Benar yang dikatakan orang bijak, "Manusia memengaruhi lingkungan, bukan lingkungan memengaruhi manusia" Setiap bulan Ramadan aktivitas para pendidik dan peserta didik di sekolah kami berbeda. Tidak seperti bulan biasanya. Aktivitas kami, baik pendidik maupun peserta didik dipenuhi dengan gagasan bagaimana mengisi hari-hari dengan tindak perbuatan baik, Bulan Ramadan, bulan refleksi kebaikan.
Sebagai sekolah swasta umum yang berciri Buddhis, sekolah kami memiliki tenaga pendidik yang beragam kepercayaan, Buddha, Islam, Kristen dan Katolik. Peserta didik di sekolah kami pun demikian. Mayoritas Buddha kemudian Muslim, Kristen, Katolik dan Konghucu.
Setiap pendidik dan peserta didik mempunyai kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Malahan bukan hanya itu, kami juga merayakan hari besar keagamaan semua agama di sekolah. Termasuk bulan Ramadan yang merupakan bulan suci bagi umat Islam menjalankan ibadah puasa.
Mengisi setiap hari dengan kebaikan adalah pembiasaan di sekolah kami, apa lagi bulan Ramadan. Setiap pendidik dan peserta didik bersama-sama membangun pembiasaan kebaikan Ramadan. Aktivitas kebaikan yang menjadi cara kami memaknai momen Ramadan adalah sebagai berikut.
1. Meja Bersih dari Makanan sebagai Bentuk Hormat kepada yang Berpuasa
Di ruang guru, kami mempunyai meja panjang. Hampir setiap hari di atas meja ini selalu ada makanan kecil. Tapi berbeda selama bukan Ramadan. Meja bersih. Sebuah simbol kebersihan hati yang sedang dijalani teman-teman muslim. Pendidik non muslim yang tidak berpuasa, temasuk saya, tidak makan di ruang guru. Kami ada satu ruang kecil tertutup yang digunakan oleh pendidik untuk makan. Dan anehnya, saya perhatikan, pendidik yang makan di ruang ini tidak bersama-sama, melainkan sendiri-sendiri. Ini sungguh menciptakan ketidakmencolokan. Bukan himbauan tetapi kesadaran masing-masing individu.
2. Membangun Solidaritas Berbagi Takjil
Semangat solidaritas adalah hasil dari pelatihan, bukan keterampilan yang muncul begitu saja. Ini penulis yakini. Karena itu, kami punya pembiasaan satu hari satu kebajikan.
Lihat juga:Â Praktik Baik di Sekolah Membangun Rasa Empati dan Solidaritas SiswaÂ
Nampaknya pembiasaan ini menjadi semangat yang membentuk karakter peserta didik. Pada minggu awal bulan puasa, pengurus OSIS datang kepada saya mengungkapkan gagasan untuk mengadakan kegiatan berbagi takjil kepada para driver ojek online, petugas sekuriti dan pemulung di sekitar sekolah. Oh, ya pengurus OSIS kami terdiri dari peserta didik yang beragam agama dan kepercayaan. Â Mendengar gagasan ini, tentu saja saya sangat mendukung. Saat artikel ini ditulis, mereka sedang menggalang dana dari peserta didik. Mereka ingin berbagi kebaikan kepada masyarakat marginal. Sebuah bentuk amal kasih dan solidaritas yang mencerminkan bulan pengampunan, bulan membersihkan hati dengan tindakan kebaikan kepada sesama,
3. Berbuka Bersama Membangun Kebersamaan
Kebersamaan selalu indah. Inilah kenapa kita selalu ingin berkumpul bersama orang lain karena keindahan sesungguhnya kodrat manusia. Memang benar di sekolah setiap hari selalu ada kebersamaan. Tetapi berbeda dengan kebersamaan yang didisain untuk mengungkapkan keimanan. Para peserta didik mengadakan kegiatan buka bersama di sekolah. Kegiatan ini diracang pertama-tama untuk membangun kebersamaan agar peserta didik muslim makin termotivasi menyelesaikan ibadah puasa satu bulan penuh. Kegembiraan yang dibagun melalui buka bersama akan menjadi energi positif dan kekuatan ibadah. Dalam kegiatan buka bersama ini guru agama dari semua agama memberi ucapan motivasi kepada peserta didik yang berpuasa. Inilah keindahan kebersamaan ungkapan iman sekaligus media membangun semangat saling menghormati terhadap praktik baik agama lain.
Penutup
Manusia yang membentuk lingkungan; manusia memaknai kegiatan. James Clear dalam bukunya Atomic Habits menulis kekuatan lingkungan (ekosistem) sebagai pembentuk kebiasaan seseorang. Kami sangat bersyukur dengan datangnya bulan Ramadan, bukan karena pemotongan jam kerja (hahahaha) walau ini tentu juga membahagiakan. Tetapi lebih dari itu adalah kami bisa memaknai bulan ini dengan kebaikan-kebaikan yang kami praktikkan untuk mengasah jiwa solidaritas kepada sesama. Bagi penulis, bulan Ramadan menjadi bulan refleksi kebaikan.
Pada bulan ini warga sekolah menghidupkan pertanyaan, "Apa aktivitas baik yang bisa kami lakukan untuk memaknai bulan suci ini?" Tidak semua kami berpuasa karena tidak semua muslim, tetapi kami semua ingin suci. Kami yakin tindakan kebaikan salah satu cara menyucikan hati. Seperti kata Master Cheng Yen, "Kita bisa menghilangkan penderitaan di dunia ini dengan menyucikan batin manusia" Inilah momen yang tepat dan istimewa untuk melakukan kebaikan sembari menunggu sumbernya thr (tunjungan hari raya) cair. Selamat menunaikan ibadah puasa saudara-saudaraku muslim.
(Artikel ini adalah refleksi penulis sebagai bagian pengasahan hati sekaligus menantang diri untuk berbagi kebaikan melalui tulisan dalam ajang tantangan samber thr, samber 2023 hari 1)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H