"Masih banyak sekolah yang bingung mengimplemtasikan kurikulum merdeka. Butuh pelatihan yang brkelanjutan" ungkap seorang pengawas sekolah kepada saya melalui telpon saluler ketika kami akan menyelenggarakan workshop. Di dalam kurikulum merdeka, setiap pembelajaran berbasis pada dimensi profil pelajar Pancasila. Bagaimana hal itu bisa dilakukan?
Tiga Jenis Pembelajaran
Kita tahu di kurikulum merdeka ada tiga jenis pembelajaran. Tiga pembelajaran itu adalah kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Kurikuler yaitu pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran ini dilaksanakan dengan mendalami materi-materi ajar. Materi ajar yang dibahas terdapat di dalam modul ajar yang disusun oleh pendidik.
Kokurikuler yaitu pembelajaran berbasis projek. Kokurikuler ini menjadi pembeda yang sangat besar dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Untuk jenjang SD-SMA ada tujuh tema yang dikembangkan dalam projek.
Ekstrakurikuler merupakan pengembangan bakat dan minat. Peserta didik diberi kebebasan memilih kegiatan pengembangan diri yang sesuai dengan minat. Ekstrakurikuler ini bisa bidang olah raga, seni atau bidang lainnya.
Mendasari semua kegiatan itu, kurikulum merdeka mempunyai 6 dimensi yang dikembangkan selama siswa belajar di sekolah. Enam dimensi itu yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) Berkebhinekaan global, 3) Bergotong royong, 4) Mandiri, 5) Bernalar kritis, dan 6) Kreatif.
Masing-masing dimensi terdiri dari elemen dan subelemen yang dihidupi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Keenam dimensi itulah yang sering disebut dimensi profil pelajar Pancasila. Artinya, ketika siswa menyelesaikan pembelajaran di satuan pendidikan ia akan mempunyai karakter sebagai pelajar Pancasila.
Menentukan Dimensi
Langkah pertama dan utama setiap satuan pendidikan (sekolah) menentukan dimensi mana yang akan dihidupi selama satu tahun ajaran. Misalnya, SMA Cinta Kasih Tzu Chi tahun ajaran ini menentukan 2 dimensi yang akan dihidupi, dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, dan dimensi bergotong royong.
Langkah berikutnya adalah mengeksplorasi elemen dan subelemen yang terkadung di dalan dua dimensi tersebut. Elemen dan subelemen inilah yang menjadi dasar nilai untuk dihidupi dalam ketiga jenis pembelajaran.
Misalnya, dalam dimensi pertama ada 5 elemen, yaitu akhlak agama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam dan akhlak kepada negara. Kalau guru hanya berhenti pada elemen saja maka guru tidak tahu nilai (karakter) seperti apa yang akan dihidupi dalam tindakan pembelajaran. Karena itu guru harus tahu subelemen yang menjadi rincian dari elemen tersebut. Misalnya pada elemen akhlak kepada manusia terdiri dari 2 subelemen, mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan, dan subelemen berempati kepada orang lain.
Dengan merinci pada subelemen kita mengetahui nilai (karakter) yang bisa kita hidupi di dalam pembelajaran baik kurikuler, kokurikuler maupun esktrakurikuler. Misalnya guru mengajak anak untuk membersihkan rumah ibadah agama-agama yang ada di sekitar mereka. Tindakan ini perwujudan dari menghargai perbedaan dan mengutamakan persamaan (subelemen).
Contoh lain, guru melihat ada siswa di dalam kelasnya mengalami kesulitan memahami materi. Padahal sudah dijelaskan beberapa kali. Guru bisa minta murid lain yang sudah paham untuk membantu menjelaskan kepada siswa yang butuh bantuan. Tindakan ini disebut tutor sebaya, yang dihayati sebagai perwujudan subelemen berempati kepada orang lain.
Pelaksanaan seperti inilah yang disebut pelaksanaan berdasarkan prinsip holistik. Setiap kegiatan selalu terkait satu dengan yang lain. Apakah ada kemungkinan subelemen akan tumpang tindih dalam arti subelemen dari dimensi yang tidak dipilih bisa saja dihidupi dalam kegiatan tertentu? Tumpang tindih tidak mungkin terjadi. Karena bicara mengenai karakter (values) tidak ada nilai yang berdiri sendiri, dan tidak terkait dengan nilai lain. Bicara mengenai nilai kejujuran pasti terkait dengan integritas. Selamat mempraktikkan dalam pembelajaran. Salam guru hebat. Salam guru merdeka. (Purwanto- Guru & Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H