Komputer dan proyektor hanya sarana untuk memudahkan berbicara di depan kelas. Sebagai panduan apa yang akan kita bicarakan. Dalam tugas presentasi hendaknya menggunakan sarana yang bervariasi. Penggunaan komputer terkadang malah menurunkan kemampuan bicara anak, karena mereka umumnya lebih terpaku ke komputer ketimbang audience. Sehingga bukan presentasi yang didapat melainkan pembacaan teks. Suasana pembelajaran justru menjadi membosankan. Bayangkan saja, anda duduk manis lalu dibacakan dongeng. Mengantuk pastinya.
2.Tugas presentasi sebaiknya tidak untuk materi utama.
Sering kita dapati guru memberikan tugas agar siswa presentasi satu BAB penuh, atau satu BAB dibagi kedalam beberapa kelompok untuk membahas masing-masing sub BAB. Sementara BAB yang akan dibahas belum sama sekali dipelajari siswa. Siswa diharuskan belajar sendiri, menggali sumber belajar lain, bertanya kesana-sini. Yang repot umumnya orang tua, yang banyak mengajar justru guru les atau guru bimbel yang menjadi sasaran berbagai pertanyaan siswa. Hal ini adalah strategi pembelajaran yang tidak tepat karena hanya banyak membuang waktu siswa.
Siswa tidak akan optimal mempelajari sendiri materi pokok suatu BAB, meskipun dibarengi dengan mencari di internet, membaca buku, hingga bertanya ke semua orang. Selanjutnya saat presentasi pastinya akan banyak kekurangan, siswa lain yang menjadi audience pun tidak bertambah pengetahuannya. Meskipun akhirnya guru turun tangan sebagai pahlawan kesiangan untuk meluruskan hal-hal yang bengkok, alangkah banyaknya waktu yang terbuang bagi para siswa di kelas dan diluar kelas untuk hal-hal yang ujung-ujungnya tidak sempurna.
Memang ada nilai proses disana, tapi tolong bedakan seorang petani yang berproses untuk menanam padi dengan sarjana elektronika yang tak tahu menahu tentang bercocok tanam namun mendadak kita haruskan untuk terjun ke sawah untuk berproses menanam padi. Sama-sama ada prosesnya namun yang satu ada hasil yang satu bisa jadi nihil.
Ketika memberi tugas presentasi pertama-tama para guru harus bisa membedakan antara siswa dengan mahasiswa. Mahasiswa kuliah di satu jurusan yang memang dia inginkan dan dia minat untuk belajar di jurusan itu (meskipun tak semua begitu, tapi ambilah yang normal). Saat mahasiswa diberikan tugas presentasi mengenai materi tertentu dalam perkuliahannya, dipastikan mahasiswa tersebut dengan penuh kedewasaan tentunya senang hati mengerjakannya, mencoba menggali berbagai sumber dan mempresentasikannya di hadapan dosen.
Sementara siswa kita, minatnya pastinya berbeda-beda. Mereka dengan ikhlas dijejali beragam mata pelajaran, mempelajari serta memahami semuanya untuk bisa lulus sekolah. Mereka sekolah bukan untuk membaca lalu menyusun materi pelajaran dan menjelaskan di depan kelas karena itu tugas guru. Mereka sekolah untuk membuka jendela ilmu pengetahuan, menggali minat dan potensi diri, memetakan kecerdasan untuk wawasan dalam menentukan cita-cita masa depan. Dan tak lupa di sekolah mereka diharuskan belajar berbagai kemampuan dasar untuk mendukung kehidupan mereka di masa depan.
Tugas presentasi, diberikan kepada siswa bukan untuk membahas materi pokok yang seharusnya diajarkan oleh guru melainkan materi-materi sisipan serta analisa yang membutuhkan kemampuan apersepsi siswa terhadap suatu hal. Guru harusnya mengajarkan materi pokok semenarik mungkin hingga menumbuhkan minat anak terhadap materi yang akan dipelajari, minat akan menumbuhkan motivasi, motivasi akan menjalar menjadi rasa ingin tahu, rasa ingin tahu inilah yang bisa menjadikan siswa belajar mandiri, mengkolaborasikan berbagai sumber belajar dan mengkajinya secara ilmiah. Jika siswa sudah sampai tahap ini maka akan mudah jika kita mengharuskan mereka mempresentasikan apa yang telah mereka pelajari.
Sebagai contoh saat mempelajari tentang pencemaran lingkungan, segala definisi, konsep dasar, fakta, serta klasifikasi materi diperoleh melalui pembelajaran terbimbing oleh guru secara menarik hingga siswa tumbuh minat untuk mempelajari tentang pencemaran lingkungan disekitarnya, setelah siswa termotivasi, berikan tugas misal kelompok A ditugaskan mempresentasikan tentang bagaimana cara mengatasi tumpahan minyak dilaut agar tidak mencemari laut. Tugasnya jelas, fokus, singkat, bermanfaat, dan bermakna. Siswa pun mencari dan mempresentasikan di depan kelas, siswa antusias berbagi informasi baru, melakukan tanya jawab, kelas menjadi dinamis, tujuan pembelajaran insya Allah tercapai.
Bandingan dengan guru yang memberi tugas presentasi untuk menjelaskan tentang pengertian ekosistem dan jenis-jenisnya yang sesungguhnya materinya sudah ada di buku. Siswa yang harus menjelaskan di depan kelas pastinya akan berfikir, “haduh capek ngetiknya, gak mungkin dihafal (karena belum memahami materi), dipindahin saja semua isi bukunya, belum kalau ada istilah sulit yang membuat saya tidak mengerti, mau bertanya sama siapa, pasti nanti teman-teman bertanya pada saya, saya matu presentasi di depan kelas”.
Belum mulai mengerjakan tugas, minat sudah hancur lebur. Bagaimana mau termotivasi? Bagaimana mau belajar? Seringkah kita melihat teman kita yang presentasi dengan menatap slide di komputernya tanpa ada kontak mata dengan audience. Kemudian slide presentasinya pun berisi materi yang di copy paste total seperti teks pidato yang tinggal dibaca saja. Nah mungkin rekan kita awalnya berpemikiran sama dengan siswa di atas.