. Kota Jakarta punya banyak bangunan tempat ibadah Masjid yang unik dan ikonik Humanistik yang menggambarkan wajah Harmoni Indonesia ditengah keberagaman.
Masjid Istiqlal Wajah Toleransi dan Harmoni Indonesia
Siapa yang tidak tahu Masjid Istiqlal? Masjid nasional terbesar di Asia yang terletak di Jakarta Pusat. Masjid Istiqlal menjadi ikon yang mau menceritakan penghargaan bangsa Indonesia terhadap keberagaman beragama di Indonesia. Masjid Istiqlal diarsiteki oleh seorang yang beragama Kristen dari denominasi HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Masjid Istiqlal dibangun bersebelahan dengan Gereja Katedral (Gereja Pusat Katolik) dan Gereja Immanuel (Gereja Reformasi)
Pada hari besar agama Katolik seperti Natal dan Paskah, sebagian besar umat Katolik yang merayakan imannya di Katedral memarkir kendaraannya di komplek Masjid Istiqlal. Demikian juga sebaliknya jika perayaan hari besar agama Islam. Â Hubungan yang sangat erat antara agama Katolik dan Islam malah dismbolkan dengan dibangunnya jembatan bawah tanah yang menghubungkan (connecting) kedua bangunan besar tempat ibadah ini.
Dari letak bangunan kedua rumah ibadah ini menghadirkan wajah humanistik masyarakat Jakarta dan Indonesia. Masyarakat yang menghargai, dan punya toleransi tinggi terhadap perbedaan agama. "Kami saudara kendati berbeda agama" itu makna yang dihadirkan Masjid Istiqlal
Keindahan dan kemegahan bangunan Masjid Istiqlal pun memberikan rasa damai dan tenang kepada Jemaah dan pengunjung yang sengaja hadir untuk merasakan aura spiritual di dalamnya. Pengunjung Masjid Istiqlal dari berbagai daerah dan berbagai pemeluk agama yang berbeda. Inilah salah satu kebanggaan kota Jakarta.
Masjid Raya KH Hasyim Asyari Cermin Masyarakat Betawi
Berbeda lagi dengan Masjid KH Hasyim Asyari. Masjid yang terletak di pinggir kota Jakarat Barat tepatnya di Semanan, Kalideres ini unik dan khas Betawi. Masjid KH Hasyim Asyari punya ornamen gigi balang dan pagar langkan yang menunjukkan identitas Betawi. Desain Masjid sengaja menyerupai rumah bapang khas Betawi dengan atap bangunan berbentuk segitiga yang menyimbolkan budaya rakyat dan merakyat.
Masjid KH Hasyim Asyari sering digunakan sebagai tempat untuk pembekalan atau pertemuan besar masyarakat dan pelajar Jakarta Barat. Masjid yang mempunyai bangunan 2 lantai didirikan di atas tanah seluas lebih dari 2 hektar memberikan ruang luas untuk aktivitas Jemaah dan masyarakat.
Anda bisa merasakan nuansa kerakyatan masjid ini. Terlebih pada bulan Ramadan. Di sekitar Masjid KH Hasyim Asyari secara rapi para pecinta kuliner rakyat menjual berbagai jenis makanan. Sungguh sangat humanis dan merakyat.
Masjid AT-Tawadud Wajah Humanis Warga Bantaran Kali Angke di Komplek Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi
Ini sungguh berbeda dengan masjid-masjid lainnya. Masjid AT-Tawadud terletak di tengah rumah susun Cinta Kasih Tzu Chi. Masjid yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dipersembahkan secara khusus untuk warga bantaran Kali Angke yang direlokasi ke rumah susun Cinta Kasih Tzu Chi pada tahun 2003.
Masjid ini menjadi saksi sejarah sekaligus tempat mengukir sejarah peningkatan martabat manusia secara khusus warga bantaran Kali Angke.
Jakarta pernah dilanda banjir besar awal tahun 2000 an. Warga yang tinggal di bantaran Kali Angke harus hidup dalam kondisi lingkungan yang sangat tidak layak. Air hitam pekat menggambarkan hitamnya masa depan warga dan anak-anak Kali Angke.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta membangun rumah susun untuk mereka di Cengkareng Timur, yaitu Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi.
Kesadaran bahwa manusia adalah makhluk spiritual selain makhluk sosial dan biologis, mendorong Yayasan mendirikan klinik Kesehatan dan fasilitas rumah ibadah yaitu Masjid AT-Tawadud. Di Masjid AT-Tawadud ini warga relokasi membangun spiritual mereka sebagai salah satu langkah meningkatkan kualitas hidup. Di Masjid AT-Tawadud kegiatan warga termasuk anak-anak dan remaja dilakukan untuk menjadi pribadi yang beriman dan berbudaya humanis, mencintai kehidupan dan masyarakat apapun agama dan budayanya.
Masjid AT-Tawadud ini kecil dan terpencil karena di dalam sebuah kompleks yang tidak terkenal karena orang-orang besar tidak tinggal di dalamnya. Tetapi di Masjid AT-Tawadud dikembangkan semangat beriman, bertakwa dan berbudaya sebagai manusia besar yang bermartabat kemanusiaan.
Indonesia sungguh kaya dengan keberagaman agama dan budaya. Kebragaman budaya diungkapkan dalam arsitektur rumah ibadah. Karena itu antara budaya dan agama terjadi interaksi yang saling memengaruhi. Tidak mengherankan jika di Indonesia, termasuk Jakarta, penghayatan keagamaan tercermin dalam ungkapan budaya, termasuk ungkapan budaya lokal, seperti Masjid KH Hasyim Asyari yang merepresentasi budaya Betawi.
Besar atau kecilnya sebuah bangunan Masjid. Besar sebesar Masjid Istiqlal, dan kecil sekecil Masjid AT-Tawadud pada dasarnya punya nilai yang sama, yakni keluhuran Ilahi dan kecintaaan kepada sesama manusia yang humanis. Itulah kemuliaan setiap rumah Ibadah, termasuk Masjid, Gereja, Vihara, Pura atau Klenteng. Bangga menjadi orang Indonesia.
Artikel ini adalah refleksi penulis sebagai bagian pengasahan hati sekaligus menantang diri untuk berbagi kebaikan melalui tulisan dalam ajang tantangan samber thr, samber 2023 hari 8)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H