Asesmen yang hasilnya digunakan untuk menentukan nilai rapor yang menentukan kenaikan fase (kelas) dan atau lulusan merupakan asesmen sumatif. Asesmen sumatif adalah asesmen for learning.
Instrumen dan teknik asesmen banyak dijelaskan di PMM. Saya mendapatkan pencerahan pada bagian ini. Sering kali pendidik hanya menggunakan satu jenis instrumen dan satu teknik pada asesmen. Padahal pendidik bisa menggunakan instrumen dan teknik yang beragam disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Sering pendidik hanya menggunakan satu teknik sehingga murid sangat dirugikan pada asesmen.
Kecenderungan ini menciptakan situasi yang tidak sehat untuk murid, misalnya murid dipaksa menghafal pada materi tertentu. Praktik siswa mencontek pada saat ulangan sebenarnya tidak bisa dikatakan menjadi kesalahan siswa. Siswa melakukan itu karena terdorong oleh situasi yang tidak nyaman.
Situasi yang tidak nyaman itu antara lain, guru menggunakan ukuran kesuksesan hanya pada nilai capaian yang diukur dengan angka mutlak, misalnya 80, 85 dan seterusnya.
Pada asesmen perlu dibuat rubrik sehingga siswa memahami fokus yang diukur oleh pendidik. Siswa fokus pada kompetensi yang memang di ukur, tidak harus fokus pada hal-hal lain yang tidak diukur.
Dari observasi penulis, tidak banyak guru yang membuar rubrik pada saat dilaksanakan asesmen. Di PMM kita diajari bagaimana membuat rubrik pada asesmen formati dan sumatif.
Pelatihan mandiri di PMM juga mengajarkan kepada kita bagaimana kita mengolah hasil asesmen dan melaporkannya kepada orang tua dan peserta didik. Pelaporan hasil asesmen harus sederhana dan informatif.
Â
Penutup