Mohon tunggu...
Bima
Bima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Simpatik

Selanjutnya

Tutup

Politik

DAMPAK POLITIK IDENTITAS YANG DILAKUKAN ERI CAHYADI DALAM PILKADA 2020 DI Surabaya

8 Januari 2025   13:38 Diperbarui: 8 Januari 2025   13:38 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar :CNN Indonesia pasangan calon Eri Cahyadi - Armuji Dinyatakan menang dalam Pilkada Surabaya 2020 

(Dampak politik identitas yang dilakukan Eri Cahyadi pada Pilkada 2020 di Surabaya)

Kemenangan Eri Cahyadi dalam Pilkada Kota Surabaya 2020 telah secara signifikan memengaruhi dinamika politik, stabilitas sosial kota, dan integrasi nasional. Politik identitas memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan hasil pemilu sehingga sebagian besar kesuksesan Eri Cahyadi dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mengajukan banding kepada kelompok masyarakat spesifik berdasarkan faktor etnis dan agama Dampaknya adalah meningkatnya ketegangan dan konflik antara kelompok etnis dan agama yang berbeda di kota, sehingga stabilitas sosial terancam. Selain itu, pilkada juga berperan dalam memicu polarisasi masyarakat berdasarkan identitas, sehingga beberapa kelompok mungkin merasa terabaikan dan tidak dihargai. Dampaknya adalah terkikisnya kohesi sosial dan kepercayaan di antara warga serta kerusakan yang ditimbulkan pada stabilitas tatanan sosial kota. Selain itu, meluasnya politik identitas dalam Pilkada Surabaya berdampak negatif terhadap persatuan nasional. Fragmentasi masyarakat yang semakin meningkat berdasarkan garis identitas bisa menyebabkan penurunan pesatuan serta konflik antar kelompok yang berbeda menjadi lebih tinggi.

Pilkada Kota Surabaya 2020 menjadi momen penting dalam sejarah politik kota. Kemenangan Eri Cahyadi, dengan adanya penggunaan politik identitas secara intensif, sehingga memicu berbagai dampak baik positif maupun negatif terhadap dinamika politik, stabilitas sosial, dan integrasi nasional di Surabaya. Penggunaan politik identitas dalam Pilkada Surabaya 2020 memicu berbagai kekhawatiran. Salah satu kekhawatiran utama adalah Eri Cahyadi menggunakan identitas dari partai yang memgusung, Eri Cahyadi memanfaatkan keberadaan mantan walikota Surabayal yang satu partai dengan Eri Cahyadi sehingga meningkatnya ketegangan dan konflik antara kelompok etnis dan agama yang berbeda di kota Surabaya. Polarisasi masyarakat berdasarkan identitas juga dikhawatirkan yang dapat mengikis kohesi sosial dan kepercayaan di antara warga, serta mengancam stabilitas sosial dan integrasi nasional. Penelitian ini penting dilakukan untuk memahami secara mendalam dampak politikidentitas dalam Pilkada Surabaya 2020. Dengan memahami dampak-dampak tersebut diharapkan dapat dirumuskan strategi-strategi untuk meminimalkan dampak negatif politik identitas dan membangun demokrasi yang lebih inklusif dan toleran di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak politik identitas dalam Pilkada Surabaya 2020 terhadap dinamika politik, stabilitas sosial, dan integrasi nasional. Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis politik identitas, dinamika politik, stabilitas sosial, dan integrasi nasional. Politik identitas didefinisikan sebagai penggunaan identitas kelompok seperti agama, etnis, atau ras, untuk tujuan politik. Dinamika politik mengacu pada proses perubahan dan interaksi dalam sistem politik sepertu stabilitas sosial yang mengacu pada keadaan di mana masyarakat dapat hidup dengan damai dan aman. Integrasi nasional mengacu pada proses penyatuan masyarakat yang beragam menjadi satu bangsa.

(Sumber:Kompas Com.) 
(Sumber:Kompas Com.) 

Berikut Hasil sementara real count Komisi Pemilihan Umum untuk Pilkada Kota Surabaya, pasangan Eri Cahyadi-Armudji unggul dari pasangan Machfud Arifin-Mujiaman.(repro bidik layar pilkada2020.kpu.go.id)

Berdasarkan data sementara real count di situs resmi KPU, pilkada2020.kpu.go.id, Kamis (10/12/2020) pukul 07.56, Eri Cahyadi-Armudji memperoleh 57,3 persen atau 161.350 suara. 

Sementara pasangan Machfud Arifin-Mujiaman 42,7 persen atau 120.440 suara. Data tersebut diperoleh dari 1.407 dari 5.184 TPS (27,14 persen).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data meliputi "Melakukan wawancara yang komprehensif dengan informan utama, termasuk akademisi, politikus, aktivis, dan masyarakat luas.

Melakukan analisis terhadap dokumen- dokumen yang bersifat resmi, contohnya hasil pemilu, laporan media massa, atau pernyataan politik. Melakukan analisis terhadap media massa, termasuk pemberitaan dan isi konten di media sosial yang berkaitan dengan Pilkada Surabaya tahun 2020." kesimpulan dari penelitian ini Politik identitas ternyata memiliki peran yang signifikan dalam Pilkada Surabaya 2020 dan berdampak secara kompleks pada banyak aspek kehidupan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dengan lebih mendalam efek- efek tersebut dan berkontribusi dalam upaya untuk membangun demokrasi yang mencakup semua lapisan masyarakat dan memiliki toleransi yang tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Eri Cahyadi menggunakan berbagai strategi politik identitas dalam Pilkada 2020 di Surabaya. Strategi tersebut antara lain:Mobilisasi massa pemilih berbasis agama:

Mobilisasi massa pemilih berbasis agama merupakan salah satu strategi utama yang dilakukan Eri Cahyadi dan timnya dalam Pilkada Surabaya 2020. Strategi ini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun