Tradisi membangunkan saur sudah menjadi praktik di Indonesia. Hampir setiap daerah punya tradisi ini yang dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang dengan menggunakan toa, ada yang berkeliling perumahan dengan memukul gendering atau beduk. Kali ini tradisi membangun saur di lingkungan rumah saya sangat berbeda dengan tahun-tahun lalu. Tahun ini remaja masjid keliling menabuh beduk sambil melantunkan doa untuk yang sedang berpuasa. Ini sungguh menjadi hiburan religi.
Ini adalah kreativitas para remaja masjid. Kebetulan salah satu diantara mereka adalah murid saya di sekolah. Saya bertanya, "Nak, asyik banget kalian membangunkan warga untuk saur". Murid saya menjawab, "Iya Pak. Kita mengubah cara bangunin warga supaya dapat jatah lebaran, sekalian amal Pak"
Mendengar penjelasan singkat itu, saya mengapresiasi banget tindakan mereka. Para remaja akan menjadi kreatif jika diberi kesempatan dan penghargaan. Mereka merancang saur seperti itu karena mendapatkan penghargaan dari para pengurus masjid dan orang tua mereka. "Akan mendapatkan jatah lebaran Pak, sekalian amal" ungkap murid saya.
Dampak positif yang mereka lakukan sangat besar bagi masyarakat yang puasa, yaitu mendapatkan doa dan hiburan rohani dari anak-anak itu. Dan tentu adalah tidak telat untuk saur. Luar biasa bukan. Bukan hanya itu saja, bagi warga yang tidak berpuasa, praktik membangunkan saur dengan iringan beduk dan lantunan doa sungguh menjadi hiburan rohani yang membuat suasana perumahan terasa lebih damai.
Masyarakat Indonesia terdiri dari beragama budaya dan agama. Hampir setiap tahun ada kritik dari kelompok atau orang tertentu terhadap praktik membangnukan saur yang dirasakan mengganggu orang lain. Misalnya kita tengok tahun sebelumnya. Seorang artis mengkritik kebiasaan membangunkan saur pagi hari karena membangggu.Â
Dalam upaya membangun kehidupan yang harmonis di dalam masyarkat majemuk seperti Indonesia ini, yang dipraktikkan remaja masjid di tampat saya adalah contoh nyata bahwa hal baik bisa dilakukan utuk kabaikan semua orang. Merohanikan aktivitas membangunkan saur bukan hanya bermanfaat bagi yang berpuasa tetapi juga bagi yang tidak berpuasa.
Menebar kebaikan bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja dengan cara merohanikan aktivitas tersebut. Remaja masjid ini contoh baik bagaimana mewujudkan tradisi membangunkan saur. Ini terjadi berawal dari penghargaan kepada mereka. Mari menghargai anak-anak karena sikap menghargai ini akan melahirkan kreativitas positif dalam diri mereka.
Artikel ini adalah refleksi penulis sebagai bagian pengasahan hati sekaligus menantang diri untuk berbagi kebaikan melalui tulisan dalam ajang tantangan samber thr, samber 2023 hari 7)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H