"Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila fokus pada proses bukan pada hasil" ungkap pengawas sekolah pada sesi Refleksi Implementasi Kurikulum Merdeka dihadapan para kepala sekolah yang hadir. Ungkapan ini dilatarbelakangi masih banyak praktik Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilaksanakan belum sesuai dengan ketentuan Panduan P5.Â
Banyak sekolah masih fokus pada hasil sehingga proses P5 terabaikan. Sasaran projek sebagai penguatan karakter tidak tercapai. Pertanyaan yang sebaiknya kita jadikan dasar pelaksanaan P5 adalah bagaimana mengoptimalkan Pelaksanaan P5?
Sebagai kepala sekolah, saya juga menjadi pembimbing atau fasilitator P5 karena saya juga guru mata pelajaran. Sebagai kepala sekolah saya memastikan sejak awal proses P5 dilaksanakan oleh para pembimbing projek. Karena itu tahap pertama adalah saya memberi IHTÂ (in house training)Â kepada para guru yang menjadi pembimbing projek.Â
Para guru paling tidak memahami secara konseptual pelaksanaan P5. Pada tahap pelaksanaan para guru melakukan refleksi bersama peserta didik. Dari refleksi tersebut diperoleh data kelemahan dan kekuatan pendidik dan peserta didik, dan tahap mana yang harus dikembangkan/optimalkan.
Tulisan ini menjadi sharing terhadap upaya mengoptimalkan pelaksanaan P5. Berikut ini beberapa strategi mengoptimalkan pelaksanaan P5
Baca Juga: Pembentukan Karakter, Tujuan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Untuk bisa terlibat secara optimal, sejak awal pelaksanaan ketika menentukan topik projek, peserta didik terlibat aktif. Karena itu, topik ini ditentukan oleh peserta didik. Pembimbing memberi arahan konteks tema diturunkan menjadi topik. Topik yang dipilih akhirnya menjadi sebuah solusi terhadap konteks yang mereka diskusikan pada tahap pengenalan.
Strategi yang bisa digunakan pembimbing untuk membangun keterlibatan peserta didik antara lain:
- Pembimbing membangun ikatan dengan peserta didik. Pembimbing menempatkan diri sebagai teman yang akrab. Misalnya, pada saat kelompok yang saya dampingi akan melaksanakan wawancara kepada narasumber/responden, saya menawarkan diri sebagai driver mereka.
- Pembimbing memberi tantangan secara bertahap kepada peserta didik. Di dalam pelaksanaan P5 agar dihindarkan menggunakan istilah kesulitan melainkan gunakan tantangan. Pembimbing diharapkan bisa memecahkan tahapan kegiatan pelaksanaan P5. Pelaksanaan projek disusun secara bertahap.Â
- Misalnya pada tahap kontekstualisasi ketika mereka mencari data dari narasumber, pembimbing bisa memberi tantangan bertahap. Bantu temukan narasumber yang ada disekitar mereka. Narasumber yang paling dekat dengan kehidupan mereka kemudian bantu mengarah kepada narasumber profesional sesuai dengan topik sasaran
- Memelihara rasa ingin tahu (curiosity) karena rasa ingin tahu ini akan mampu menjaga konsistensi keterlibatan peserta didik. Misalnya pada projek yang saya dampingi, dengan topik "Membangun Kesetaraan di Area Publik" ada peserta didik yang melihat di area publik terdapat pemisahan/pengelompokkan berdasarkan kategori tertentu, agama, sosial dan budaya. Contoh yang mereka temukan antara lain pemakaman berdasarkan agama.Â
- Saya sebagai pembimbing mengarahkan mereka untuk menelusuri gagasan dibalik praktik tersebut. Kemudian mereka merencanakan mengunjugi makam-makam yang melakukan pengelompokan tersebut. Mereka mewawancarai pengelola makam. Peserta didik sangat aktif melaksanakan kegiatan ini.
- Lakukan refleksi secara berkala. Refleksi berkala bisa dilaksanakan secara individu atau kelompok. Refleksi untuk memberi umpan balik kepada peserta agar makin optimal melaksanakan P5. Misalnya terkait menajemen waktu, atau keterlibatan yang tidak maksimal peserta didik tertentu. Perlu diingat bahwa refleksi ini bukan evaluasi, karena itu haindarkan kesan  mengevaluasi dan mencari kesalahan.
- Budayakan nilai kerja yang positif. Pembimbing menegaskan kepada peserta didik untuk tidak takut melakukan kekeliruan, tentu dengan arahan dan umpan balik yang sesuai dengan growth mindset. Yang mau dibangun dari strategi ini adalah semangat menjadi pembelajar sepanjang hayat (pentingnya mengasah kemampuan) dan tentu bangkitkan rasa bangga.
Beberapa strategi di atas dapat Anda coba terapkan di sekolah ketika menjadi pendamping projek. Strategi ini bisa diterapkan untuk semua fase tentu saja harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.