Ungkapan imperative tersebut sudah seperti darah yang mengalir didalam tubuh bagi para siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Jakarta Barat. Setiap kali pembiasaan makan sehat, para siswa dengan rapi berdiri antri memegang wanpao (tempat nasi masing-masing).
Satu persatu mereka dilayani oleh siswa lain yang piket. Nasi, sayur dan lauk yang tentu adalah vege mengisi wanpao siswa. Setelah semua siswa memegang wanpao yang berisi makanan, para siswa berdiri berdoa dan mengucap syukur atas karunia makanan.
Ucapan selamat makan dari guru dibalas dengan ucapan selamat makan oleh para siswa menandai kegiatan makan sehat bisa dimulai. Itu adalah salah satu pembiasaan di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.
Setiap tanggal 16 Oktober 2109 masyarakat memperingati Hari Pangan Sedunia yang ditetapkan FAO. Keprihatinan terhadap masalah kemiskinan dan kelaparan menjadi daya dorong ditetapkannya Hari Pangan Sedunia.
Empat puluh tahun sejak ditetapkan Hari Pangan Sedunia, pertanyaan mendasar adalah apakah kesadaran untuk menghargai makanan sudah mandarah daging dalam diri kita?
Didalam ungkapan imperative "Makanlah 80% dari Kapasitas Perut Anda" mengandung makna filosofis dan teologis yang sangat tinggi. Bukan sakadar tidak menyisakan makanan, kemudian dibuang.
Membebaskan Diri dari Keserakahan
Itu adalah salah satu makna filosofis dari ungkapan imperative tersebut. Ketika kita makan tidak kenyang ( 80 % dari kapasitas perut), kita pasti tidak akan membuang makanan karena makanan tidak akan tersisa. Tentu ini cerminan dari rasa bersyukur sekaligus menghargai makanan (kehidupan) yang sangat tinggi.
Selain itu, ini adalah upaya manusia untuk bebas dari keserakahan. Sebuah pola hidup sederhana, dan tidak lekat pada kenikmatan. Jika direnugkan lebih mendalam, makna makan tidak kenyang akan menyingkapkan nilai-nilai kehidupan yang sangat luhur.
Karena itu pembiasaan makan dengan tidak kenyang adalah pembiasaan yang teramat penting untuk memaknai kepedulian dan keprihatinan kita pada kemiskinan dan kelaparan yang masih diderita saudara-saudara kita dibelahan bumi yang lain.
Pada konteks ini, sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bukan hanya makan tidak kenyang tetapi juga Gerakan vegetarian. Ini merupakan bentuk cinta pada kehidupan dan bumi.
Mental sebaliknya dari makan tidak kenyang yaitu membuang makanan. Ini adalah tindakan yang tidak bermartabat. Sikap seperti ini secara teologis disampaikan oleh pemimpin dunia Gereja Katolik, Paus Fransiskus sebagai tindakan merampas hak orang miskin.
Membayangkan itu dalam konteks perjanjian lama, merampas hak orang miskin adalah tindakan dosa yang luar biasa keji. Kita lihat tindakan membuang makanan seolah biasa saja bagi banyak orang. Sungguh menyayat hati hingga pedih rasanya menyaksikan orang meninggalkan makanan di restoran yang telah mereka bayar dengan mahal.
Kita juga sering saksikan anak-anak remaja sekolah merayakan ulang tahun dengan menebarkan kue atau makanan ketubuh temannya yang ulang tahun. Itu bukan hanya tidak humanis tetapi sangat tidak terpuji, dan tidak manusiawi karena masih banyak anak kelaparan dan kurang gizi akibat kemiskinan.
Pada peringatan Hari Pangan  Sedunia marilah kita jadikan momen refleksi untuk melakukan pertobatan dengan cara menghargai makanan, makan tidak kenyang, dan tidak membuang makanan.
Saya sangat berharap pemerintah  melalui kementrian pendidikan membuat Gerakan menghargai makanan  diantara para siswa. Jenis dan bentuknya dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-msing.
Dengan gerakan yang bersifat nasional kita bisa berharap, bangsa ini memiliki generassi muda yang tidak hanya menghargai makanan tetapi generasi yang bebas dari keserakahan, dan menghidupi pola hidup sederhana. (Purwnto - Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H