Menderet persoalan sampah rasanya tidak pernah akan selesai. Makin tahun makin parah. Seperti disampaikan Asosiasi Plastik Indonesia (INPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa tahun 2019 sampah di Indonesia meningkat 3,2 juta ton dari tahun sebelumnya 64 juta ton.
Peningkatan produksi sampah ini disebabkan pola perilaku masyarakat Indonesia yang suka menggunakan barang sekali pakai, membuang sampah sembarangan dan tidak membiasakan memilah sampah daur ulang dengan sampah bukan daur ulang.
Pencemaran linkungan, air, tanah dan terkontaminasinya biota laut oleh mikroplastik bisa menghancurkan kehudupan umat manusia.
Pada sisi lain juga terjadi perilaku ironis yang seolah menjadi lumarh. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang merupakan area tidak layak dirambah menusia justru menjadi lahan mengais rejeki. Mereka tidak lagi memikirkan resiko kesehatan dan keselamatan dirinya ditengah tumpukan sampah di TPA.
Kondisi ini sangat mencemaskan dan mengkhawatirkan. Kondisi seperti inilah yang  menurut Filsafat Stoa disebut sebagai tidakadanya bahagia. Sebuah pertanyaan reflektif, "Apa yang bisa kita lakukan terkait dengan sampah tersebut supaya kehidupan manusia kembali bisa bahagia-bebas dari kecemasan kerusakan alam?"
Memilah Sampah Daur Ulang
Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bertekad dengan sungguh ambil bagian dalam gerakan memulihkan kebahagiaan umat manusia melalui praktik memilah sampah daur ulang. Praktik ini merupakan perwujudan dari ajaran Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, yang selalu menyerukan untuk mengubah sampah menjadi emas dan emas menjadi cinta kasih. Â Ajaran ini terus kami tanamkan dalam diri para siswa dan orang tua siswa. Ada dua program pembiasaan yang kami lakukan:
1. Di setiap ruang kelas terdapat tempat sampah daur ulang
Di atas tempat sampah daur ulang yang ada di setiap ruang kelas diberi keterangan jenis-jenis sampah yang termasuk sampah daur ulang sehingg boleh dimasukan ke dalam tempat sampah tersebut. Sedangkan untuk sampah bukan daur ulang telah disediakan tempat sampah di luar kelas pada ujung setiap lantai.
2. Memilah sampah daur ulang setiap "Jumat Bersih"
Pada hari Jumat kami mempunyai kegiatan Jumat Bersih. Para siswa secara bergelir perkelas memilah sampah daur ulang yang sudah terkumupul sejak hari Senin. Kegiatan Jumat Bersih ini juga memilah sampah daur ulang yang dibawa oleh siswa dari rumah masing-masing.
Setiap hari Jumat siswa dan guru membawa sampah daur ulang dari rumah. Kegiatan ini dimaksudnya untuk membangun kebiasaan memilah sampah sudah dimulai dari rumah. Sampah daur ulang yang telah dipilah-pilah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena sudah bersih. Sampah daur ulang kemudian dibawa ke depo pengolahan sampah milik sekolah. Di sana sampah-sampah ini akan dibersihkan kembali dan pres oleh relawan.
Praktik memilah sampah bukan sekadar tindakan fisik yang memiliki nilai ekonomis. Tetapi lebih daripada itu. Berikut ini makna yang terkandung dibalik praktik memilah sampah.
1.Berbagi kebahagiaan
Dalam Pendidikan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, memilah sampah dipandang sebagai latihan batin. Latihan yang diharapkan membentuk kepekaan hati untuk bisa membedakan roh (discerment).
Selain itu memilah sampah adalah tindakan cinta kasih. Tindakan yang membantu pemulung memunggut sampah yang bersih dan sudah tidak bercampur dengan sampah yang bukan daur ulang. Ini artinya kita telah berbagi kesehatan, dan kebahagiaan kepada pemulung. Daur ulang sampah adalah tempat kita menabur kebaikan dan berbagi kebahagian kepada orang lain.
2. Tindakan bersumbangsih
Sampah daur ulang yang dikumpulkan di depo pengolahan sampah akan dibersihkan lagi oleh relawan. Sampah-sampah itu dikelompokkan sesuai dengan jenis sampah daur ulang. Sampah daur ulang plastik akan dipres kemudian dijual. Hasil penjualan sampah bisa digunakan untuk bersumbangsih bagi mereka yang sangat membutuhkan.
Melalui cara ini kita bisa memberi bantuan donasi dan menyantuni warga sekolah atau warga masyarakat yang tertimpa bencana atau tertimpa musibah. Mencari dana untuk memberi bantuan atau menyantuni korban bencana dilakukan tidak selalu dengan minta kepada donatur, tetapi dengan cara mengumpulkan sampah daur ulang. Sebuah tindakan yang sangat mulia.
Pratik memilah sampah sebagai sebuah gerakan seluruh siswa di sekolah, harapannya ditularkan kepada orang-orang di rumah. Praktik ini kami maknai sebagai gerakan menyelamatkan bumi dan kehidupan. Kenapa disebut meyelamatkan bumi? Paling tidak saya bisa menyebutkan dua alasan.
1. Gerakan memilah sampah akan menyelamatkan banyak orang terbebas dari penyakit akibat memulung sampah di TPA. Anda bisa bayangkan ketika semua orang melakukan pemilahan sampah. Tidak ada lagi sampah daur ulang di TPA. TPA benar-benar menjadi tempat pembuangan akhir yang tidak lagi dirambah manusia.Â
2. Pola perilaku memilah sampah akan meminimalisir terjadinya pembuangan sampah plastik secara sembarangan. Sampah plastik menjadi sampah yang sangat berbahaya bagi kehidupan biota laut dan manusia. Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh ikan akan membayakan manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut.
Menurut peneliti LIPI M. Reza Cordova, ancaman mikroplastik di dalam air laut Indonesia jumlahnya sudah mencapai 30 hingga 960 partikel/liter. Tentu ini menjadi ancaman yang sangat serius.
Itulah dua alasan mendasar kenapa memilah sampah mempunyai makna menyelamatkan kehidupan. Kegiatan lain sebagai wujud kepedulian kami terhadap kehidupan yaitu merancang kegiatan membersihkan pantai dari sampah plastik.
Program memilah sampah mempunyai prosedur sebagai standar perilaku setiap siswa ketika melakukan pemilahan sampah. Standar perilaku pemilahan sampah sebagai berikut:
1.Siwa/guru mengetahui jenis-jeins sampah yang termasuk sampah daur ulang. Karena itu setiap kali akan melakukan pemilahan sampah, para siswa mendapat penjelasan singkat
2. Setiap jenis sampah daur ulang dikelompokkan menjadi satu tempat sesuai dengan jenisnya. Sampah kertas disatukan dengan sampah kertas, sampah botol dengan sampah botol dan sebagainya.
3. Tutup botol plastik dimasukan dalam satu tempat terpisah karena mengandung zat pewarna dan kimia yang berbeda dengan botol plastic
4. Plastik yang menutup botol dilepas kemudian botol diremas/dipres
5. Setiap jenis sampah daur ulang diikat rapi
6. Sampah daur ulang dibawa ke depo pengolahan sampah
Menutup refleksi saya menarikdua kesimpulan yang bisa kita refleksikan lebih lanjut mengenai upaya membangun kebahagiaan masyarakat melalui praktik memilah sampah daru ulang.
1. St. Agustinus yang hidup pada abad ketiga pernah pengatakan demikian, "Jalan menunju kebahagiaan adalah dengan membahagiakan orang lain" Ini semakin menegaskan kepada saya bahwa praktik memilah sampah mempunyai makna sebagai tindakan berbagi kebahagiaan, bersumbangsih dan menyelamatkan kehidupan.
Makna ini kembali digaungkan oleh filsuf abad modern dari India, Preetha Krishna, "Manusia hanya bisa bahagia ketika hidupnya bermanfaat bagi semesta"
2. Tidak ada kebahagiaan ketika kita tidak berusaha melakukan kebaikan yang membahagiakan orang lain. Pengertian ini bisa kita tempatkan pada berbagai bidang kehidupan. Misalnya pada bidang pemasaran. Ketika saya berhasil memuaskan pelanggan dan pelanggan bahagia, saya akan mendapatkan kebahagiaan dalam karier saya.Â
Dalam konteks seperti ini, tagline JNE 3 Dekade Bahagia Bersama mendapatkan kebenaran dan pantas dirayakan karena telah memberi manfaat besar bagi masyarakat. Bahagia selalu bersama dengan orang lain. (Ag. Purwanto, M.Pd. Principle & Writer. IG & Linkeldn: Masguspung. YouTube: Two Minutes For Hope)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H