Natal kali ini memang terasa sangat berbeda dalam hidupku. Bukan pertama karena Covid 19 yang memaksa aku dan orang lain untuk tidak berjumpa dengan saudara seiman dalam perayaan ritual iman di gereja. Covid tidak mampu membuat aku kesepian kendati aku harus tidak bersua dengan saudara seiman.
Yang membuat natal kali ini sungguh berbeda dengan tahun sebelumnya, karena hatiku yang terasa sepi. Sepi yang membuat dayaku seolah hilang. Kesepian bukan karena tiada teman atau sanak. Sepi karena natal tahun ini aku tidak lagi bisa berucap selamat natal kepada mamaku yang dipanggil Tuhan tahun lalu dan adikku beberapa tahun sebelumnya. Mereka telah dipanggil Tuhan tahun tahun lalu. Sepi yang disebab karena kangen kepada mamak dan adikku.
Sepi ini menjadi sebuah siksa ketika aku ingat masa masa kebersamaan dengan mereka yang sungguh membuat hidupku berwarna. Ketika bersama mereka aku berjalan selalu merasakan kebersamaan. Ada sahabat, ada teman ada kekuatan lain yang menopangku. Sementara saat ini rasa itu benar tiada. Aku seperti berjalan di tengah padang ilalang yang panas dan gersang. Rasanya ingin berteriak, tapi kesadaranku mengatakan "tidak ada gunanya" Kuingat kembali pada saat seperti ini adiku telah menghiasi pojok rumah dengan kandang domba tempat Yesus lahir.
Ya kandang domba itu, saat ini telah tiada. Tapi tidak dalam ingatanku. Yesus lahir di kandang domba. Malam yang sepi. Dingin. Hanya ada cahaya kecil dari obor gembala penjaga domba. Langit yang berbintang membuat malam itu makin sunyi. Tapi aneh, dalam malam yang sepi dan dingin itu ada suasana damai luar biasa dalam diri orang-orang yang menyaksikan kelahiran Yesus. Itu imajinasiku. Itu imanku. Itu keyakinanku.
Ya, Yesus lahir bagi orang-orang yang merasa kesepian seperti diriku. Kesepian karena telah ditinggal oleh orang-orang yang disayangi. Yesus hadir memberi damai di tengah kesepian hidupku, dan hidup Anda.
Ketika realitas hidup tidak seperti yang kita harapkan. Entah karena ditinggal orang yang dikasihi. Entah karena persoalan hidup yang tidak terpahami. Bahkan ketika persoalan terasa sangat berat dan tidak berdaya bangkit, dan hampir menyerah. Ingatlah, Yesus datang untuk memberi damai. Damai di tengah keadaan yang tidak mendamaikan.
Keyakinan ini membuat aku merasakan suatu kekuatan untuk memeluk keadaan sepi ini. Keadaan sepi yang dimaknai oleh Yesus dengan damai. Sesaat aku sadari ibu dan adiku sudah merayakan Natal di surga. Mereka pasti bahagia di sana. Tanpa kusadari aku meneteskan air mata karena kangen terhadap mereka sekaligus bersyukur aku mewarisi nilai-nilai persaudaraan dan cinta dari mereka. Selamat Natal buat mamak dan adikku yang ada di rumah Bapa. Aku sangat merindukan kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H