"Kamu tidak akan benar-benar mengetahui sampai kamu bisa menuliskannya" ungkapan ini menjadi refleksi saya ketika saya mendampingi para siswa menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI). Menulis memberi "pengalaman mengetahui" pada diri siswa. Mengetahui ini dalam arti ilmiah dan rasional. Dalam arti demikian menulis itu belajar membuat pola berpikir rasional
Seperti tahun tahun sebelumnya, tahun ini siswa kelas 11 SMA Cinta Kasih Tzu Chi mulai menyusun KTI. Bagi para siswa penyusunan KTI menjadi prasyarat untuk bisa mengikuti Ujian Sekolah.
Tetapi bagi sekolah, penyusunan KTI lebih dari sekadar prasyarat. Penyusunan KTI punya sasaran yang lebih tinggi, yaitu melatih siswa membuat pola berpikir rasional.
Alasan Pentinya Pola Berpikir Rasional
Kenapa ini penting tentu banyak alasan. Berikut ini beberapa alasan fundamental para siswa harus Latihan membuat pola berpikir rasional.
Pola berpikir rasional membuat seorang itu bahagia. Orang yang berpikir rasional tidak gampang tersinggung alias baper. Ia kritis menyeleksi setiap informasi. Dia terampil memahami pernyataan.
Orang yang rasional biasanya fokus pada solusi. Dalam kondisi polemik, ia akan mencari alternatif solusi. Tidak mudah bagi dirinya menyalahkan orang lain. Ia melihat setiap kesulitan sebagai tantangan yang memberi peluang berkembang.
Orang rasional tidak memandang dirinya sebagai acuan kebenaran. Ia selalu melihat nilai lebih dari setiap pandangan dan gagasan orang lain. Ia kritis tetapi tetap rendah hati. Itulah kenapa penting para siswa belajar membangun pola berpikir rasional.
Gimana Membuat Pola Berpikir Rasional.
Membuat pola itu penting. Setiap projek selalu punya pola. Pola meminimalisir terjadinya penyimpangan. Demikian juga dengan pola berpikir. Pola berpikir rasional pada penyusunan KTI ini saya sebut pola ITIK.
I adalah introduksi atau pengantar. T adalah transisi. I adalah isi dan K adalah kesimpulan. Pola ini membantu kita dalam menyusun narasi atau pidato atau tulisan atau juga saat Anda presentasi
Pada pertemuan awal ini saya memberi pengantar kepada para siswa mengenai cara menulis esai. Penting bagi para siswa mengetahui model penyusunan KTI dari pengantar, isi dan kesimpulan. Nah, pada bagian setelah pengantar atau introduksi saya sampaikan penting adanya "transisi" sebelum masuk kepada bagian isi (pembahasan).
Seorang siswa bertanya, "Pak bagaimana cara menentukan judul?" menentukan judul berarti bicara pada bagian introduksi atau pengantar.
Ada yang bilang bahwa menyusun esai tidak harus diawali dengan menentukan judul. Tapi ini tidak berarti bahwa tidak boleh menentukan judul sebelum menyusun isi esai, kan?
Pertama-tama yang harus dilakukan yaitu menentukan tema. Saya sering menyamakan tema dengan topik. Dari topik itu kemudian kita merumuskan judul. Eits..nanti dulu. Jangan buru-buru. Â
Dari topik tersebut apa yang menjadi keprihatinan kita (Anda)? Inilah pertanyaan yang harus kita jawab sebagai dasar merumuskan judul. Keperihatinan itu bisa sesuatu yang membuat Anda gregetan, bisa juga yang bikin Anda gelisah. Nah ini kan yang harus dicarikan solusi. Jadi judul dirumuskan dari keprihatian kita.
Solusi sebagai Pokok Bahasan
Apa yang menjadi keprihatinan, tentu harus dicarikan jalan keluar sebagai tawaran Anda. Solusi ini menjadi pokok bahasan. Anda bisa membahas solusi dari berbagai persepektif sudut pandang.
Tentu saja perspektif yang Anda gunakan untuk melihat solusi haruslah dilandasi argumantasi yang masuk akal, sahih dan ilmiah. Di sini pembahasan membutuhkan landasan teori. Landasan teori dignuakan untuk memperkuat argumentasi dan sudut pandang Anda. Â
Daya tarik  solusi yang Anda tawarkan terletak pada keunikan solusi itu. Unik dalam arti, jarang atau malah tidak pernah terpikir oleh masyarakat pada umumnya. Di sini dibutuhkan sudut pandang yang tidak biasa. Seorang penulis akan memberi pencerahan atau inspirasi kepada pembaca ketika tulisan itu memberi sudut pandang yang unik.
Dari mana Anda bisa menemukan sudut padang yang unik sehingga mencerahkan dan menginspirasi pembaca? Jawabnya banyaklah membaca dan membuat refleksi. Seorang penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Seorang pembicara hebat adalah seorang pendengar hebat. Demikian kata orang bijak.
Penutup atau Kesimpulan
Setelah pembahasan maka diakhiri dengan penutup. Penutup ini berisi sebuah penegasan (afirmasi) dari solusi yang Anda tawarkan. Di sini penulis mengajak (memengaruhi) pembaca untuk menggunakan solusi yang ditawarkan.
Penegasan yang kuat akan menimbulkan kemendasakan dalam diri pembaca untuk mengadopsi solusi yang ditawarkan. Paling tidak pembaca akan mengatakan "ya benar banget" setelah membaca esai kita.
Jadi, menulis esai pun termasuk belajar menyusun pola berpikir. Teruslah belajar menulis agar Anda mempunyai pola berpikir rasioanal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H