Satu tampilan dimaknai secara menyeluruh dan utuh dari perspektif isi, penampilan fisik, dan perspektif sikap atau budaya sekolah. Kemampuan memaknai secara menyeluruh seperti inilah yang saya sebut cara berpikir sistem (system thinking) di sekolah.
Proses pendidikan sungguh-sungguh menjadi proses pembangunan pribadi siswa secara utuh. Semua dimensi dan aspek kemanusiaan diperhatikan dan direkayasa (didesain) dalam pembentukan kepribadian yang utuh.Â
Dengan menggunakan cara berpikir seperti ini, guru tidak lagi jatuh pada dikotomi cara pandang hitam-putih, misalnya siswa pintar dan siswa tidak pintar; atau siswa lambat dan siswa cerdas.Â
Setiap siswa akan dilihat sebagai pribadi yang multi dimensi sehingga unsur perkembangan akan sangat diperhatikan, tentu sesuai dengan kondisi siswa masing-masing.Â
Setiap siswa akan mengalami perkembangan; hanya saja aspek yang berkembang setiap siswa akan berbeda. Dalam konteks seperti ini benar apa yang pernah dikatakan Master Chen Yen "Tidak lagi ada istilah siswa bermasalah, yang ada adalah masalah siswa".Â
Masalah ada sebagai bagian untuk mencari cara mengembangkan aspek-aspek tertentu pada diri siswa. Pintu kreativitas dan penghargaan secara personal makin terbuka lebar. Sekolah cerdas dan bermartabat menjadi sangat mungkin diperjuangkan. (Purwanto - Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H