Giliran saya presentasi dan wawancara tiba. Saya membuka laptop dan membuka presentasi dengan hati yang tenang. Bagai bertutur kepada teman. Saya lakukan presentasi selama 8 detik. Wawancara pun terjadi seperti obrolan. Saya menceritakan apa yang sudah dan sedang saya lakukan sebagai kepala sekolah yang ingin banget kurikulum merdeka ini berdampak pada pengembangan karakter siswa secara menyeluruh.
Ya benar, kontribusi yang optimal bersumber dari hati yang selalu ingin berbagi praktik baik kepada para murid, orang tua, guru dan masyarakat. Inilah ajaran Master Cheng Yen, "Bersumbangsih tanpa pamrih" Melakukan dengan sungguh-sungguh untuk bersumbangsih kepada para murid akan membuat tindakan kita inspiratif. Dan ini lah yang sedang saya pelajari, praktikkan di sekolah sebagai kepala sekolah bersama dengan para guru.
Apa yang kemudian terjadi pada saat malam pengumuman 10 Kepala Sekolah Inspiratif Kategori Kepala SMA? Tidak disangka, karena berharap pun tidak. Nama saya disebut untuk naik ke podium. Seolah saya tidak percaya, hingga saya tanya kepada teman satu meja yang terpanggil lebih dulu. Pada saat itu saya mengatakan, "Ini bukan untuk saya. Ini untuk proses yang saya dan teman-teman guru lakukan di sekolah"
Mengakhiri refleksi ini saya ingin menyampaikan kalimat motivasi berikut. "Tidak penting Anda akan terpilih menjadi guru (kepala sekolah) inspiratif atau tidak. Yang terpenting adalah Anda sudah menginspirasi murid-murid Anda. Itulah kemuliaan seorang pendidik" Selamat menjadi guru inspiratif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H