Mohon tunggu...
Bima Lukito
Bima Lukito Mohon Tunggu... Mahasiswa - pantang menyerah

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Orientalisme dan Refleksi Diri Masyarakat Indonesia

19 Oktober 2021   23:00 Diperbarui: 19 Oktober 2021   23:16 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia pengaruh dari faham Orientalisme terutama dari sisa kolonialisme Belanda bisa kita lihat dari perbedaan pembangunan yang ada di Jawa dan luar Jawa. 

Menurut Edward Said banyak perkembangan di dunia ini yang dulunya adalah pengaruh dari Orientalisme yang menunjukkan strereotip atau label karakter yang diberikan pada suku tertentu seperti sifat, watak, dan pemikiran yang mempengaruhi kemajuan masyarakat.

Pembangunan di Indonesia Timur tampak tertinggal karena bisa kita katakan pembangunan yang tidak merata, misal terlihat di era Orde Baru. 

Pada era kolonial Belanda, Jawa adalah pusat pemerintahan dan masyarakat di Hindia Belanda secara umum dibagi menurut ras dan kemudian menurut kedekatan dengan penguasa, misalnya dengan sultan atau pemegang pemerintahan. Tujuannya adalah untuk membuat struktur yang menunjukkan posisi kekuatan Belanda serta melumpuhkan kekuatan lokal.

Di Era Orde Baru, penguasa membawa ajaran Jawa yang dianutnya sebagai dasar kepemimpinan yang diaplikasikan secara nasional. Soeharto menempatkan dirinya layaknya kelompok kelas atas Jawa, tampak menjadikan pulau Jawa sebagai pusat dan melakukan Jawanisasi.

Sama halnya dengan pemikiran Said, Jawanisasi dan dominasi Jawa di Indonesia sebagiannya merupakan efek kolonialisme dan sebagian lagi menunjukkan strategi dominasi yang sama dengan kalangan Orientalis. Pada dasarnya masyarakat di luar Jawa tak melulu lebih rendah atau kurang berkembang dibandingkan dengan masyarakat Jawa.

Dari pembahasan tentang Orientalisme, bisakah kita keluar dari ‘label’ yang menempel pada diri kita sendiri? Bisakah kita melihat orang lain atau bangsa lain tidak melalui ‘label’ yang sudah menyebar secara umum? Tentu perlu upaya untuk selalu mencari jati diri sendiri dan mencoba menggali segala potensi yang mungkin, sehingga yang paling baik adalah membentuk karakter sendiri dan bukan karena label pemberian orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun