Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemenang Lomba Penyuluh Agama Katolik Tingkat Nasional: Bukan Kompetisi tapi Kontribusi

14 Oktober 2021   23:26 Diperbarui: 14 Oktober 2021   23:32 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Penyerahan Piagam Penghargaan Kepada Pemenang Lomba (DokPri)

Senin, 11 Oktober 2021 bertempat di Ballroom Hotel Redtop Jakarta bersamaan dengan pembukaan bintek aplikasi elektronik e-kinerja Penyuluh Agama Katolik PNS dan Non PNS untuk admin seluruh Indonesia, panitia Lomba Pemilihan Penyuluh Teladan Tingkat Nasional membacakan pemenang lomba.

Dewan Juri pada Lomba Penyuluh Agama Katolik Tingat Nasional Tahun 2021  terdiri dari kalangan akademisi dan kaum klerus, yaitu  Prof. Dr. Martinus Yuwono, Dr. Yohanes Don Bosco, Fidelis Waruwu, M. Sc.Ed, RD. Paulus Christian Siswantoko dan RD. Antonius Steven Lalu. Setelah melalui beberapa tahap seleksi dewan juri menetapkan tiga Penyuluh Teladan Kategori PNS dan tiga Penyuluh Teladan Kategori Non PNS.

Gambar: Para Pemenang Lomba Penyuluh Agama Katolik Tingkat Nasional (dokPri)
Gambar: Para Pemenang Lomba Penyuluh Agama Katolik Tingkat Nasional (dokPri)

Tiga Penyuluh Agama Katolik Teladan Tingkat Nasional Kategori PNS adalah Alfons No Embu, S. Fil, M. Hum dari Merauke sebagai juara 1, Veronca Pulung Widyanti, S.Pd meraih juara 2 dan Anton Ranteallo, S. Fil  dari Makasar mendapatkan peringkat 3.  

Untuk kategori Non PNS dewan juri menetapkan Sr. Maria Regina Mia Rahayu dari Jawa Timur sebagai juara 1, Agustinus Purwanto, M.Pd dari DKI Jakarta meraih juara 2 dan Simon Esron Sinaga dari Sumatera Utara juara 3.

Dr. Don Bosco mewakili dewan juri menyampaikan apresiasi yang mendalam terhadap semua peserta lomba. Semua peserta yang mengikuti proses seleksi sejak awal telah mempresentasikan (menghadirkan) karya pelayanan yang sungguh riil di daerah masing-masing sesuai dengan kapasitas mereka. Tidak mudah bagi juri ketika harus menetapkan 3 terbaik kategori PNS dan 3 terbaik kategori Non PNS.

Menurut beliau ada dua peta besar dari semua peserta lomba jika dilihat dari video, portofolio, karya tulis ilmiah dan presentasi makalah. Peta pertama, penyuluh yang memiliki ide-ide bagus terkait dengan program kegiatan penyuluhan dan bimbingan kepada binaan. 

Ini artinya mereka memiliki ide yang belum dilaksanakan. Ide yang sangat bagus itu harus ditandaklajuti dalam kegiatan konkret dan bermakna. Tentu saja masih dibutuhkan beberapa penyesuaian agar bisa dilaksanakan.

Peta kedua adalah penyuluh yang menarasikan apa yang sudah dilakukan. Sebagian besar penyuluh telah melakukan penyuluhan dan bimbingan kepada binaan dengan luar biasa. Salah satunya adalah Sr. Maria Regina Mia Rahayu, Penyuluh Teladan 1 Tingkat Nasioanal kategori Non PNS. 

Suster melakukan penyuluhan dan bimbingan kepada kelompok Bina Iman Anak, Bina Iman Remaja, OMK dan masyarakat yang  terpapar Covid-19. 

Ini adalah contoh riil bahwa penyuluhan haruslah kontekstual dan menyentuh  kelompok masyarakat yang tidak terlayani. Keberanian sekaligus ketulusan Suster melayani binaan yang terpapar Covid 19 menjadi poin penting dalam penilaian juri.

Gambar: Sr. Maria Regina Mia Rahayu memberi kesan dan pesan (DokPri)
Gambar: Sr. Maria Regina Mia Rahayu memberi kesan dan pesan (DokPri)

Pada kesempatan ini Dirjen Bimas Katolik Bayu Samudro menyampaikan poin penting untuk dipikirkan bersama sebagai pondasi bertindak para penyuluh agama Katolik. 

Manusia beriman yang bergumul di tengah dunia menjadi terang dan garam yang mampu menerangi masyarakat Indonesia. Moderasi beragama harus menjadi misi setiap penyuluh agama Katolik agar tercipta kehidupan yang rukun dan damai.

Mengulas topik "Bekerja Profesioanl Berbasis Iman" RD Paulus  Christian Siswantoko menegaskan dua hal penting bagi setiap penyuluh dan pegawai Katolik yaitu untuk bekerja secara professional dan berdasarkan iman. Dua hal itu yang akan membedakan antara pekerja katolik dengan pekerja non Katolik. 

Bekerja berdasarkan iman adalah sebuah panggilan. Karena itu penyuluh dan semua pekerja Katolik harus memposisikan diri sebagai utusan Allah. Semangat/spiritualitas sebagai utusan Allah harus menjadi cara berpikir, cara bertindak dan cara merasa seorang penyuluh.

 Lebih lanjut RD Paulus Christian Siswantoko memberi contoh bagaimana cara berpikir seorang utusan Allah. Ketika Anda bekerja, lalu Anda bekerja tidak sungguh-sungguh. 

Kendati tidak ada yang melihat Anda, tentu bekerja tidak sungguh-sunngguh bukanlah seorang utusan Allah. Seorang utusan Allah melakukan pelayanan bukan pertama-tama untuk mendapatkan uang, bukan karena hobi, bukan pula untuk sebuah karier. 

Seorang utusan Allah bekerja karena Allah mengasihi dirinya dan orang-orang yang dilayani. Karena itu bagi utusan Allah hal seperti upah, karier, hobi dan sejenisnya menjadi relative. 

Jika Anda berpikir sebagai utusan Allah, Anda akan terus mengembangkan diri, Anda akan terus belajar, Anda akan terus melayani kendati terasa lelah, terasa bete dan kadang tidak mendapatkan penghargaan.

Sementara itu Dr. Don Bosco Doho, S. Phil, MM, CET, CHt secara khusus menyoroti pentingnya etika komunikasi dalam pelaporan bimbingan penyuluhan. Etika komunikasi akan mendasari setiap proses penyuluhan dan bimbingan menjadi efektif. Dengan etika komunikasi berabai masalah manusia yang sulit pun dapat diselesaikan.

Penulis, yang adalah Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional peringkat 2, memperolah peneguhan sekaligus penegasan bahwa mengikuti lomba adalah bagian dari berkontribusi bukan sebuah kompetisi. 

Peringkatan juara hanya sebuah narasi yang tidak luput dari keterbatasan sang juri. Yang tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi penyuluh adalah kesempatan berharga untuk berkontribusi terhadap meningkatkan pemahaman dan pengamalan keagamaan masyarakat (misi kemenag)

 "Perlombaan ini adalah sejarah. Permulaan yang baik. Untuk memulai sesuatu memang tidak mudah, namun bapak dan ibu (baca: penyuluh) semua berada dalam sejarah ini" tutur ibu Marini yang menjadi person in charge (PIC) Lomba Penyuluh Tingkat Nasional Tahun 2021. Tentu ungkapan tersebut harus direfleksikan secara profesional berdasarkan iman. 

Semua pihak baik itu penyelenggara (panitia), dewan juri dan peserta lomba harus berusaha memposisikan sebagai utusan Allah, yang dengan jujur dan tulus melakukan pelayanan Untuk Kemuliaan Allah Yang Lebih Besar (Ad Maiorem Dei Gloriam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun