Sangat sering saya menulis artikel atau naskah ketika hati saya terasa senang. Hari-hari saya terasa sangat produktif. Â Kali ini berbeda banget. Saya menulis artikel ini dalam keadaan mood yang buruk. Rasa fisik terasa capek. Emosi terasa lelah. Pikiran berhenti pada jalan buntu.
Barangkali Anda pernah berada pada keadaan batin seperti itu? Apakah yang Anda lakukan? Menonton film? Tiduran? Lihat-lihat whatsapp? Lihat status orang di media social? Coba Anda ingat?
Saya menyadari banget kondisi kelelahan emosi yang saya alami saat ini. Tapi ada kesadaran yang sangat kuar mendorong dan berpesan kepada saya, "Jangan terus-terus begitu"Â
Tiba-tiba saya teringat dengan sebuah buku yang pernah saya baca dan belum habis saya baca. Buku itu berjudul Filosofi Teras. Kubuka dan ketemukan kalimat yang mendorong saya menulis artikel ini.Â
Kalimatnya sebagai berikut, "Some things are up to us, some things are not up to us" (Epictetus). Kalimat itu kalau diterjemahkan sebagai berikut, "Ada hal-hal di bawah kendali kita, dan ada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita."
Langkap Penentu
Saya terus membaca kalimat perkalimat. Saya menemukan pesan yang sangat kuat seolah memberi nasihat kepada saya. "Apa yang memang bisa kamu kendalikan, kendalikan; tetapi apa yang tidak bisa kamu kendalikan, ya jangan dikendalikan. Karena jika demikian kamu akan stres."
Dari nasihat ini saya berusaha meneliti mana yang bisa saya kendalikan, dan mana yang tidak bisa saya kendalikan.Â
Rasa malas itu hadir sebagai akibat dari usaha mengendalikan apa yang sebenarnya tidak di bawah kendali kita. Misalnya persepsi orang lain, opini orang lain, reaksi orang lain kepada kita. Â Oh ya, inilah yang rupanya harus saya lepas.
Kadang kita terjebak pada opini dan persepsi orang terhadap diri kita. Padahal opini atau persepsi orang kepada diri kita itu tidak di bawah kendali kita. Biar saja orang beropini dan berpersepsi terhadap diri kita.Â
Yang berada di bawah kendali kita adalah reaksi kita terhadap persepsi orang. Nah ini sama dengan mengelola diri, mengelola emosi.