Masa anak usia dini sering disebut sebagai periode golden age, yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung dengan sangat cepat. Pada tahap ini, perkembangan anak mencakup berbagai aspek, termasuk kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan individu untuk mengelola emosinya dengan bijak guna menjaga keseimbangan, mengekspresikannya dengan tepat, mengenali emosi diri dan orang lain, mengatur emosi, memotivasi diri, serta membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Saat ini, sistem pendidikan cenderung lebih fokus pada bidang kognitif anak , yaitu mengenai perkembangan kecerdasan dalam belajar. Akibatnya, kemampuan dibidang emosional anak sering terabaikan, yang berdampak pada perkembangan moral mereka. Hal ini menciptakan pandangan bahwa kecerdasan intelektual adalah faktor utama dalam pendidikan, sehingga pengembangan kecerdasan emosional menjadi kurang diperhatikan. Padahal, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi sekitar 20% terhadap kesuksesan seseorang, sementara 80% sisanya berasal dari faktor lain, termasuk bidang emosional.
Kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena memengaruhi perilaku pribadi. Pengembangan kecerdasan ini perlu dimulai sejak usia dini. Individu dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kemampuan untuk mengenali diri sendiri, mengelola hubungan sosial, menunjukkan empati, memotivasi orang lain, dan meningkatkan kompetensi emosionalnya.
Bagi anak, kemampuan di bidang emosional yang baik dipercaya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Perkembangan emosional mencerminkan ekspresi perasaan saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Emosi, yang mencakup perasaan seperti senang, sedih, atau marah, merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk bertindak. Emosi juga dapat didefinisikan sebagai respons intens terhadap objek tertentu, baik itu orang lain maupun suatu peristiwa, dengan berbagai bentuk seperti kebahagiaan, kesedihan, atau kemarahan. Kecerdasan emosional bukanlah kemampuan bawaan sejak lahir, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan dan dipupuk. Pada usia anak sekolah dasar, perkembangan emosi menjadi hal yang sangat penting karena berpengaruh besar terhadap aktivitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan anak dalam mengelola emosinya biasanya terbentuk melalui proses peniruan dan pembiasaan yang diterima dari lingkungan sekitar.
Kecerdasan emosional perlu dimiliki oleh anak, bukan hanya untuk mendukung keberhasilan mereka secara intelektual, tetapi juga untuk membentuk pribadi dewasa yang sukses secara emosional. Oleh karena itu, pembiasaan yang positif perlu diberikan kepada anak melalui arahan dan pendampingan dari guru, orang tua, serta lingkungan. Proses pembiasaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran seperti anime atau cerita fantasi, yang dapat menarik minat siswa dan mendukung perkembangan emosi mereka. Pembelajaran menggunakan media cerita fantasi yang terarah dan dirancang dengan baik mampu mengoptimalkan perkembangan serta pengetahuan anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan strategi khusus dari orang tua atau guru, salah satunya adalah dengan memberikan stimulus yang tepat untuk membantu anak mengembangkan keterampilan emosional dan sosialnya.
Sehingga dapat disimpulkan, fungsi lain dari cerita fantasi selain sebagai media hiburan juga dapat difungsikan sebagai media pembelajaran jika dilakukan dengan strategi khusus dari orang tua atau guru, salah satunya adalah dengan memberikan stimulus yang tepat untuk membantu anak mengembangkan keterampilan emosional dan sosialnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H