Mohon tunggu...
Bima M
Bima M Mohon Tunggu... Administrasi - Seniman

Pernah pameran lukisan remaja, pemuda dan tingkat nasional. Pernah ikut lomba desain grafis, membuat skenario, kartun. Suka membuat cerpen dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Pengalaman

10 Juli 2016   22:08 Diperbarui: 11 Juli 2016   10:59 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita masih ingat dengan kata yang sederhana memiliki makna yang luas dan dalam “belajarlah dari pengalaman”. Ungkapan ini cukup dikenal dalam keseharian. Bila kita melihat dan memperhatikan kehidupan seharian.

Kita suka memperhatikan angka angka di kalender. Kadangkala mencari tanggal berwarna merah bertepatan hari libur, belum termasuk sabtu dan minggu. Hari sabtu dan minggu dalam keseharian merupakan hari libur. Hari sabtu dan minggu ada juga yang masuk untuk bekerja maupun berusaha.

Hari libur selain hari sabtu dan minggu. Pada hari libur keagamaan dirayakan oleh umat yang bersangkutan maupun juga diluar umat tersebut. Dari sini kita dapat belajar dari pendahulu pendahulu kita begitu luar biasanya. Mereka dapat menyebarkan ajaran ajarannya yang dapat diterima secara luas oleh masyarakat. Penyampaian ajaran yang memberikan kedamaian dan ketenangan hati baik di dalam diri maupun dalam menjalankannya.

Pengamatan dari segi budaya dalam keseharian di dalam masyarakat diamati dengan begitu cermatnya. Ketertarikan terhadap budaya yang ditemukan dari hasil pengamatan keseharian. Cara menyampaikan dengan menggunakan pendekatan budaya. Di dalam kehidupan pada suatu daerah memiliki budaya. Sebagaimana masyarakat merasakan ketertarikan untuk menyaksikannya. Dari rasa senang akan meresap di dalam diri, sehingga pesan yang disampaikan tersimpan dalam ingatannya.

Budaya yang ditampilkan di dalam acara acara tertentu dalam penyampaian yang berbeda beda. Kita pernah menyaksikan pertunjukkan wayang orang, wayang kulit, wayang golek, tari-tarian, reog, wayang beber dan lain lainnya.

Mengapa dalam penyampaian pesan pesan yang akan diberikan mengikuti atau belajar dari pendahulu pendahulu kita. Kita dapat mengikuti perkembangan waktu di era sekarang. Katanya serba memperhitungkan waktu. Ketertarikan pada teknologi dengan menggunakan handphone atau smartphone seolah olah sudah menjadi bagian kehidupan.

Adanya kekerabatan yang terjalin masih begitu dominan. Hal ini terjalin rasa hubungan keluarga atau saudara. Hubungan suami dengan isteri, dan anak. Hubungan antara mertua dengan mantu. 

Belum lagi hubungan antara nenek dan kakek. Karena itu, pada saat merayakan hari besar keagamaan yang diikuti umatnya dan juga bukan umatnya. Begitu menyatu dalam rasa kebahagiaan dan kebersamaan. Apabila diperhatikan bagaimana anggota masyarakat berbeda latar belakang dapat hidup berdampingan dalam bermasyarakat.

Menurut Edward Shils (Teori Teori Kebudayaan, 2005) jawabannya karena sacred center merupakan unsur yang menyatukan. Sacred center adalah fokus identitas kolektif masyarakat sekaligus regula prima masyarakat tersebut. The sacred adalah sumber solidaritas masyarakat. Pada saat kegiatan yang dilakukan pulang kampung atau mudik begitu disambut dengan suka citanya.

Mereka larut dalam kegiatan untuk berkunjung. Rasa ingin untuk menunjukkan telah berhasil pada kampung halamannya membawa mobil atau sepeda motor. Berapa juta kendaraan mobil atau sepeda motor bertemu di jalan jalan pada saat bersamaan. Karena itu dalam laju perkembangan pembangunan terutama di bidang infrastruktur juga melibatkan pula ahli di bidang budaya atau sosiologi.

Terlihat dari segi fisik, tapi kadangkala terlupakan penggunanya adalah masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat terdapat keanekaragaman agama, budaya, adat istiadat dan bahasa. Adanya laju perkembangan yang terus tetap memperhatikan budaya yang ada di dalam kehidupan masyarakatnya.

(Bima Mulijarto,S.Pd,S.E.,M.M., Juli 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun