Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Home Learning Bermakna dan Menyenangkan, Mungkin?

8 April 2020   22:23 Diperbarui: 8 April 2020   22:18 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Tele conference

Home Learning sudah bergulir satu bulan. Sebuah perubahan cara pembelajaran yang disebabkan karena faktor eksternal, Covid 19. Kondisi ini "memaksa" kalangan pendidik formal merubah cara dan pola pengajaran. Perubahan ini secara langsung menyasar pelaku utama sekolah, yakni guru dan siswa.

Saya sebagai guru dan kepala sekolah terlibat secara mendalam bukan hanya teknis tetapi emosi dan hati bagaimana perubahan ini "menghantam" pelaku utama (guru dan siswa), yang kemudian berdampak pada pola komunikasi antara orang tua dan anak (siswa).

Saya katakan "menghantam" karena perubahan yang dipaksakan jelas sekali memunculkan shock (goncangan) dan reaksi yang tidak selalu positif.

Dari evaluasi yang saya ikuti (pada saat meeting dengan dinas pendidikan) dan saya adakan dengan guru (juga sampel dengan beberapa orang tua siswa dan siswa) terlihat "goncangan" baik secara taknis, psikologis dan ekonomis-terutama orang tua)

Goncangan Karena Perubahan

Goncangan teknis yaitu ketidakselarasan antara tuntutan dengan kemampuan teknis menjalankan pembelajaran berbasis teknologi. Home learning menuntut kemampuan guru yang terampil menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Pada kenyataannya kita mengakui masih jauh antara api dengan asap, antara seharusnya dengan kenyataan (das sollen dan das sein).

Kesenjangan ini menimbulkan goncangan psikologis yang kemudian memengaruhi kualitas pembelajaran. Home learning yang diharapkan bermakna dan menyenangkan belumlah tercipta secara optimal.

Belum lagi guncangan ekonomi yang diakibatkan oleh home learning. Ketika beberapa orang tua siswa saya hubungi mereka mengeluhkan beban ekonomi yang makin berat akibat kuota internet yang dibutuhkan praktek home learning. Hal ini pula menimpa para guru ketika harus mengajar di rumah. Sebuah persoalan yang harus dilihat secara sistemik, bukan linear.

Dokpri: Guru mengajar jarak jauh
Dokpri: Guru mengajar jarak jauh
Tiga Faktor Pokok Home Learning Bermakna dan Menyenangkan

Dalam kondisi seperti sekarang ini, pertanyaan "mungkinkan pembelajaran jarak jauh dilaksanakan secara bermakna dan menyenangkan?" harus mendorong semua pihak (dinas pendidikan, sekolah, dan lembaga lain) mencari cara yang kreatif untuk perwujudannya. Semua harus berpikir positif dan kreatif serta optimis.

Saya berpikir dari sudut pandang praktis sebagai guru dan kepala sekolah. Ada tiga faktor yang harus dikelola secara kreatif dalam upaya menciptakan pembelajaran bermakna dan menyenangkan.

Pertama, mindset guru (dan tentu kepala sekolah) mengenai pembelajaran harus dirubah. Pembelajaran itu bukan hanya persoalan cara mengajar tetapi menyangkut cara pandang saya terhadap pembelajaran.

Yang pertama hanya fokus pada ketrampilan teknis mekanistik menyampaikan materi ajar kepada siswa.

Yang kedua menyangkut penghayatan saya terhadap praktik pembelajaran. Didalamnya terkandung values yang dihidupi guru bahwa ketika saya mengajar, saya juga belajar dan saya juga diajar. Inilah yang disebut Paulo Freire sebagai humanisasi pendidikan (sekolah).

Relasi guru dengan siswa adalah relasi dialogis. Parker J. Palmer menyebut disinilah guru sedang mengajarkan hidupnya sendiri. Tentu ini akan lebih menyentuh emosi siswa. Sentuhan emosi selalu bermakna dan menyenangkan.

Kedua, adalah faktor materi ajar. Ketika pembelajaran dipahami sebagai cara mengajar maka materi ajar cenderung asing. Materi bukan bagian hidup siswa. Pembelajaran yang bermakna ketika materi ajar terkoneksi dengan siswa.

Istilah Florence Beetlestone "konteks siswa terkoneksi". Guru harus mempu mengkoneksikan antara materi ajar dengan konteks riil siswa. Konteks saat ini adalah pandemi corona.

Mampukan guru menggunakan pandemi Corona sebagai "jembatan" masuk kedalam pokok materi ajar? Ini penting banget. Kreatifitas guru masuk dalam pengajaran dengan menggunakan konteks siswa adalah kompetensi yang sangat dibutuhkan untuk pembelajaran bermakna dan menyenangkan.

Dengan memperhatikan konteks siswa, materi ajar sangat munking "praktis" (bisa diterapkan) dan terstruktur (mudah dipahami otak siswa). Sesuatu yang bisa diterapkan dan mudah dipahami akan bermakna dan meyenangkan.

Ketiga, Digital literasi. Dalam konteks home learning, digital literasi sangat berpengaruh bagi kualitas "bermakna dan menyenangkan" sebuah pembelajaran.

Tetapi faktor ini sesungguhnya dipengaruhi kualitas faktor pertama. Ketika midset guru terbuka terhadap sebuah perubahan, mereka akan "suka" belajar hal baru termasuk belajar teknologi. "Kesukaan" belajar itu sendiri akan menentukan kualitas belajar hal hal baru.

guru-menjelaskan-zoom-4-5e8dea97d541df23584e18b2.jpeg
guru-menjelaskan-zoom-4-5e8dea97d541df23584e18b2.jpeg
Masih banyak faktor lain yang bisa kita dalami untuk mencari cara bagaimana mengembangkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

Semua itu dalam proses perjalanan kita mereaksi perubahan yang memang harus kita hadapi. Mari kita hadapi dengan bijak karena sejatinya Covid 19 menyadarkan kita bahwa kita harus berubah menjadi lebih baik dalam pola hidup kita (termasuk pola pikir, pola rasa, dan pola tindak). Kita pasti bisa.

(Purwanto-Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun