Mental sebaliknya dari makan tidak kenyang yaitu membuang makanan. Ini adalah tindakan yang tidak bermartabat. Sikap seperti ini secara teologis disampaikan oleh pemimpin dunia Gereja Katolik, Paus Fransiskus sebagai tindakan merampas hak orang miskin.
Membayangkan itu dalam konteks perjanjian lama, merampas hak orang miskin adalah tindakan dosa yang luar biasa keji. Kita lihat tindakan membuang makanan seolah biasa saja bagi banyak orang. Sungguh menyayat hati hingga pedih rasanya menyaksikan orang meninggalkan makanan di restoran yang telah mereka bayar dengan mahal.
Kita juga sering saksikan anak-anak remaja sekolah merayakan ulang tahun dengan menebarkan kue atau makanan ketubuh temannya yang ulang tahun. Itu bukan hanya tidak humanis tetapi sangat tidak terpuji, dan tidak manusiawi karena masih banyak anak kelaparan dan kurang gizi akibat kemiskinan.
Pada peringatan Hari Pangan  Sedunia marilah kita jadikan momen refleksi untuk melakukan pertobatan dengan cara menghargai makanan, makan tidak kenyang, dan tidak membuang makanan.
Saya sangat berharap pemerintah  melalui kementrian pendidikan membuat Gerakan menghargai makanan  diantara para siswa. Jenis dan bentuknya dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-msing.
Dengan gerakan yang bersifat nasional kita bisa berharap, bangsa ini memiliki generassi muda yang tidak hanya menghargai makanan tetapi generasi yang bebas dari keserakahan, dan menghidupi pola hidup sederhana. (Purwnto - Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H